Pengertian
Menurut bahasa, mabit berarti bermalam. Secara istilah, mabit artinya bermalam di Muzdalifah dan bermalam di Mina untuk memenuhi ketentuan manasik haji.
Mabit di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah adalah bermalam atau beristirahat di Muzdalifah pada 10 Zulhijah setelah wukuf di Arafah dan hukumnya wajib. Mabit di Muzdalifah dianggap sah bila jemaah berada di Muzdalifah melewati tengah malam walau ia hanya mabit sesaat.
Pada saat mabit, hendaknya seseorang banyak membaca talbiyah, dzikir, istigfar, berdoa, atau membaca Al-Qur'an.
Beberapa hal terkait hukum mabit di Muzdalifah:
- Menurut sebagian besar ulama, hukum mabit di Muzdalifah adalah wajib.
- Sebagian ulama lain menyatakan sunnah
- Jemaah haji yang tidak mabit karena uzur syar'i seperti sakit, mengurus orang sakit, tersesat di jalan, dan lain sebagainya, tidak diwajibkan membayar dam.
Mabit di Mina
Mabit di Mina artinya bermalam pada 11-12 Zulhijah malam bagi nafar awal dan bermalam pada 11-13 Zulhijah malam bagi nafar tsani. Hukum mabit di Mina adalah wajib.
Berikut beberapa hal terkait ketentuan mabit di Mina:
1. Menurut Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan Ibnu Hanbal, hukum mabit di Mina adalah wajib.
Jemaah haji yang tidak mabit selama satu malam wajib membayar satu mud. Jemaah haji yang tidak mabit dua malam wajib membayar dua mud. Sedangkan jemaah yang tidak mabit di Mina selama tiga malam wajib membayar dam dengan menyembelih seekor kambing.
2. Menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat baru (qaul jadid) Imam Syafi'i, hukum mabit di Mina adalah sunnah. Bagi jemaah haji yang tidak mabit di Mina, tidak diwajibkan membayar dam.
3. Mabit di Mina dinyatakan sah bila jemaah haji berada di Mina lebih dari separuh malam. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa mabit di Mina sah bila jemaah sempat hadir di Mina sebelum terbit fajar yang kedua (fajar shadiq).
4. Tempat mabit sebagian besar jemaah haji Indonesia adalah Harratul Lisan. Sejak 1984, pemerintah Arab Saudi terus memperluas kawasan Mina. Hingga sejak 2001, sebagian jemaah haji mendapatkan perkemahan perluasan Mina atau disebut tausi'atu mina.
Hal ini dilakukan mengingat wilayah Mina terbatas, sedangkan jumlah jemaah haji semakin bertambah.
5. Mabit di perluasan Mina (tausi'atu Mina) hukumnya sah. Hal ini diputuskan dalam Mudzakarah ulama Indonesia tentang Mabit di Luar Kawasan Mina pada 10 Januari 2001 di Jakarta yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama RI. Selain itu, mufti besar Kerajaan Arab Saudi Syaikh Bin Baz dan Syaikh Bin 'Utsaimin juga memberikan fatwa bahwa mabit di perluasan Mina adalah sah.
(rah/rah)