Kisah Sahabat Nabi yang Pilih Berjauhan dengan Rumah Rasulullah, Kenapa?

Kisah Sahabat Nabi yang Pilih Berjauhan dengan Rumah Rasulullah, Kenapa?

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Kamis, 01 Jun 2023 05:00 WIB
Spains biker Lorenzo Santolino competes during Stage 12 of the Dakar 2023 between Empty Quarter Marathon and Shaybah, in Saudi Arabia, on January 13, 2023. -  (Photo by FRANCK FIFE / AFP)
Ilustrasi. Ini kisah sahabat yang memilih berjauhan dengan rumah Rasulullah SAW. (Foto: AFP/FRANCK FIFE)
Jakarta -

Menurut kisah, ada salah satu sahabat nabi yang lebih memilih rumahnya berjauhan dengan rumah Rasulullah SAW. Padahal, sahabat-sahabat yang lain bahkan berebut untuk mendiami rumah yang berdekatan dengan beliau.

Nama sahabat tersebut diketahui bernama Sya'ban. Alasannya ini bahkan membuatnya menyesal pada saat sakaratul maut.

Sahabat yang Pilih Rumah Berjauhan dengan Rumah Rasulullah

Dikutip dari buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III tulisan Yusak Burhanudin dan Muhammad Najib, Rasulullah SAW mendiami rumah yang terletak di samping Masjid Nabawi. Para sahabatnya kerap menunaikan ibadah di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sya'ban Radhiyallahu'anhu adalah sahabat yang selalu hadir di masjid sebelum waktu salat tiba dan memilih posisi di pojok masjid saat salat berjamaah. Hal itu ditujukan agar tidak mengganggu ibadah orang lain. Rasulullah SAW dan semua orang mengetahui akan kebiasaannya itu.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW dan para sahabat melaksanakan salat berjamaah di masjid. Namun, Rasulullah SAW terkejut karena tidak melihat Sya'ban hadir.

ADVERTISEMENT

Beliau menunggu kehadiran Sya'ban, tetapi Sya'ban tidak datang. Akhirnya, Rasulullah SAW memutuskan untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah tanpa kehadiran Sya'ban.

Setelah salat Subuh berjamaah selesai, Sya'ban masih belum muncul di masjid. Rasulullah SAW sangat khawatir dan meminta seorang sahabat untuk menemui Sya'ban di rumahnya.

Saat sampai di rumah Sya'ban, istri Sya'ban memberitahu Rasulullah SAW bahwa Sya'ban telah meninggal dunia. Istri tersebut juga menceritakan tentang teriakan Sya'ban pada saat sakaratul maut. Saat itu, Sya'ban berteriak,

"Aduh, kenapa tidak lebih jauh. Aduh, kenapa tidak yang baru. Aduh, kenapa tidak semua."

Pada saat menjelang ajal, Sya'ban diberi penglihatan tentang perjalanan hidupnya dan ganjaran dari perbuatan-perbuatannya selama hidup di dunia. Ia berteriak, "Aduh, kenapa tidak lebih jauh,"

Hal ini diketahui karena ia menyesal tidak memiliki rumah yang lebih jauh dari masjid. Sebab, setiap langkah ke masjid dihitung sebagai pahala.

Poin pertama teriakan inilah yang diketahui juga menerangkan kenapa Sya'ban memilih berjauhan dengan rumah Rasulullah SAW yang dekat masjid. Mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag) Kanwil Aceh dan laman NU Online, saat itu, diketahui Sya'ban yang harus berjalan tiga jam dari rumahnya ke Masjid Nabawi.

Perihal ini kemudian sampai ke telinga Ubay bin Ka'ab, seorang mantan pendeta Yahudi yang telah memeluk Islam dan menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW. Ubay bin Ka'ab merasa kasihan dan menyarankan agar Sya'ban membeli seekor keledai agar perjalanannya lebih cepat dan kakinya tidak terasa sakit.

Akan tetapi, Sya'ban menolak dengan tegas sembari berkata, "Demi Allah, aku tidak ingin rumahku berdekatan dengan rumah Rasulullah. Aku lebih suka tinggal di sebuah rumah yang jauh dari beliau,"

Ubay bin Ka'ab terkejut dengan jawaban Sya'ban dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Rasulullah SAW. Tak lama kemudian, Rasulullah memanggil Sya'ban untuk mengonfirmasi mengapa ia tidak ingin tinggal dekat dengan beliau.

Sya'ban pun menjawab bahwa pernah ada sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa setiap langkah seseorang menuju masjid akan menghapuskan satu dosa atau meningkatkan derajatnya satu tingkat.

Kembali mengutip buku berjudul Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III, ada dua penyesalan Sya'ban yang dirasakannya saat sakaratul maut.

Pertama, ia berteriak "Aduh, kenapa tidak yang baru," lantaran menyesal tidak memberikan baju baru kepada seseorang yang pernah ia temui. Pada suatu kesempatan, ia memberikan bajunya pada seseorang yang kedinginan di luar masjid.

Sementara itu, ia berteriak, "Aduh, kenapa tidak semua," karena ia menyesal hanya memberikan sebagian roti yang dimilikinya kepada seseorang yang kelaparan.

Sya'ban mengucapkan ketiga kalimat tersebut karena ia sangat menyesal. Ia merasa menyesal karena tidak melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ini karena Allah SWT akan membalas setiap perbuatan manusia sesuai dengan kebesaran amal yang telah dilakukannya. Wallahua'lam.




(rah/rah)

Hide Ads