Kisah cinta Sayyidah Khadijah RA dengan Nabi Muhammad SAW tidak kalah romantis dari Romeo dan Juliet. Kecintaan Rasulullah SAW kepada istri pertamanya itu sangat dalam, hingga saat kepergian Khadijah RA membuat dirinya bersedih dan menjadi Amu al-Huzn (tahun kesedihan) bagi Rasulullah SAW.
Muhammad Ibnu Saad dalam bukunya The Women of Madina, Khadijah binti Khuwailid merupakan istri pertama Rasulullah SAW dan merupakan satu-satunya istrinya yang tidak ia poligami. Sebelum menikahi Rasulullah SAW, Khadijah RA telah berhasil membangun bisnisnya sendiri dan menjadi wanita sukses.
Khadijah RA dikenal sebagai perempuan yang lahir dari keluarga yang terhormat dan mulia. Masyarakat pada zaman Jahiliyah bahkan memberinya julukan at-Thahirah, yaitu seorang wanita yang suci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa riwayat menyebutkan, Khadijah RA berstatus janda sebelum menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau dikatakan sudah menikah dua kali dan kedua suaminya meninggal dunia.
Awal Pertemuan Khadijah RA dan Rasulullah SAW
Dalam Kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menjelaskan, Sayyidah Khadijah RA adalah seorang wanita yang pandai berbisnis dalam masyarakat patriarki sehingga beliau membutuhkan laki-laki untuk membantunya. Lalu, Khadijah RA mencari pemuda yang jujur dan mampu menjalankan bisnisnya.
Pada masa itu, Rasulullah SAW yang belum diangkat menjadi nabi mendatangi Khadijah RA untuk melamar posisi tersebut. Tanpa ragu, Khadijah RA memberikan posisi itu kepada Rasulullah SAW.
Beliau memerintahkan Rasulullah SAW agar menjajakan barang dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani seorang pelayan bernama Maisarah. Beliau juga dibekali modal yang cukup besar dibanding pekerja lain.
Di negeri Syam, Rasulullah SAW mulai menjual barang-barang dagangannya. Keuntungan yang diperoleh Rasulullah SAW berlipat ganda, sehingga Khadijah RA memberi bonus dari hasil penjualan tersebut.
Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW
Berdasarkan buku Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Istri-Istri Nabi Muhammad SAW karya Herwanti Subekti dan Sutarman, saat menikah Khadijah RA berusia 40 tahun sedangkan Rasulullah SAW berusia 25 tahun. Tapi perbedaan usia yang sangat jauh ini tidak menghalangi cinta mereka.
Sepulang dari negeri Syam, Khadijah RA bertanya kepada pelayannya mengenai sikap Rasulullah SAW. Maisarah bercerita bahwa Rasulullah SAW adalah pria paling baik dan lembut yang pernah ia temui.
Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga sangat mumpuni dalam menjalankan tugasnya sebagai mitra dagang. Khadijah RA pun mulai terkesan dan menaruh perhatian pada Rasulullah SAW.
Kemudian, Khadijah RA mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau mengutus sahabatnya, Nafisah, untuk menyampaikan berita ini ke Rasulullah SAW.
Setelah melalui berbagai perbincangan, Rasulullah SAW bersedia menerima tawaran Nafisah untuk menikahi Khadijah RA. Kabar gembira ini disampaikan kepada kedua pihak keluarga.
Rasulullah SAW dan pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib RA bersiap untuk mendatangi rumah Khuwailid bin Asad RA selaku wali dari Khadijah RA. Dua bulan setelah perjalanan bisnis pertamanya, Rasulullah SAW resmi menikah dengan Sayyidah Khadijah RA.
Kehidupan Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW
Selain menjadi istri pertama, Sayyidah Khadijah RA adalah satu-satunya istri Rasulullah SAW yang tidak dipoligami. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang putra dan empat orang putri. Mereka adalah Abdullah, Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Saat Rasulullah SAW menerima wahyu dan diangkat menjadi nabi, Khadijah RA menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah SWT dan rasul beserta ajaran-ajarannya. Khadijah RA juga senantiasa menemani Rasulullah SAW saat berdakwah.
Hubungan suami-istri Sayyidah Khadijah RA dengan Rasulullah SAW berlangsung selama kurang lebih 25 tahun. Ketika Rasulullah SAW berusia 50 tahun, Khadijah RA wafat pada usianya yang menginjak 65 tahun.
Mengutip buku Pengantin Al-Quran karya Quraish Shihab, meskipun Khadijah RA telah meninggal, cinta Rasulullah SAW kepadanya tidak pernah hilang. Rasulullah SAW bahkan pernah menangis ketika tak sengaja melihat kalung yang biasa digunakan oleh almarhum istrinya.
Sungguh indah ketika dua insan memadu cinta, melewati susah senangnya kehidupan bersama, dalam bahtera rumah tangga. Kisah kesetiaan keduanya dapat menjadi inspirasi bagi pasangan suami istri.
(hnh/rah)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi