Fatimah Az-Zahra meninggal dunia pada usia cukup muda. Dirinya wafat dengan meninggalkan wasiat yang mulia kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib RA. Bagaimanakah kisahnya?
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Abu Bakar RA dibaiat menjadi seorang khalifah pertama yang memimpin umat Islam. Namun, dirinya langsung dihadapkan dengan beberapa masalah.
Diceritakan oleh Abdurrahman Umairah dalam bukunya yang berjudul Taman-Taman Cinta Sang Nabi: Kisah-Kisah Kekasih Hati Nabi Muhammad SAW yang Penuh Hikmah dan Kesejukan, Fatimah Az-Zahra mengutus seseorang kepada Abu Bakar RA untuk meminta jatah warisannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Bakar RA menolak permintaan Fatimah tersebut karena Rasulullah SAW telah mewasiatkan hartanya untuk disedekahkan.
Kemudian Fatimah marah karena hal tersebut. Fadak yang diinginkan Fatimah juga tidak diberikan oleh Abu Bakar RA, karena khalifah itu akan bertanggung jawab untuk mengurusnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.
Fatimah Az-Zahra pun jatuh sakit karena kesedihannya yang luar biasa setelah ditinggal ayahnya, Nabi Muhammad SAW, dan hal-hal lain, seperti umat Islam yang semakin lama semakin melenceng dari agama.
Mendengar kabar bahwa Fatimah Az Zahra sakit parah, Abu Bakar RA yang merasa bersalah kemudian datang menjenguknya. Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW itu kemudian meminta maaf dan Fatimah pun memaafkannya.
Fuad Abdurrahman dalam bukunya Fatimah: Pemimpin Wanita di Surga menceritakan bahwa Ali bin Abi Thalib RA, suaminya, senantiasa mendampingi dan menghibur istrinya yang sedang sakit itu.
Sakit yang dialami Fatimah Az Zahra pun semakin parah, sehingga dalam sebuah kesempatan, ia berwasiat kepada suami yang dicintainya itu.
Fatimah Az Zahra berkata, "Wahai anak pamanku, aku telah memberi tahu diriku sendiri, dan aku tidak melihat kondisiku sekarang ini kecuali aku pasti akan menyusul ayahku sebantar lagi. Aku akan wasiatkan kepadamu beberapa hal yang selama ini tersimpan dalam hatiku."
Tiga hal yang diwasiatkan Fatimah Az Zahra menjelang kematiannya yakni, pertama, ia ingin suaminya kelak menikah dengan Umamah binti Abul Ash ibn Rabi' yang merupakan putri kakaknya, Zainab. Kedua, saat meninggal, ia ingin ditutup dengan keranda karena ia rasa malunya yang besar jika tubuhnya dilihat oleh orang lain. Ketiga, ia meminta dimakamkan di malam hari di Baqi' dengan alasan yang sama, yakni malu.
Tak lama, Fatimah Az Zahra menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan sang suami, Ali bin Abi Thalib. Ruhnya yang suci naik ke haribaan pemiliknya, bertemu dengan ruh ayahanda, ibunda, dan saudaranya di surga 'illiyyin.
Fatimah Az-zahra meninggal dunia pada saat berumur 29 tahun. Bertepatan pada hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 11 Hijriah. Sedangkan menurut versi Syiah, Fatimah Az-Zahra meninggal pada hari Senin, 3 Jumada Al-Tsaniyah tahun 11 Hijriah, tahun wafat ayahnya.
Ali bin Abi Thalib kemudian menepati wasiat yang dikatakan oleh istrinya itu. Dirinya sendirilah yang mengurusi jenazah Fatimah Az-Zahra lalu menguburkannya.
Saat di liang lahat, Ali menangis sampai terisak-isak. Putranya, Hasan sampai bertanya, "Wahai ayahku, gerangan apakah yang membuatmu menangis sedemikian rupa?"
Ali menjawab, "Wahai putraku Hasan, aku teringat pesan kakekmu, Rasulullah SAW, beliau berkata, 'Kelak, jika putriku Fatimah telah tiada wahai Ali, maka akulah yang akan pertama kali menerima jasadnya di liang lahat.'"
Ali kemudian diam sejenak dan melanjutkan, "Dan demi Allah, wahai Hasan putraku, aku melihat tangan kakekmu Rasulullah SAW menerima jasad ibumu, Fatimah. Aku melihat kakekmu, Rasulullah SAW menciumi wajah ibumu, Fatimah."
"Wahai Rasulullah, kini aku kembalikan amanah yang telah engkau berikan kepadaku. Aku kembalikan belahan jiwamu, yang setiap engkau rindu akan surga, engkau cium wajah suci putrimu, Fatimah Az-Zahra."
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026