Kisah Bilal bin Rabah dan Azan Terakhirnya Setelah Rasulullah Wafat

Kisah Bilal bin Rabah dan Azan Terakhirnya Setelah Rasulullah Wafat

Hanindita Basmatulhana - detikHikmah
Kamis, 28 Jul 2022 16:25 WIB
Masjid Nabawi jadi salah satu masjid bersejarah bagi lahir dan berkembangnya agama Islam. Di masjid tersebut terdapat makam Rasulullah beserta para sahabat.
Foto: Antara Foto/Aji Styawan
Jakarta -

Bilal bin Rabah adalah nama sahabat nabi yang cukup familiar di telinga umat Islam. Hal tersebut dikarenakan sahabat nabi yang satu ini memiliki keutamaan yang cukup istimewa, yaitu menjadi orang pertama yang mengumandangkan adzan.


Tidak hanya itu, Bilal r.a. juga menjadi muadzin bersuara merdu pilihan Rasulullah. Atas kelebihan yang ia miliki, Bilal mendapatkan julukan Muadzdzin ar-Rasul. Bahkan, keutamaan tersebut juga menjadikan namanya sebagai salah satu posisi dalam salat Jumat.


Terkait dengan keutamaan yang dimiliki Bilal r.a., diriwayatkan oleh Muslim bahwa suatu ketika Nabi Muhammad SAW bersabda,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muadzin dan tidaklah mengikutinya kecuali para muadzin. Para muadzin adalah orang-orang yang panjang lehernya pada Hari Kiamat."


Siapakah Bilal bin Rabah?

Nama lengkapnya adalah Bilal bin Rabah Al-Habsyi. Bilal r.a. juga kerap dipanggil dengan nama Abu Abdillah, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Sa'id Mursi dalam bukunya berjudul Buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.

ADVERTISEMENT


Bilal bin Rabah merupakan sosok laki-laki bertubuh tinggi dan kurus. Ia termasuk dalam kalangan hamba sahaya berkulit hitam. Ia memiliki asal-usul dari Afrika, tepatnya Habasyah atau Ethiopia, sebagaimana dijelaskan dalam buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrullah


Ibunya termasuk dalam kelompok hamba sahaya yang dimiliki oleh Umayyah bin Khalaf, pimpinan Quraisy. Setelah ia dan ibunya menjadi budak Umayyah, Bilal r.a. mendengar kabar mengenai ajaran agama Islam. Kemudian ia memutuskan untuk menemui Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam. Ia juga termasuk dalam golongan orang-orang yang pertama masuk Islam (Assabiqunal Awwalun).


Kabar masuknya Bilal r.a. ke dalam agama Islam terdengar ke berbagai wilayah. Hal ini juga menjadi kabar gembira bagi umat Islam.


Di samping itu, kabar Bilal r.a. memeluk agama Islam ternyata juga didengar oleh majikannya. Bilal bin Rabah yang masih berstatus budak ini ternyata mendapatkan kesulitan setelah memeluk agama Islam. Majikannya sendirilah yang menjadi ujian baginya.


Ia menjadi bulan-bulanan Umayyah dan orang kafir lainnya. Mereka juga menyiksa Bilal r.a. tanpa ampun.


Dijelaskan juga oleh Muhammad Nasrullah dalam bukunya bahwa leher Bilal r.a. diikatkan dengan tali kemudian dijadikan mainan untuk anak-anak layaknya seekor hewan.


Bilal bin Rabah merupakan salah satu sahabat nabi dari golongan Assabiqunal Awwalun yang mendapat siksaan cukup kejam. Majikannya menjemurnya di padang pasir yang panas dan gersang tanpa mengenakan pakaian apa pun.


Tidak berhenti sampai di sana, Bilal r.a. bahkan dijemur dalam keadaan ditimpa batu yang sangat besar di atas tubuhnya. Dengan begitu, majikannya berharap Bilal r.a. untuk menggoyahkan imannya dan melepaskan agama Islam.


Namun ujian tersebut nyatanya tidak menggetarkan hati Bilal r.a., ia tetap percaya pada keyakinannya dan tetap memeluk agama Islam.


Dalam keadaan terjemur dan tertimpa batu Bilal r.a. terus melafadzkan "Ahadun Ahad" yang artinya Tuhan yang Esa. Hingga akhirnya Bilal bin Rabah dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq.


Kisah Adzan Terakhir yang Dikumandangkan Bilal r.a.

Setelah Rasulullah wafat, Bilal bin Rabah enggan untuk mengumandangkan adzan dan memutuskan untuk meninggalkan Madinah, Ia meminta izin pada Abu Bakar r.a. untuk berhenti menjadi muadzin Rasul.


Namun para penduduk Madinah yang merindukan Rasulullah meminta Bilal r.a. untuk kembali mengumandangkan adzan. Dengan mata berkaca-kaca, Bilal r.a. menolak permintaan tersebut. Ia tidak lagi sanggup mengumandangkan adzan.


Umar bin Khattab kemudian mengunjungi rumah Bilal r.a. yang berada di Syam dan membujuknya.


"Tapi, umat muslim di Madinah sedang membutuhkanmu, Bilal. Mereka ingin mendengarkanmu mengumandangkan azan. Mereka rindu suaramu. Mereka rindu lantunan azanmu, wahai muadzin Rasulullah!", ucap Umar r.a. sebagaimana dilansir dari detikcom.


Untuk kembali ke Madinah dan kembali mengumandangkan adzan merupakan hal yang begitu berat bagi Bilal bin Rabah. Ia terlalu rindu pada Rasulullah sehingga tidak mampu melepas kepergian beliau.


Dikisahkan pada suatu ketika Bilal r.a. bertemu dengan Baginda Rasulullah dalam tidurnya. Mimpi tersebut menjadikan Bilal r.a. siap untuk berangkat ke Madinah mengunjungi makam Rasulullah.


Sesampainya di sana, Bilal r.a. bertemu dengan cucu-cucu kesayangan Rasulullah, yaitu Hasan dan Husein. Husein kemudian berkata,


"Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan azan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek."


Umar r.a. yang juga ada di sana pada saat itu turut membujuk Bilal r.a. untuk kembali mengumandangkan adzan. Umar r.a. juga menyampaikan bahwa seluruh sahabat juga merasakan hal yang sama. Lalu Bilal tersadar dan merasa inilah waktunya untuk menumpahkan rasa kerinduannya pada Rasulullah.


Akhirnya Bilal r.a. memutuskan untuk adzan yang terakhir kalinya. Suaranya yang merdu mulai terdengar ke seluruh penjuru kota Madinah. Ketika lafadz Allahu Akbar ia kumandangkan, kota Madinah seketika menjadi sunyi dan senyap. Seluruh aktivitas pun terhenti pada saat itu.


Seluruh penduduk Madinah pun terkejut mendengar suara merdu yang sudah lama menghilang tiba-tiba terdengar kembali. Suara merdu tersebut mengingatkan umat Islam akan sosok Rasulullah juga momen-momen ketika mereka bersama dengan beliau.


Ketika Bilal r.a. mengumandangkan lafadz Asyhadu alla ilaha illallah, seluruh penduduk Madinah mulai berlarian mencari sumber suara dan mulai berteriak histeris.


Hingga pada lafadz berikutnya, suara Bilal r.a. mulai terdengar parau ketika melafadzkan Asyhadu anna muhammadar rasulullah. Ia pun mulai terisak ketika menyebutkan nama orang yang paling ia rindukan.


Bilal r.a. tidak sanggup melanjutkan adzan. Seluruh penduduk Madinah akhirnya pun turut menangis karena merasakan rindu yang teramat pada Baginda Rasulullah SAW.


Demikian kisah adzan terakhir yang dikumandangkan oleh salah satu sahabat Nabi bersuara merdu, Bilal bin Rabah.






(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads