Kisah Abu Nawas saat Buat Syair Rayuan untuk Tuhan

Kisah Abu Nawas saat Buat Syair Rayuan untuk Tuhan

Kristina - detikHikmah
Minggu, 13 Nov 2022 05:00 WIB
Detail shot of an old and historic Islamic scientist is working in his studio writing, reading and exploring.
Ilustrasi Abu Nawas. Foto: Getty Images/iStockphoto/HStocks
Jakarta -

Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami atau yang dikenal dengan Abu Nawas, adalah sufi yang juga pujangga sastra Arab klasik. Ia pernah menciptakan syair yang berisi rayuan kepada Tuhan untuk mohon ampunan.

Menurut buku Abu Nawas: Sufi dan Penyair Ulung yang Jenaka karya Muhammad Ali Fakih, Abu Nawas lahir di Provinsi Ahwaz, di wilayah Khuzistan (Elam Kuno) atau sebelah barat daya Persia, sekitar tahun 757 M. Namun, ada perselisihan pendapat mengenai tahun kelahirannya ini.

Ayahnya wafat ketika Abu Nawas masih kecil. Tak selang berapa lama, ibunya membawa putranya itu ke Kota Basrah, Irak karena alasan ekonomi. Sang ibu menitipkan Abu Nawas kepada seseorang bernama Attar untuk melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan anak kecil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Abu Nawas mendapat perlakuan baik dari Attar. Ia disekolahkan di sekolah Al-Qur'an hingga berhasil menjadi hafiz. Pengetahuannya terhadap kalam Allah SWT inilah yang kelak menjadi karakter linguistik syair-syair yang ia lahirkan.

Kecerdasan Abu Nawas menarik perhatian penyair Kufah keturunan Persia, Abu Usamah Walibah bin al-Hubab al-Asadi. Ia pun mengangkat Abu Nawas menjadi muridnya.

ADVERTISEMENT

Karya-karya Walibah begitu terkenal karena puisinya yang homoerotik, tidak bermoral, tetapi ia sangat fasih dan terampil menggunakan diksi-diksi yang ringan, tajam, dan jenaka. Kemampuannya inilah yang kemudian mewarnai ciri puisi karya Abu Nawas.

Mengutip buku Biografi Tokoh Sastra karya Ulinuha Rosyadi, kelihaian Abu Nawas di dunia sastra semakin mentereng usai menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas akhirnya diangkat menjadi penyair istana (syai'rul bilad). Ia bertugas mengubah puisi puji-pujian untuk khalifah.

Syair-syair Abu Nawas awalnya berisi kepongahan dan keglamoran. Kemudian, lambat laun menjadi lebih bernuansa religi dan kepasrahan kepada Allah. Demikian seperti dikatakan Siti Nur Aidah dalam buku 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Dunia.

Abu Nawas pernah membuat syair yang masyhur yang berisi bahwa ia tidak pantas menjadi penghuni surga tapi juga takut masuk neraka. Syair ini dikenal dengan sebutan syair Al I'tiraf. Berikut syair selengkapnya.

Syair Abu Nawas saat Merayu Tuhan

Ilahi lastu lil firdausi ahla
Wala aqwa ala naril jahimi
Fahab li taubatan waghfir dzunubi
Fainnka ghafiruz dzambil adzimi

Artinya:

Tuhanku, tidaklah pantas hamba menjadi penghuni surga
Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka
Maha beri hamba tobat dan ampunilah hamba atas dosa-dosa hamba
Karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Agung

Abu Nawas Dijuluki Sang Sufi

Abu Nawas juga dikenal sebagai seorang sufi. Ajaran tasawufnya menjadi kritik sosial. Namun, ia menampilkan dirinya sebagai orang yang tidak boleh dirujuk.

Imam Asy-Syafi'i pernah mengungkapkan, "Andai saja Abu Nawas tidak menyamar, niscaya aku akan mengutipnya."

Abu Nawas memang tidak memiliki karya di bidang tasawuf, seperti halnya Ibnu Arabi dengan Fushush al-Hikam, Imam al-Ghazali dengan Ihya 'Ulumuddin, atau Jalaluddin Maulana Rumi dengan Matsnawi-nya.

Semasa hidup, Abu Nawas banyak memperlihatkan tingkahnya yang menjengkelkan tapi jenaka. Kematiannya juga penuh misteri. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung kota Baghdad.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads