Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un dalam Tulisan Arab dan Keutamaannya

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un dalam Tulisan Arab dan Keutamaannya

Elmy Tasya Khairally - detikHikmah
Kamis, 27 Feb 2025 14:46 WIB
Ilustrasi Berdoa.
Ilustrasi mengucapkan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un. Foto: Freepik
Jakarta -

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un adalah ungkapan yang sering diucapkan umat muslim ketika mendengar kabar duka. Ungkapan ini bisa menjadi pengingat kita semua adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya.

Kalimat tersebut memang sudah biasa diucapkan, namun mungkin belum banyak muslim yang mengetahui penulisan innalillahi wa inna ilaihi raji'un dalam bahasa Arab. Umat muslim juga bisa menemui ungkapan ini dalam Al-Qur'an. Berikut penjelasannya.

Tulisan Arab Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un merupakan kalimat istirja. Dalam bahasa Arab, Istirja berarti mengembalikan. Berikut tulisan Arab "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Arab latin: Innaalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.

ADVERTISEMENT

Artinya: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali."

Istirja sering diucapkan ketika mendengar kabar duka, namun penggunaanya bisa lebih luas. Menurut laman Universitas Islam Indonesia, istirja bisa diucapkan ketika seseorang ditimpa segala bentuk musibah, baik yang kecil maupun besar. Serta, dapat diucapkan saat mendengar orang lain atau diri kita sendiri yang tertimpa musibah.

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un dalam Al Qur'an

Penjelasan mengenai kalimat innalillahi wa inna ilaihi raji'un terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156. Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Arab latin: Wa lanabluwannakum bisyai'im minal-khaufi wal-juu'i wa naqshim minal-amwaali wal-anfusi wats-tsamaraat, wa basysyirish-shaabiriin.

Artinya: "Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar."

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Arab latin: Alladzîna idzâ ashâbat-hum mushîbah, qâlû innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn.

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).

Menurut Syekh Izzuddin bin Abdussalam dalam kitab Syajaratul Ma'arif, ucapan orang yang ditimpa musibah terhadap istirja merupakan i'tirof, yaitu sebuah pengakuan atas ketidakmampuan. Ayat ini menjelaskan bahwa ketika seseorang ditimpa musibah, maka hendaklah mengucapkan kalimat istirja' sebagai bentuk pengakuan atas ketidakmampuan manusia dalam menghadapi musibah tersebut.

Sehingga, kalimat Istirja mengajarkan untuk melembutkan hati dan mencegah manusia dari kesombongan terhadap Allah SWT. Kalimat in mengingatkan manusia untuk lebih bersabar dalam menghadapi musibah, kehilangan, dan menghadapi qadha dan qadar yang ditetapkan Allah SWT.

Keutamaan Mengucapkan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un

Ada beberapa keutamaan membaca kalimat istirja atau innalillahi wa Inna Ilaihi raji'un ketika ditambahkan dengan sebuah doa atau kalimat pujian kepada Allah. Berikut di antaranya

1. Kalimat Istirja dan Doa Memohon Diganti dengan yang Lebih Baik

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang yang mengucapkan kalimat istirja akan diberi pahala dan ganti yang lebih baik. Hadits ini diriwayatkan oleh Ummu Salamah:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ } اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ أَوَّلُ بَيْتٍ هَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ إِنِّي قُلْتُهَا فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ أَرْسَلَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاطِبَ بْنَ أَبِي بَلْتَعَةَ يَخْطُبُنِي لَهُ فَقُلْتُ إِنَّ لِي بِنْتًا وَأَنَا غَيُورٌ فَقَالَ أَمَّا ابْنَتُهَا فَنَدْعُو اللَّهَ أَنْ يُغْنِيَهَا عَنْهَا وَأَدْعُو اللَّهَ أَنْ يَذْهَبَ بِالْغَيْرَةِ

Artinya: Dari Ummu Salamah bahwa ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, Inna lllahi wa Inna Ilaihi raaji'un, Allahumma 'jurnii fii mushiibati wa akhlif lii khairan minha (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).' melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik."

Ummu Salamah berkata; Ketika Abu Salamah telah meninggal, saya bertanya, "Orang muslim manakan yang lebih baik daripada Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian aku pun mengucapkan doa tersebut. Maka Allah pun menggantikannya bagiku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."

Ummu Salamah mengkisahkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Hatib bin Abu Balta'ah melamarku untuk beliau sendiri. Maka saya pun menjawab, "Bagaimana mungkin, aku telah mempunyai seorang anak wanita, dan aku sendiri adalah seorang pencemburu." Selanjutnya beliau pun menjawab: "Adapun anaknya, maka kita do'akan semoga Allah mencukupkan kebutuhannya, dan aku mendo'akan pula semoga Allah menghilangkan rasa cemburunya itu." (HR. Muslim).

2. Kalimat Istirja dan Memuji Allah

Mengutip buku Memuji Allah dan Membaca Selawat untuk nabi karya Imam Nawawi dkk, terdapat keutamaan memuji Allah dan mengucapkan kalimat istirja. Hadits in terdapat dalam kitab Imam Tirmidzi dan yang lainnya melalui Abu Musa Al-As'ari:

وَلَدَ قَبَضْتُمْ : لِمَلَائِكَتِهِ تَعَالَى اللَّهُ قَالَ الْعَبْدِ وَلَدُ مَاتَ إِذَا : فَيَقُوْلُوْنَ فُؤَادِهِ ثَمَرَةَ قَبَضْتُمْ : فَيَقُولُ نَعَمْ، فَيَقُوْلُوْنَ عَبْدِي وَاسْتَرْجَعَ ، حَمِدَكَ : فَيَقُوْلُوْنَ عَبْدِي قَالَ فَمَاذَا : فَيَقُوْلُ نَعَمْ، الحَمْدِ بَيْتَ وَسَمُوهُ الْجَنَّةِ فِي بَيْتًا لِعَبْدِي ابْنُوا : تَعَالَى اللَّهُ فَيَقُوْلُ

Artinya: "Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah SWT berfirman kepada para malaikat-Nya, "Kamu telah mencabut nyawa anak hamba-Ku." Mereka menjawab, "Ya" Allah SWT berfirman, "Kamu telah mencabut nyawa buah hatinya." Mereka menjawab, "Ya." Allah SWT berfirman, "Apakah yang dikatakan oleh hamba-Ku?" Mereka menjawab, "Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja' (kalimat Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun)." Maka Allah SWT berfirman, "Buatkanlah untuk hamba-Ku sebuah gedung di dalam surga, dan namakanlah dengan sebidang Baitul Hamdi."
Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.




(elk/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads