Dalam beberapa hadits Rasulullah SAW disebutkan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah kewajiban suami. Sederet kegiatan mulai dari mencuci baju, membersihkan rumah hingga menyiapkan makanan, semuanya termasuk dalam pekerjaan rumah tangga.
Dikisahkan bahwa Aisyah RA. ditanya: "Apa yang dilakukan Nabi di rumah?" Beliau menjawab, "Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya." (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain, Aisyah juga mengatakan bahwa Nabi tidak ragu mengerjakan semua jenis pekerjaan rumah tangga.
"Nabi SAW menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum perempuan di rumah mereka." (HR. Ahmad).
Namun di zaman sekarang banyak yang salah paham. Pekerjaan rumah tangga dilimpahkan kepada istri dan dianggap sebagai kewajiban istri. Bagi istri, menjalani pekerjaan rumah tangga hukumnya tidak wajib.
Tetapi bagi yang ikhlas dan ridho maka akan diganjar pahala besar.
Pahala bagi Muslimah yang Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Dikutip dari buku 165 Wasiat Rasul untuk Perempuan oleh Amr Abdul Mun'im Salim dan Syekh Ibrahim Muhammad al-Jamal, seorang istri yang melakukan pekerjaan rumah tangga adalah muslimah istimewa.
Anas bin Malik r.a. berkata bahwa beberapa perempuan pernah mendatangi Rasulullah SAW dan mereka berkata: "Wahai Rasulullah, para lelaki mempunyai keistimewaan dapat pergi berjihad di jalan Allah, sedangkan kami tidak punya pekerjaan yang pahalanya setara dengan para mujahidin di jalan Allah."
Setelah mendengar penuturan para perempuan itu maka Rasulullah SAW bersabda:
"Pekerjaan rumah tangga seorang di antaramu, pahalanya setara dengan jihadnya para mujahidin di jalan Allah."
Pekerjaan rumah tangga juga dilakukan Asma binti Abu Bakar. Asma menikah dengan Zubair yang merupakan sahabat Rasulullah SAW.
Asma binti Abu Bakar berkata, "Ketika aku dinikahi oleh az-Zubair, ia kala itu tidak punya harta apa-apa, tidak juga seorang budak, kecuali seekor kuda. Lalu, aku mulai bertugas memberi makan kudanya, memasak makanan di rumahnya, membawa kayu bakar untuk Fatimah, dan menampung air minum, menyimpan tempat perasan air susu, dan membuat adonan roti.
Kala itu aku belum bisa membuat adonan roti, dan aku dibantu oleh para tetangga dari perempuan-perempuan Anshar dan mereka memang benar-benar perempuan yang bisa dipercaya. Aku juga bertugas memindahkan kayu bakar dari kebun az-Zubair, kebun yang dihadiahkan Rasulullah SAW kepadanya, dengan meletakkannya di atas kepala, dan jarak kebun itu dari rumahku sekitar sepertiga farsakh."
Asma kembali bercerita, "Suatu hari aku datang dari kebun. Mengetahui jika aku malu berjalan dengan kaum laki-laki maka Rasulullah SAW segera berlalu. Ketika aku bertemu dengan az-Zubair di rumah maka aku berkata kepadanya, 'Rasulullah berpapasan denganku di jalan dan aku kala itu sedang menjunjung biji kurma, beliau kala itu sedang bersama-sama para sahabatnya.
Dan Rasulullah pun menawarkan aku untuk naik ke kendaraan beliau, tetapi aku sangat malu karena aku tahu sikap cemburumu yang besar itu.'
Mendengar cerita dari sang istri, Zubair kemudian berkomentar, 'Demi Allah, kamu membawa biji kurma, itu lebih berat di hatiku daripada kamu naik kendaraan bersama Rasulullah SAW.'
Lalu Asma kembali bercerita, "Sampai suatu saat Abu Bakar mengirim kepadaku seorang pembantu rumah tangga, lalu si pembantu itu telah meringankanku dari urusan kuda dan pada akhirnya aku seperti baru dimerdekakan."
Dari kisah ini digambarkan bahwa Asma melakukan banyak pekerjaan rumah tangga namun ia sama sekali tidak mengeluh pada suaminya. Hal demikianlah yang bisa menjadi contoh bagi perempuan-perempuan muslim yang ingin mengharapkan pahala besar.
Dalam hadits muttafaqun 'alaih disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita." Mereka bertanya, "Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Disebabkan kekufuran mereka." Ada yang bertanya kepada beliau, "Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?" Beliau menjawab, "(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, 'Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu'." (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Jadi, bagi perempuan yang menjadi ibu rumah tangga jangan berkecil hati. Pahala besar sedang menanti jika ikhlas melakukan pekerjaan rumah tangga.
Sebagai istri, sudah menjadi kewajiban untuk menjaga marwah suami di depan siapapun. Semua dilakukan semata-mata demi mengharapkan ridho Allah SWT.
Simak Video "KPK Pernah Periksa Harta Rafael Alun Tahun 2018: Ada Yang Ngga Pas"
[Gambas:Video 20detik]
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Hukum Patung dalam Ajaran Islam, Boleh atau Tidak?
Satu Malam di Bulan Ramadan yang Lebih Mulia dari 1000 Bulan
Cara Membalas Ucapan Salam kepada Muslim dan Non Muslim, Jangan Keliru Ya!