Kisah Nu'aiman, Sahabat Nabi yang Jahil Justru Bikin Rasulullah Tertawa

Kisah Nu'aiman, Sahabat Nabi yang Jahil Justru Bikin Rasulullah Tertawa

Hanindita Basmatulhana - detikHikmah
Selasa, 26 Jul 2022 15:21 WIB
Infografis garis keturunan Gadis Pemerah Susu
Ilustrasi sahabat nabi Nu'aiman. Foto: Fuad Hasyim/detikcom
Jakarta -

Nu'aiman bin Ibnu Amr, salah satu sahabat Nabi yang mampu membuat Nabi tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Sebab, biasanya nabi hanya melontarkan senyuman pada orang-orang di sekitarnya.


Nu'aiman bin Ibnu Amr bin Raf'ah adalah sahabat nabi yang berasal dari kalangan Anshar. Nu'aiman juga termasuk dalam golongan Ashabul badr, karena ia pernah turut berjihad bersama nabi di perang Badar.


Dituliskan dalam beberapa catatan sejarah bahwa Rasulullah kerap tertawa dan merasa gembira apabila berada di sisi Nu'aiman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berikut detikEdu rangkum kisah-kisah tentang candaan Nu'aiman pada zaman Nabi, sebagaimana dikisahkan oleh Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff pada kanal YouTube Masjid Raya Bintaro Jaya TV.

ADVERTISEMENT


Kisah Nu'aiman 'Menjual' Suwaibith

Ada satu kisah yang diceritakan oleh Ibnu Majah tentang Nu'aiman bin Ibnu Amr. Suatu ketika, Abu Bakar As-Siddiq mengajak Nu'aiman, Suwaibith bin Harmalah, dan sahabat lainnya untuk berdagang ke negeri Syam.


Saat hari mulai siang, Nu'aiman menghampiri Suwaibith yang bertugas menjaga makanan. Karena rasa tanggung jawab yang ia miliki, lantas Suwaibith menolak Nu'aiman yang meminta satu potong roti padanya.


"Kalau begitu, berarti kamu setuju kalau saya berbuat ulah", ucap Nu'aiman.


Ia kemudian berjalan menuju pasar dan mencari-cari wilayah yang menjual hamba sahaya. Pada masa itu, hamba sahaya diperjualbelikan untuk dipekerjakan.


Lalu Nu'aiman berkata pada orang-orang di sana bahwa ia menjual seorang hamba sahaya dengan harga yang sangat murah.


Namun kemudian ia juga memberitahu terdapat satu kekurangan pada hamba sahaya yang ia miliki. Kekurangannya adalah bahwa hamba sahaya mengaku kalau dirinya bukanlah seorang budak, melainkan orang merdeka.


Lantas orang-orang pun tertarik dengan tawaran tersebut dan mereka mengikuti Nu'aiman menemui Suwaibith untuk ditangkap.


Sesampainya di tempat Suwaibith, orang-orang pun menangkapnya dan Suwaibith pun terkejut. "Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka", ucap Suwaibith.


Karena orang-orang mengetahui "kekurangan" tersebut, maka mereka tidak menghiraukan ucapan Suwaibith.


Tidak lama waktu berselang, Abu Bakar datang dan mencari-cari Suwaibith. Nu'aiman kemudian berkata, "Sudah saya jual, Wahai Abu Bakar".


Akhirnya ia menceritakannya secara rinci dengan jujur apa yang telah terjadi kepada Abu Bakar. Kisah tersebut akhirnya sampai ke telinga Rasulullah. Beliau pun tertawa hingga gigi gerahamnya dapat terlihat oleh para sahabat.


Perawi hadits mengatakan bahwa Rasulullah menceritakan kisah Nu'aiman dan Suwaibith pada para tamunya, bahkan setelah satu tahun berlalu.

Kisah Hadiah Madu dari Nu'aiman untuk Rasulullah >>


Kisah Hadiah Madu dari Nu'aiman untuk Rasulullah

Diceritakan bahwa suatu ketika Nu'aiman melihat penjual madu yang kepanasan setelah sekian lama berkeliling. Namun ternyata tidak ada satu pun yang terjual. Kemudian Nu'aiman menghampiri penjual madu tersebut dan mengajaknya ke kediaman Rasulullah.


Ia hendak "menghadiahkan" madu-madu tersebut pada Rasulullah. Nu'aiman memberikan beberapa pesan kepada penjual madu, kemudian ia meninggalkannya di kediaman Rasulullah.


"Aku akan pergi karena masih ada urusan. Sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar kepadamu harga madu itu", ucap Nu'aiman sebelum ia pergi.


Penjual madu pun mengetuk pintu rumah Rasulullah dan memberikan madu jualannya. Lantas Rasulullah merasa tersentuh atas pemberian yang beliau anggap sebagai hadiah.


Kemudian Rasulullah membagikan madu-madu tersebut pada para sahabatnya. Ketika beliau sedang membagikannya, sang penjual madu berteriak, "Wahai Rasul, bayarlah madu itu!"


Saat mendengar ucapannya, Rasulullah sedikit terkejut tetapi beliau langsung memahami situasinya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, beliau berucap, "ini pasti perbuatan Nu'aiman".


Tidak lama setelah itu, Rasulullah memanggil Nu'aiman agar menghadap kepadanya. Beliau meminta penjelasan atas perbuatan yang ia lakukan. Tidak disangka, ternyata jawaban Nu'aiman lagi-lagi mengukir senyuman di bibir Rasulullah.


"Aku ingin berbuat baik padamu, Wahai Rasul. Tetapi aku tidak memiliki apa-apa", jawab Nu'aiman.


Dari kejadian tersebut, Rasulullah kemudian mulai memaklumi sifat Nu'aiman yang suka bertingkah jahil, tetapi hatinya baik.


Dari dua kisah Nu'aiman di atas, dapat diketahui bahwa Rasulullah memiliki sifat yang santai. Tidak selamanya Rasulullah selalu bersikap kaku dan formal. Kehidupan Rasulullah juga dipenuhi dengan canda dan tawa dengan para sahabatnya.




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads