Para ulama Nahdlatul Ulama (NU), cendekiawan, dan pemangku kepentingan akan duduk bersama mengupas Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran. Mereka akan berbagi perspektif menguatkan visi misi kebangsaan dalam Sarasehan Ulama besok siang.
Asta Cita adalah delapan program pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan makmur. Misi tersebut terdiri dari 1) memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM), 2) Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Kemudian, 3) Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur, 4) Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin berikutnya, 5) Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, 6) Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
Lalu, 7) Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba, dan 8) Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk membicarakan Asta Cita tersebut, PBNU berkolaborasi dengan detikHikmah dan detikcom akan membuat forum diskusi yakni Sarasehan Ulama dengan tema 'Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU'.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengajak para ulama untuk berkumpul dalam rangka menguatkan visi kebangsaan yang sejalan dengan nilai-nilai keagamaan.
"Kita ingin mendiskusikan visi pemerintahan ini dari sudut pandang Nahdlatul Ulama untuk melihat apa yang bisa dikontribusikan oleh Nahdlatul Ulama untuk mendukung sukses, demi terwujudnya visi Asta Cita tersebut," ujar Gus Yahya saat membuka Kick Off Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU di Surabaya, Jawa Timur pada Kamis (16/1/2025).
Sarasehan Ulama akan membahas peran NU dalam ekonomi keumatan hingga hilirisasi dalam mendukung Asta Cita. Demokrasi dan HAM juga akan diangkat dalam diskusi ini.
Sarasehan Ulama 'Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU' terbagi dalam tiga sesi. Sesi pertama ada 'Kolaborasi untuk Penguatan SDM yang Berdaya Saing Tinggi Menuju Indonesia dengan Pertumbuhan Ekonomi Tinggi', mengundang sejumlah narasumber, salah satunya Rektor Universitas Indonesia Prof. Heri Hermansyah, serta pakar lainnya. Sesi ini akan membahas Asta Cita poin 3 dan 4.
Sesi kedua tentang Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dengan Memaksimalkan Potensi Lokal yang Fokus pada Hilirisasi, Industrialisasi, Pemerataan Ekonomi, dan Kesejahteraan Rakyat', yang berfokus pada Asta Cita poin ke-5, 6, dan 8.
Selanjutnya, diskusi sesi ketiga mengusung tema 'Memperkokoh Ideologi Pancasila dan Menguatkan Sistem Pertahanan Negara Menuju Masyarakat Indonesia yang Adil, Makmur Tanpa Korupsi'. Dalam sesi ini, para narasumber akan berdiskusi lebih dalam mengenai kondisi politik. Adapun topik pembahasannya akan berfokus pada Asta Cita poin 1, 2, dan 7.
Sarasehan Ulama ini digelar di tengah perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU. Acara bakal berlangsung pada Selasa, 4 Februari 2025 di The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Acara tersebut juga bisa disaksikan secara live streaming di detikcom mulai pukul 13.00 WIB. Sarasehan Ulama ini didukung oleh Bank Syariah Indonesia dan MIND ID.
Rencananya Sarasehan Ulama akan dibuka oleh Ketua Umum PBNU Gus Yahya. Menteri Agama Nasaruddin Umar juga dijadwalkan hadir memberikan keynote speech.
(kri/inf)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa