Berusia 286 Tahun, Masjid Luar Batang Jadi Jejak Islam di Pesisir Jakarta

Berusia 286 Tahun, Masjid Luar Batang Jadi Jejak Islam di Pesisir Jakarta

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 21 Jun 2025 11:00 WIB
Masjid Luar Batang
Masjid Luar Batang, Jakarta Utara Foto: Devi Setya / detikcom
Jakarta -

Masjid Luar Batang merupakan salah satu masjid tertua dan paling bersejarah di Jakarta. Terletak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Islam, tetapi juga situs ziarah yang ramai dikunjungi.

Sejarah Singkat Masjid Luar Batang

Masjid ini didirikan pada 1739 oleh seorang ulama keturunan Arab, Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Beliau berasal dari Hadramaut, Yaman, dan dikenal karena dakwahnya yang damai, welas asih, serta keilmuannya yang tinggi.

Pembawaanya yang kharismatik membuat ia dihormati oleh masyarakat Betawi dan sekitarnya. Kehidupan dan ajarannya penuh dengan nilai-nilai kebajikan, kasih sayang, dan keteladanan dalam beragama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekretaris Masjid Luar Batang, Mansur Amin atau akrab disapa Daeng Mansur menjelaskan, saat pertama kali didirikan, masjid ini bernama An Nur. "Awalnya ini bernama Masjid An Nur, bentuknya belum seperti ini, sederhana pakai kayu," jelas Daeng Mansur saat ditemui detikHikmah, Kamis (19/6/2025).

Daeng Mansur mengatakan Habib Husein menyebarkan Islam di Batavia (sekarang Jakarta) dengan pendekatan yang merangkul berbagai kalangan, termasuk kaum pribumi dan para budak.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Nama Masjid Jami Luar Batang

Nama Luar Batang sendiri memiliki cerita unik. Konon, saat Habib Husein meninggal dunia dan jenazahnya hendak dimakamkan, tiba-tiba peti jenazahnya menghilang saat akan dipindahkan ke lokasi pemakaman.

Anehnya, jenazah itu ditemukan kembali di tempat asalnya di Luar Batang, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai "luar batang" yang merujuk pada peti mati (batang). Warga kemudian memutuskan untuk menguburkannya di tempat beliau biasa berdakwah.

Dalam versi lain, istilah "luar batang" diduga berasal dari kebiasaan di pelabuhan, di mana kapal-kapal asing yang tidak membayar pajak dilarang masuk ke "dalam batang" (area pelabuhan), sehingga harus menunggu di luar batang pohon penanda pelabuhan. Dari situlah kawasan ini mendapat nama "Luar Batang".

Arsitektur dan Nilai Budaya

Pada bagian depan masjid terdapat gapura yang menjadi penanda gerbang masuk ke area masjid.

Arsitektur Masjid Jami Luar Batang mencerminkan gaya tradisional Betawi dengan sentuhan Timur Tengah. Struktur bangunannya cukup sederhana namun memiliki aura religius yang kuat. Di dalamnya terdapat makam Habib Husein.

Masjid ini juga menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Jakarta dari masa kolonial Belanda hingga era modern. Banyak peziarah datang dari berbagai daerah untuk berdoa di makam Habib Husein, terutama pada peringatan haul beliau.

Daeng Mansur menjelaskan masjid satu lantai ini mampu menampung hingga 1.500 jemaah. Setiap hari ada orang yang berkunjung dari berbagai daerah untuk berziarah.

"Setiap minggu ada 10.000 orang yang datang ke sini. Apalagi kalau akhir pekan, Jumat, Sabtu Minggu bisa membludak penuh," jelas Daeng Mansur.

Masjid ini dilengkapi dengan dua menara yang mengapit di bagian kanan dan kiri masjid. Menara ini memiliki tinggi 57 meter yang baru dibangun pada 2008. Dua menara ini menggantikan menara legendaris berukuran lebih pendek yakni tujuh meter yang sudah berusia 150 tahun.

Masjid Luar Batang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan agama, dan kebudayaan. Di bulan Ramadan, masjid ini ramai dengan kegiatan buka puasa bersama, pengajian, dan salat Tarawih.




(dvs/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads