5 Karamah Syekh Abdul Qadir Jailani yang Masyhur Meski Sulit Diyakini

5 Karamah Syekh Abdul Qadir Jailani yang Masyhur Meski Sulit Diyakini

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Kamis, 09 Jan 2025 05:45 WIB
Ilustrasi Syekh Abdul Qadir Jailani (Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider)
Ilustrasi Syekh Abdul Qadir Jailani Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider
Jakarta -

Syekh Abdul Qadir Jailani termasuk tokoh sufi terpopuler di dunia Islam sampai-sampai dijuluki 'Imam al-Ashfiya' atau pemuka para sufi. Pendiri tarekat Qadiriyah yang jemaahnya tersebar di dunia, termasuk Indonesia, itu juga bergelar 'Sulthan al-Auliya' atau pemimpin para wali Allah.

Sebagai wali besar, Syekh Abdul Qadir Jailani diberikan sejumlah karamah atau peristiwa luar biasa oleh Allah SWT. Keistimewaan itu didapatkannya sebagai bukti bahwa manusia terpilih yang dianggap suci bisa memperoleh karamah yang merupakan representasi kebesaran-Nya.

Berbagai kisah karamah Syekh Abdul Qadir Jailani mungkin sulit dipercaya dan berada di luar akal manusia, tetapi hal itu sudah masyhur dan diyakini pengikutnya. Apa saja karamahnya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karamah Syekh Abdul Qadir Jailani

Mengutip buku Manakib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terjemahan kitab Lujain Ad-Dani fi Manaqib Al-Quthbu Ar-Rabbani Asy-Syaikh Abdil Qadir Al-Jilani karya Syekh Ja'far Al-Barzanji, oleh Masturi Irham dan situs NU Online, berikut beberapa karamah yang dialami Syekh Abdul Qadir Jailani:

1. Berguru kepada Nabi Khidir AS

Pertama kali memasuki Irak, Syekh Abdul Qadir Jailani ditemani oleh Nabi Khidir AS. Namun kala itu, Syekh belum mengenalinya hingga Nabi Khidir memberikan sejumlah persyaratan kepadanya, salah satunya yaitu jangan sekali-kali menentang. Sebab menentang akan membuat keduanya berpisah.

ADVERTISEMENT

Suatu ketika, Nabi Khidir berpesan, "Duduklah engkau di tempat ini." maka Syekh Abdul Qadir Jailani duduk di tempat tersebut hingga tiga tahun lamanya. Setiap setahun sekali Nabi Khidir datang menemuinya.

Nabi Khidir pun berpesan lagi, "Jangan sekali-kali meninggalkan tempat ini sampai aku datang lagi." Setelah mengikuti pesannya, Syekh Abdul Qadir Jailani pun diterima menjadi murid oleh Nabi Khidir.

2. Ditantang 100 Ulama

Syekh Abdul Qadir Jailani pernah didatangi 100 ulama fiqih Baghdad. Masing-masing mereka menghimpun berbagai masalah dan menyerahkannya kepada Syekh untuk menguji keahliannya.

Setelah para ulama dipersilakan duduk di majelis, Syekh menundukkan kepala dan keluarlah cahaya terang secara tiba-tiba dari dadanya menembus dada para ulama. Seketika masalah-masalah yang sudah dipersiapkan hingga kegelisahan dalam hati mereka lenyap. Para ulama yang hadir pun bingung .

Tak lama, Syekh Abdul Qadir Jailani menduduki kursinya seraya memberikan jawaban yang langsung tersimpan dalam hati masing-masing mereka. Usai mendapati semua jawaban atas masalah mereka, para ulama yang hadir mengakui keunggulan Syekh Abdul Qadir.

3. Menghidupkan Kembali Sisa Tulang Belulang Ayam

Seorang ibu datang menemui Syekh Abdul Qadir Jailani sambil mengantar sang putra untuk berguru ilmu suluk kepadanya. Setelah diterima, Syekh memerintahkan agar si anak belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan memerangi nafsunya (mujahadah).

Ketika si ibu menjenguk, dilihatlah tubuh putranya menjadi kurus dan hanya memakan roti gandum. Ibu itu menghadap Syekh Abdul Qadir Jailani dan melihat di hadapannya terdapat sisa makanan berupa tulang ayam yang sudah bersih.

Si ibu berkata, "Menurut penglihatan saya, Tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak. Sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya roti gandum kering. Apa maknanya sehingga ada perbedaan?"

Syekh Abdul Qadir Jailani meletakkan tangannya ke atas tulang belulang itu sambil mengucapkan, "Qum biiznillah ta'alaa alladzi yuhyil 'izhaama wa hiya ramiim (Berdirilah dengan izin Allah SAW yang menghidupkan tulang-belulang yang sudah hancur)."

Tulang belulang itu kembali tegak menjadi ayam dan berkokok mengucapkan, "Laa Ilaaha Illallahu Muhammadur Rasulullahi Abdul Qadir Waliyyulaah (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syekh Abdul Qadir kekasih Allah)."

Lalu Syekh berkata kepada orang tua anak itu, "Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini maka ia boleh makan apa saja sekehendaknya (asal yang halal)."

4. Membantu Gerombolan Musafir dari Kejauhan

Abu Umar Utsman Ash-Shairafi dan Abu Muhammad Abdul Haq Al-Harimi berkata, "Kami pernah bersama Syekh Abdul Qadir di madrasahnya pada Ahad, 13 Shafar 555 H. Kala itu, Syekh berwudhu dengan menggunakan sandal bakiaknya diikuti mendirikan shalat 2 rakaat. Selesai salam, Syekh berteriak sangat keras dan melemparkan sandalnya ke atas hingga kami tidak melihatnya lagi. Ia melakukan hal itu kembali kedua kalinya dengan sandal satunya. Lantas Syekh duduk dan tidak ada seorang pun yang menanyakan hal itu kepadanya."

"Berselang 23 hari kemudian, gerombolan musafir dari wilayah 'Ajam (non Arab) datang. Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami mempunyai nazar kepada Syekh Abdul Qadir Jailani' dan mereka meminta izin untuk menghadap Syekh." Mendengar itu, Syekh berkata, "Ambillah nazar yang dibawa mereka."

Mereka pun menyerahkan kepada kami emas, beberapa pakaian sutra dan pakaian berbulu, serta sepasang sandal bakiak milik Syekh. Melihatnya kami kebingungan dan bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka berkata, "Saat tengah di perjalanan pada Ahad 13 Shafar, segerombolan perampok yang dipimpin oleh 2 orang mencegat kami. Mereka mengambil harta kami dan kami terpojok di tepi lembah. Kami mengingat Syekh Abdul Qadir dan bernazar apabila harta kami selamat maka kami akan memberikan sebagiannya kepada Syekh.

Tak lama kemudian, kami mendengar teriakan sangat keras yang menggema memenuhi seluruh lembah sebanyak 2 kali. Kami pun melihat para perampok ketakutan. Kami menyangka mereka didatangi gerombolan perampok lain yang merampas hasil rampokan mereka. Beberapa dari mereka menemui kami dan mengatakan, 'Kemarilah, ambillah harta kalian dan lihatlah apa yang telah menimpa kami.' Mereka membawa kami ke kedua pemimpin mereka.

Kami menyaksikan keduanya telah mati dan di samping mereka terdapat sebuah sandal bakiak yang masih basah. Kemudian mereka mengembalikan harta kami yang telah dirampas. Sesungguhnya hal ini merupakan suatu peristiwa yang luar biasa."

5. Menyelamatkan Pedagang dari Takdir Kematian dan Fakir

Seorang pedagang bernama Abu Al-Muzhaffar Hasan bin Tamim Al-Baghdadi menghadap Syekh Hammad bin Muslim bin Daurah Ad-Dabbas, guru Syekh Abdul Qadir Jailani, pada 521 H sebelum perjalanan dagangnya. Ia berkata kepada Syekh Hammad, "Wahai tuanku, rombongan dagangku telah siap berangkat ke Syam dengan membawa dagangan senilai 700 dinar."

Syekh Hammad mengatakan, "Apabila kamu pergi pada tahun ini, di tengah perjalanan kamu akan dibunuh dan hartamu akan dirampas." Dengan perasaan gelisah, pedagang itu pulang dan berjumpa dengan Syekh Abdul Qadir Jailani di jalan. Ia menceritakan perkataan Syekh Hammad kepadanya, kemudian Syekh Abdul Qadir berkata, "Pergilah dengan selamat dan kembalilah dengan membawa keuntungan. Aku yang akan bertanggung jawab."

Pedagang itu pun berangkat ke Syam dan mendapat keuntungan sebesar 1.000 dinar dari barang dagangannya. Pada suatu waktu, ia singgah ke toilet umum di Aleppo untuk membuang hajat dan meletakkan 1.000 dinar tersebut di atas rak. Ia keluar langsung pergi dan melupakan uang tersebut.

Sesampainya di rumahnya, ia tertidur dan bermimpi seolah-olah berada dalam rombongan yang dihadang oleh segerombolan perampok. Mereka merampas hartanya dan menghabisi nyawa seluruh rombongan. Di mimpi, salah satu perampok menebas lehernya dengan pedang hingga mati terbunuh.

Ia terbangun karena ketakutan dan mendapati sedikit bekas darah di lehernya serta masih merasakan rasa sakit yang begitu nyata. Pedagang itu pun teringat 1.000 dinar yang tertinggal di toilet umum dan segera pergi ke sana. Ia menemukan uang itu masih di atas rak dan tidak hilang sedikit pun. Kembalilah ia ke Baghdad.

Setibanya di Baghdad, ia berkata dalam hati, "Apakah aku harus menemui ke Syekh Hammad terlebih dulu karena memang ia yang lebih tua dari Syekh Abdul Qadir Jailani, atau ke Syekh Abdul Qadir dulu karena memang benar apa yang diucapkannya?"

Di jalan, ia pun bertemu dengan Syekh Hammad. Syekh Hammad berkata kepadanya, "Hai Abu Al-Muzhaffar, berkunjunglah kamu terlebih dahulu ke Abdul Qadir karena sesungguhnya ia dicintai Allah SWT. Sungguh, ia sudah memohonkan kepada Allah SWT untukmu sebanyak 17 kali sehingga takdir kematianmu yang sesungguhnya hanya kamu rasakan dalam mimpi dan ketetapan fakir yang sesungguhnya berubah karena lupa saja."

Ia pun menghadap Syekh Abdul Qadir Jailani dan Syekh berujar kepadanya, "Apa yang dituturkan Syekh Hammad kepadamu bahwa aku telah memohonkan kepada Allah SWT untukmu sebanyak 17 kali adalah benar. Demi keagungan-Nya yang layak disembah, sungguh aku sudah memohonkan kepada Allah SWT untukmu sebanyak 17 kali hingga sempurna 70 kali sehingga terjadilah sebagaimana yang dikatakan Syekh Hammad."




(azn/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads