Saat Thalhah bin Ubaidillah Jatuh Cinta pada Istri Rasulullah

Saat Thalhah bin Ubaidillah Jatuh Cinta pada Istri Rasulullah

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Minggu, 19 Nov 2023 05:00 WIB
Vector illustration of two Arab men riding camels in the desert, night landscape for Ramadan and Islamic theme
Ilustrasi kisah Thalhah bin Ubaidillah jatuh cinta pada Rasulullah SAW. Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30
Jakarta -

Salah seorang sahabat Nabi SAW pernah mengalami cinta yang tak semestinya. Adalah Thalhah bin Ubaidillah RA, ia jatuh cinta pada istri Rasulullah SAW.

Kisah seperti ini termasuk cinta yang terlarang dalam Islam. Apalagi Thalhah bin Ubaidillah RA sampai ingin menikahi istri Rasulullah SAW sepeninggalan beliau.

Bagaimana kisahnya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diceritakan dalam buku Rumah Tangga Seindah Surga karya Ukasyah Habibu Ahmad, pada saat itu, Thalhah RA menaruh hatinya pada salah satu istri yang paling disayangi dan dicintai oleh Rasulullah SAW, Sayyidah Aisyah RA.

Syekh Jalaludin As Suyuthi menulis dalam Lubabun Nuqul fi Ashhabin Nuzul, sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Sa'ad yang bersumber dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, ia menceritakan bahwa suatu hari Thalhah datang menemui kepada Aisyah RA.

ADVERTISEMENT

Sebagaimana yang diketahui, Aisyah RA masih merupakan saudara Thalhah bin Ubaildillah RA. Ia merupakan saudara sepupu.

Thalhah bin Ubaidillah RA dan Aisyah RA pun terlibat dalam sebuah perbincangan. Hal ini lalu diketahui oleh suami Aisyah RA, Rasulullah SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW melihat hal tersebut, beliau memberi isyarat kepada Aisyah RA untuk masuk ke rumah. Beliau lalu berkata kepada Thalhah RA,

"Jangan engkau mengulangi tindakanmu itu untuk kedua kalinya!"

Thalhah bin Ubaidillah RA berkata,

"Wahai Rasulullah, ia adalah anak pamanku. Demi Allah, aku tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepadanya. Demikian juga ia tidak juga mengatakan kata-kata yang tidak kepadaku."

Rasulullah SAW menjawab pembelaan Thalhah RA itu dengan berkata,

"Engkau telah mengetahui bahwa tidak ada yang lebih pencemburu dibanding Allah SWT dan, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu dibanding aku."

Thalhah RA kemudian pergi dari rumah beliau. Ia berkata di dalam hati,

"Bagaimana mungkin beliau melarangku berbicara dengan anak perempuan pamanku sendiri. Sungguh, aku akan menikahinya setelah beliau wafat."

Rasa cinta Thalhah bin Ubaidillah RA kepada Aisyah RA sebenarnya sudah diketahui oleh Rasulullah SAW. Beliau pun bisa merasa cemburu sebagaimana manusia lainnya.

Beliau sudah mencoba untuk mengingatkan Thalhah bin Ubaidillah RA perihal hal ini. Namun, Thalhah RA malah mengatakan bahwa ia kelak akan menikahi Aisyah RA jika Rasulullah SAW sudah meninggal.

Perkataan Thalhah RA ini menyakiti hati Rasulullah SAW. Tidak menutup kemungkinan bahwa kelak Aisyah RA benar-benar menjadi istri Thalhah RA. Mengetahui keduanya masih sangat muda.

Larangan Allah SWT atas Perbuatan Thalhah bin Ubaidillah

Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang paling disayangi dan dicintai Allah SWT. Tentu saja Dia tidak akan membiarkan hal yang menyakiti hati kekasih-Nya itu berlalu begitu saja.

Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 53 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا ٥٣

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya) tetapi jika kamu diundang, masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Kamu tidak boleh menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah Nabi (wafat). Sesungguhnya yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah."

Setelah ayat ini turun dan didengar oleh Thalhah RA, ia pun merasa terpukul dan menangis menyesali perbuatannya. Ia kemudian segera bertobat kepada-Nya atas perbuatannya tersebut.

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, "Sebagai bentuk penyesalan dan tobatnya terhadap ucapannya, Thalhah kemudian memerdekakan seorang budak, menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT seberat yang bisa diangkut sepuluh ekor unta, serta menunaikan haji dengan berjalan kaki."

Meski menyesal telah berniat menikahi Aisyah RA, cintanya kepada istri Rasulullah SAW itu tidak bisa hilang begitu saja. Ia mewujudkan rasa cinta itu dengan memberi nama salah satu putrinya dengan nama Aisyah pula.

Putri Thalhah RA itu bernama Aisyah binti Thalhah. Ia adalah anak yang cantik, cerdas, dan cemerlang bagaikan permata. Ia pun juga berguru kepada bibinya, Aisyah RA, yang terkenal sebagai salah satu tabi'in dan periwayat hadits yang terpercaya.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads