Cara Menasihati Orang dalam Islam, Utamakan Adab

Cara Menasihati Orang dalam Islam, Utamakan Adab

Hanif Hawari - detikHikmah
Minggu, 23 Mar 2025 14:00 WIB
Ilustrasi Muslim
Ilustrasi seseorang sedang menasihati temannya. (Foto: Getty Images/iStockphoto/golfcphoto)
Jakarta -

Nasihat berarti ajaran atau pelajaran yang baik yang dapat berupa anjuran seperti petunjuk, peringatan, dan teguran yang bermanfaat. Dalam Islam, nasihat diberikan sebagai bentuk masukan yang baik, karena setiap muslim memiliki kewajiban untuk saling menasihati dan dinasihati.

Menurut hadits yang diriwayatkan dari Tamim Ad Dariy, Rasulullah SAW bersabda: "Agama adalah nasihat". Para sahabat bertanya: "Untuk siapa?". Beliau menjawab: "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya" (HR. Muslim, no. 55).

Dalam Islam, menasihati orang lain bukan sekadar menyampaikan kebaikan, tetapi juga harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan penuh adab. Islam mengajarkan bahwa nasihat yang baik dapat mempererat hubungan antar sesama serta membantu seseorang untuk tetap berada di jalan yang benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menasihati bukanlah hal yang mudah, terutama jika tidak dilakukan dengan cara yang tepat. Jika seseorang memberikan nasihat dengan cara yang kasar atau mempermalukan orang lain, bukan tidak mungkin nasihat tersebut justru ditolak dan menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi penerimanya.

Cara Menasihati yang Baik dalam Islam

Nasihat memiliki peran penting bagi seorang muslim, karena dapat mempererat silaturahmi, memperkuat persaudaraan, serta menumbuhkan tradisi saling menjaga dalam kebenaran. Mengutip buku Pelajaran Adab Islam 2 oleh Ahmad Syukri dkk, dijelaskan beberapa cara yang perlu diterapkan saat menasihati orang lain, berikut ini penjelasannya.

ADVERTISEMENT

1. Ikhlas Karena Allah

Seseorang yang hendak memberi nasihat harus memiliki niat yang tulus semata-mata untuk meraih ridha Allah Ta'ala. Sebab, kebaikan tidak akan diterima dan tidak dianggap sebagai amalan saleh jika tidak didasari dengan keikhlasan.

Dari Umar bin Khathab, Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya. (HR.Bukhari dan Muslim)

2. Menasihati Sesuai Syariat

Tidak hanya niat yang ikhlas, metode penyampaian nasihat pun harus memperhatikan kebenaran dan kesesuaian dengan syariat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id Khudhri, Rasulullah SAW menjelaskan tingkatan dalam mengingkari kemungkaran, beliau bersabda:

"Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa jika seseorang tidak mampu mengingkari kemungkaran dengan tangan, maka ia tidak boleh memaksakan diri melakukannya, meskipun berniat baik.

Sebagai gantinya, ia dapat beralih ke cara berikutnya, yaitu dengan lisan, yang menunjukkan pentingnya mengikuti tuntunan syariat dalam menegur kemungkaran dan memberi nasihat.

3. Bicara dengan Lembut

Ketika seseorang datang untuk meminta nasihat, sebaiknya diterima dengan sikap yang lemah lembut. Orang yang memberikan nasihat juga hendaknya menunjukkan kelembutan, kepekaan, dan adab yang baik dalam menyampaikannya.

Meskipun orang yang meminta nasihat berada dalam kesalahan, sebaiknya hindari kata-kata yang keras atau menyinggung perasaannya. Menghardik atau memojokkan justru bisa membuatnya semakin menutup diri dari nasihat yang diberikan.

Nasihat yang baik tetapi disampaikan dengan cara yang kasar dapat menimbulkan dampak negatif. Orang yang menerimanya bisa saja mengabaikannya atau merasa dihakimi, sehingga muncul perasaan tidak nyaman dan enggan untuk mendengarkan.

4. Menasihati Secara Rahasia

Nasihat yang paling baik adalah yang disampaikan secara pribadi tanpa diketahui orang lain, bahkan jika memungkinkan, dilakukan secara rahasia. Memberikan nasihat sebaiknya tidak di depan banyak orang agar maksud dan tujuannya dapat tersampaikan dengan baik.

Menegur atau menasihati seseorang di hadapan orang banyak bisa membuatnya merasa malu. Hal ini justru dapat menghambat penerimaan nasihat dan membuatnya enggan mendengarkan.

Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata: "Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti" (Diwan Asy Syafi 'i, hal. 56).

5. Cari Waktu yang Tepat

Tidak semua orang selalu dalam kondisi siap untuk menerima nasihat, karena ada kalanya mereka sedang gelisah, marah, sedih, atau mengalami hal lain yang membuatnya sulit merenung atau bahkan menolak nasihat tersebut.

Oleh karena itu, memilih waktu yang tepat menjadi faktor penting agar nasihat dapat diterima dengan baik.

Ibnu Mas'ud pernah bertutur: "Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak." (Al Adab Asy Syar'iyyah, Ibnu Muflih)

6. Jangan Memaksa Nasihat Diterima

Seorang muslim punya kewajiban untuk menasihati saudaranya ketika melihatnya melakukan kesalahan. Namun, pemberi nasihat hanya berperan sebagai pengarah, bukan sebagai pihak yang memaksa orang lain untuk mengikutinya.

Saat menyampaikan nasihat, jangan menekan atau memaksa seseorang agar langsung menerimanya. Diperlukan kelapangan hati jika nasihat yang diberikan tidak dihiraukan oleh orang yang dinasihati.

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads