Apa Itu Israf? Ini Bahaya dan Cara Menghindarinya

Apa Itu Israf? Ini Bahaya dan Cara Menghindarinya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Kamis, 28 Nov 2024 13:15 WIB
boros hikmah
Foto: Getty Images/iStockphoto/SIphotography
Jakarta -

Setiap manusia pasti memiliki berbagai kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya. Namun, sangat penting bagi seseorang untuk selalu menjaga keseimbangan, agar tidak terjebak dalam perilaku yang berlebihan.

Islam telah mengajarkan setiap umatnya untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam segala hal, baik dalam harta dan gaya hidup. Salah satu sikap yang perlu dihindari ini adalah israf. Untuk memahami lebih dalam apa itu israf, simak penjelasannya berikut ini.

Pengertian Israf

Mengutip buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI yang ditulis oleh H. Aminudinisraf, israf berasal dari bahasa Arab "asrafa-yusrifu-israfan" yang artinya melampaui batas. Secara istilah, israf adalah melakukan sesuatu yang berlebihan dan ditambah-tambahkan, baik dari ucapan maupun perbuatan, yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut terminologi, israf adalah suatu penyakit hati atau iman seseorang berupa perbuatan yang melampaui batas kewajaran, baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya. Pelaku israf disebut musfir atau musrifin.

Israf adalah perilaku tercela yang tidak disukai Allah SWT dan akan mendatangkan kerugian. Allah SWT berfirman dalam surah Al-An'am ayat 141,

ADVERTISEMENT

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْاۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ

Artinya: "Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."

Melampaui batas atau israf adalah bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah SWT, yang memberikan kelapangan atau kesempitan rezeki sesuai dengan kehendak, ridha, kebijaksanaan, dan ketetapan-Nya.

Setiap muslim harus menyadari bahwa segala sesuatu adalah karunia dari Allah SWT. Kesadaran ini harus semakin kuat, karena mereka tahu bahwa mengingkari nikmat Allah SWT dan mendustakan rasul-Nya tidak akan membawa keuntungan sedikit pun.

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : هَلَكَ الْمُتَنَطِعُوْنَ، قَالَهَا ثَلَا نا رواه مسلم .

"Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi SAW bersabda, 'Binasalah orang-orang yang suka berlebih-lebihan.' Beliau mengulangi sampai tiga kali." (HR. Muslim)

Israf dalam bentuk pamer kekayaan dan berjiwa sombong dapat membawa kehancuran bagi diri sendiri karena hilangnya kendali atas diri sendiri dan sosial. Jika seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, ia dapat terjerumus dalam sikap israf. Keinginan untuk mengejar kemewahan dunia semata merupakan sikap yang tidak diridhai oleh Allah SWT, dan tidak akan membawa manfaat sedikit pun di dunia maupun di akhirat.

Israf dalam beribadah juga dilarang dalam Islam dan termasuk akhlak tercela, karena akan menghalangi pelaksanaan kewajiban-kewajiban lain.

Ibnu Munayyis menuturkan bahwa beliau dan orang-orang sebelumnya telah menyaksikan bahwa setiap orang yang melampaui batas dalam agama akhirnya akan terputus. Penuturan ini bukan berarti melarang seseorang untuk mencari kesempurnaan dalam beribadah, yang tentu saja merupakan hal yang terpuji. Namun, yang dilarang adalah berlebihan dalam ibadah sunnah hingga menyebabkan kebosanan, yang pada akhirnya dapat membuat seseorang meninggalkan ibadah yang lebih utama atau bahkan meninggalkan ibadah fardu yang sudah ditetapkan.

Misalnya, seseorang yang melaksanakan qiyāmul lail sepanjang malam hingga di akhir malam ia merasa mengantuk, kemudian tertidur dan akhirnya meninggalkan salat Subuh. Tindakan seperti ini termasuk berlebihan dan melampaui batas, yang dilarang dalam ajaran Islam.

Berlebihan dalam beribadah dapat menyebabkan amal ibadah seseorang terhenti dan mengakibatkan ketidaksabaran, karena manusia memiliki tabiat mudah merasa bosan dan terbatas kemampuannya. Meskipun seseorang mungkin bisa bersabar untuk melakukan ibadah yang lebih berat dalam beberapa hari atau bulan, ia tidak akan mampu melakukannya lebih dari itu.

Seringkali, seseorang yang berlebihan dalam ibadah akhirnya menjadi teledor dan berubah dari disiplin yang ketat menjadi longgar. Akibatnya, ia bisa meninggalkan kewajiban yang seharusnya tetap dilaksanakan.

Menurut Imam Asy-Syatibi, salah satu bahaya israf adalah dapat menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang seharusnya ada dalam diri seseorang, yang merupakan hal yang sangat dituntut oleh agama dalam menjalankan berbagai tanggung jawab hukum. Beliau berkata,

"Ketahuilah bahwa kesempitan tidak dihilangkan dari orang yang dibebani tanggung jawab (mukallaf) karena dua segi. Pertama, khawatir terputus amalnya di tengah jalan, membenci ibadah, dan tidak suka melaksanakan beban agama. Kedua, khawatir menimbulkan pengurangan amal dengan bermalas-malasan."

Dalam buku Keajaiban cinta yang ditulis oleh Quito Riantori Motinggo, selain israf dalam harta dan beribadah, ruang lingkup israf sangatlah luas, mulai dari masalah berpakaian dan makan dan minum, Allah SWT berfirman dalam surah Al-A'raf ayat 31,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Artinya: "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."

Begitu pun masalah infaq, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Furqan ayat 67,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Artinya: "Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya."

Hingga pelaksanaan qishash, atau hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang yang berbuat kesalahan, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Isra ayat 33,

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُوْمًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهٖ سُلْطٰنًا فَلَا يُسْرِفْ فِّى الْقَتْلِۗ اِنَّهٗ كَانَ مَنْصُوْرًا

Artinya: "Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Siapa yang dibunuh secara teraniaya, sungguh Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya. Akan tetapi, janganlah dia (walinya itu) melampaui batas dalam pembunuhan (kisas). Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan."

Israf pun dapat menimpa orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas. Meski demikian, setiap perbuatan israf tersebut dapat mengarah pada bentuk-bentuk israf yang jauh lebih berbahaya, yaitu israf yang berkaitan dengan tindakan zalim dan kufur. Israf ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam keburukan yang lebih besar.

Tanda-tanda Seorang Musrifin

Dikutip dari sumber sebelumnya, Rasulullah SAW menuturkan bahwa tanda-tanda pelaku israf ada empat, beliau bersabda,

"Adapun tanda-tanda al-musrif itu ada empat: buta, lalai, gemar bersenda gurau, dan lupa."

Adapun menurut Imam Ash-Shadiq,

"Seorang musrif itu mempunyai tiga karakteristik: apabila menjual, maka yang dijualnya bukan miliknya, apabila memakai sesuatu, maka yang dipakainya bukan miliknya, dan apabila makan, maka yang dimakannya pun bukan miliknya."

Di dalam riwayat lain, Imam Al-Baqir AS berkata,

"Al-musrifun (orang-orang yang melampaui batas) itu adalah orang-orang yang menghalalkan yang diharamkan dan mengharamkan yang dihalalkan."

Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa berlebihan dalam hal kebaikan adalah dilarang. Beliau bersabda,

"Tidak ada kebaikan di dalam sifat yang berlebih-lebihan, dan jangan pula kamu berlebih-lebihan di dalam kebaikan."

Cara Menjauhi Israf

Mengutip buku Materi Pendidikan Agama Islam 1 yang disusun oleh H.Sayid Habiburrahman, hal yang dapat dilakukan untuk Menjauhi israf adalah sebagai berikut.

1. Menjauhi semua penyebab israf dan selalu bertawakal kepada Allah SWT.

2. Belajar mengatur pengeluaran dengan cara yang baik dan benar.

3. Memahami akibat-akibat buruk dari sikap berlebihan.

4. Mengingat kemungkinan seseorang bisa mengalami kesulitan atau kemiskinan di masa depan.

5. Menyalurkan harta melalui zakat, sedekah, dan infak.

6. Merenungkan bahaya dan dampak dari israf.

7. Mengendalikan nafsu dan belajar menanggung beban, seperti salat malam, sedekah, atau puasa sunnah.

8. Selalu mengikuti sunnah dan teladan hidup Rasulullah SAW.

9. Meneladani kehidupan orang-orang salaf, seperti sahabat, mujahiddin, dan ulama.

10. Menghindari berteman dengan orang-orang yang israf.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads