Adab lebih tinggi daripada ilmu merupakan kalimat yang berasal dari pepatah Arab. Sebagaimana diketahui, adab menjadi satu hal yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Menukil dari buku Berguru Adab kepada Imam yang ditulis Malik Masykur, adab diartikan sebagai kepandaian atau ketepatan dalam mengurus segala sesuatu. Sementara itu, ilmu dalam pandangan Islam merupakan kebutuhan untuk mengetahui kebenaran dan ditempatkan pada posisi yang tinggi.
Meski demikian, diterangkan dalam buku Adab dan Doa Sehari-hari untuk Muslim Sejati susunan Thoriq Aziz Jayana, kedudukan adab lebih tinggi dari ilmu. Namun, ilmu tetap menjadi bagian penting yang sangat diperlukan dalam kehidupan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar ilmu fikih dan hadits yang tak lain adalah Imam Malik pernah berkata, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."
Dengan beradab, maka ilmu akan lebih mudah diserap. Islam memuliakan orang-orang yang menghiasi dirinya dengan adab mulia ketimbang mereka yang berilmu. Hal ini menjadi misi kenabian Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya,
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah." (HR Bukhari)
Kenapa Adab Lebih Tinggi dari Ilmu?
Masih dari sumber yang sama, ketika manusia beradab maka segala sesuatu mudah untuk diperbaiki atau diraih. Sebab, akhlak atau adab menjadi pembatas serta memberikan arahan bagaimana kita menyikapi ilmu.
Nabi Muhammad SAW dalam hadits lainnya mengatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Beliau bersabda,
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya." (HR Bukhari)
Meski adab lebih tinggi dari ilmu merupakan sebuah pepatah dan bukan hadits Nabi Muhammad SAW, keterkaitan adab dengan ilmu dibuktikan dalam surah Al Baqarah ayat 30-34. Allah SWT berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ ۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."
Menurut buku Faktor X yang disusun Tantomi Simamora, pada surah Al Baqarah ayat 30-34 itu terlihat jelas bahwa kecerdasan apapun yang dimiliki harus dibingkai dalam ungkapan bahwa sema yang diajarkan oleh Allah SWT dan dengan penuh pengharapan kepada Sang Khalik. Tidak mungkin ilmu bermanfaat tanpa adanya keridhaan Allah SWT, inilah adab tertinggi dari para malaikat yang terlihat pada surah Al Baqarah ayat 30-34.
Ilmu tanpa adab berujung pada kesombongan. Orang yang berupaya memahami ilmu tanpa adab akan sangat mudah untuk menyalahkan orang lain.
Pepatah Adab Lebih Tinggi dari Ilmu Digaungkan para Ulama
Kedudukan adab lebih tinggi dari ilmu juga digaungkan oleh para ulama, salah satunya dikatakan oleh Hadratusy Syekh Hasyim Asy'ari dalam kitabnya yang berjudul Adab Al-'Alim Wa Al-Muta'allim. Ia berkata:
التوحيد يوجب الإيمان, فمن لا إيمان له لا توحيد له, والإيمان يوجب الشريعة, فمن لا شريعة له لا إيمان له ولا توحيد له, والشريعة توجب الأداب, فمن الآداب له لا شريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له.
Artinya: "Tauhid mewajibkan wujudnya iman, barang siapa yang tidak beriman, maka sebenarnya dia tidak bertauhid. Dan iman mewajibkan wujudnya syariat, maka barang siapa yang tidak melakukan syariat, sebenarnya dia tidak beriman dan tidak pula bertauhid. Dan syariat mewajibkan wujudnya adab, maka barang siapa yang tidak memiliki adab, maka pada hakikatnya."
Selain itu dikutip dari buku Antologi Hadits Tarbawi: Pesan-pesan Nabi SAW susunan Anjali Sriwijbant, Ibnu al-Mubarak RA turut mengatakan terkait adab lebih tinggi dari ilmu. Berikut bunyinya,
"Mempunyai adab (kebaikan budi pekerti) meskipun sedikit adalah lebih kami butuhkan daripada (memiliki) banyak ilmu pengetahuan."
(aeb/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza