Peran Rasulullah SAW sebagai Sosok Guru Teladan

Peran Rasulullah SAW sebagai Sosok Guru Teladan

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Senin, 25 Nov 2024 17:45 WIB
Roti kesukaan Rasulullah
Rasulullah SAW. Foto: Getty Images/iStockphoto/Gogosvm
Jakarta -

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT tidak hanya sebagai seorang pemimpin yang memiliki banyak peran, tetapi juga sebagai seorang guru yang mengajarkan umat manusia tentang agama Islam. Rasulullah SAW tidak hanya menyampaikan ayat-ayat Al-Qur'an, tetapi juga mendidik dan membentuk generasi sahabat dengan ketauhidan.

Perjalanan dakwah dan ajaran yang beliau laksanakan selama 23 tahun telah mengubah peradaban dari masa kejahiliyahan menuju Islam yang penuh ilmu pengetahuan. Inilah penjelasan lengkap bagaimana Nabi Muhammad diutus sebagai guru terbaik sepanjang sejarah.

Perjalanan Nabi Muhammad Diutus sebagai Guru

Merangkum buku Sejarah Pendidikan Islam yang disusun oleh Suyuthi Pulungan, menjelang usianya yang ke-40 tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Seperti biasanya pada setiap tahun, Nabi Muhammad SAW menyisihkan sebagian waktunya untuk melakukan tahannus (khalwat) di Gua Hira, yang berjarak beberapa kilometer di utara kota Mekkah dan pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat melakukan tahannus di Gua Hira itulah muncul malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu Allah SWT yang pertama, yakni surah Al-Alaq ayat 1-5,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (۱) خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (۲) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ (۳) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)

ADVERTISEMENT

Artinya: "Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang.belum diketahuinya."

Kemudian, disusul oleh wahyu yang kedua termaktub dalam Al-Qur'an surah Al-Muddatstsir ayat 1-7,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّتَرُ (۱) قُمْ فَأَنْذِرْ (۲) وَرَبَّكَ فَكَبَرٌ (۳) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (٥) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (٦) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ (۷)

Artinya: "Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah."

Dengan turunnya wahyu kedua ini, Nabi Muhammad diutus sebagai guru oleh Allah SWT. Beliau diperintahkan untuk bangkit, melepaskan selimutnya, dan menyingsingkan lengan bajunya, guna memberikan peringatan dan pengajaran kepada umat manusia. Tugas ini merupakan amanah suci dari Allah SWT untuk mendidik dan mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh umatnya.

Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Pada awalnya, beliau menyampaikan wahyu-wahyu tersebut secara sembunyi-sembunyi kepada keluarga dekat dan sahabat-sahabatnya.

Sejarah mencatat bahwa setelah banyak orang memeluk Islam, Nabi Muhammad SAW kemudian menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam sebagai tempat pertemuan bagi para sahabat dan pengikutnya. Di rumah inilah dimulai pendidikan Islam pertama dalam sejarah.

Di rumah ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan dasar-dasar agama Islam kepada para sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu Al-Qur'an kepada pengikutnya. Selain itu, di tempat yang sama, Nabi SAW juga menerima tamu dan orang-orang yang ingin memeluk Islam atau yang memiliki pertanyaan mengenai agama Islam. Beliau juga mengajarkan kepada para sahabat cara beribadah, termasuk melaksanakan salat berjamaah.

Kemudian, turunnya wahyu kedua memberikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan agama Islam secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Jazirah Arab. Nabi SAW pun melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab dan sebaik-baiknya.

Tantangan dan penderitaan yang dialami Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya memang tidak sedikit, namun Nabi SAW tetap melaksanakan tugas dalam menyebarkan Islam dan mendidik para sahabatnya.

Selain itu, setelah turunnya wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW juga menerima perintah untuk mulai berdakwah. Tugas dakwah ini ternyata bukanlah hal yang mudah.

Sebab sebelum Islam datang, sebagian besar kaum Arab beribadah dengan cara menyembah berhala dan menjadikan Ka'bah sebagai pusat peribadatan mereka. Hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW datang dan membawa perubahan keyakinan, yaitu ketauhidan.

Pada tahun 622 M, ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau bersama beberapa sahabat dari suku Aws dan Khazraj, yang juga memiliki kemampuan dalam mengajarkan membaca dan menulis. Sesampainya di Yastrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah, langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah membangun masjid.

Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan Islam dan sarana untuk mempererat hubungan serta memperkuat ikatan jemaah umat Islam.

Pendidikan Islam yang Nabi Muhammad SAW bawa di Madinah juga dianggap sebagai pendidikan Islam pertama yang lebih maju dan berkembang, dibandingkan dengan pendidikan yang ada di Makkah. Meskipun pada masa itu belum ada sistem evaluasi atau pemberian ijazah seperti yang dikenal sekarang, Nabi Muhammad SAW memberikan kepercayaan kepada sahabat yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan Islam.

Nabi Muhammad SAW sebagai Guru Terbaik Sepanjang Sejarah

Dalam buku Manajemen Pendidikan Rasulullah yang disusun oleh Murni dkk, disebutkan bahwa keberhasilan pendidikan yang Nabi Muhammad SAW berikan kepada para sahabat selama 23 tahun (13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah) merupakan waktu yang sangat singkat dalam sejarah peradaban umat manusia. Nabi Muhammad diutus sebagai guru terhebat dan tersukses sepanjang sejarah.

Dalam satu hadits dijelaskan bahwa tujuan Nabi Muhammad diutus sebagai guru oleh Allah SWT adalah sebagai pendidik yang memudahkan. Rasulullah SAW bersabda,

إن الله لم يبعثني معنتاً ولا متعنتاً ولكن بعثني معلماً ميسراً (رواه مسلم).

"Sesungguhnya Allah mengutusku bukan sebagai penyulit dan buka pula sebagai pencari-cari kesulitan tetapi Allah mengutusku sebagai pendidik yang memudahkan." (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain, dari Mu'awiyah ibn Al-Hakam, ia berkata,

رأيتُ معلما قبله ولا بعده أحسن تعليمًا منه، فوالله ما كهرني ولا ضربني ولا شتمني رواه مسلم).

"Aku (Mu'awiyah ibn Al-Hakam) belum pernah melihat seorang pendidik sebelum dan sesudah beliau yang lebih baik cara mengajarnya dari pada beliau, demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan tidak pula mencelaku." (HR. Muslim)

Mengutip buku Hadits tarbawi: analisis komponen-komponen pendidikan perspektif Hadits yang disusun oleh Lalu Muhammad Nurul Wathoni Rasulullah SAW senantiasa membekali para sahabat dengan ilmu pengetahuan dan menanamkan keyakinan dalam diri mereka untuk menjalankan tugas sebagai mukmin seutuhnya. Oleh karena itu, tugas mendidik bukanlah pekerjaan yang bisa diserahkan kepada sembarang orang, melainkan harus diberikan kepada mereka yang memiliki keahlian sebagai pendidik yang berpengalaman. Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

إِذَا وُسِدَ الأَمْرُ الَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةِ

"Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya. Maka tunggulah kehancurannya."

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, ia berkata, "Pada suatu hari Rasulullah keluar dari salah satu kamar beliau umtuk menuju masjid. Di dalam masjid, beliau mendapati dua kelompok sahabat. Kelompok pertama adalah golongan orang yang sedang membaca Alqur'an dan berdoa kepada Allah. Sementara itu, kelompok kedua adalah golongan yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan."

Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, "Masing-masing kelompok sama-sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika Dia menghendaki, begitupun sebaliknya, doa mereka tidak akan diterima oleh Allah jika Dia tidak berkenan mengabulkan doa tersebut. Adapun terhadap golongan yang belajar-mengajar, mereka sedang mempelajari ilmu dan mengajar orang yang belum tahu. Mereka lebih utama. Maka (ketahuilah) sesungguhnya aku ini diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru). Kemudian beliau ikut bergabung bersama mereka." (HR. Ad-Damiri)

Maka, tujuan utama Nabi Muhammad diutus sebagai guru adalah untuk menjadi bukti hidup dan contoh nyata dari seluruh ajaran syariat Allah SWT yang diturunkan melalui wahyu-Nya. Rasulullah SAW telah mengamalkan semua wahyu yang diterimanya, untuk membuktikan bahwa syariat Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini menunjukkan bahwa, tidak ada alasan bagi umat manusia untuk tidak mengikuti ajaran Islam, karena ajaran tersebut diciptakan agar tidak memberatkan manusia dan sesuai dengan kemampuan manusia.

Rasulullah SAW adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Ia adalah seseorang pemimpin umat, komando perang, teladan bagi umat dan hakim dalam menyelesaikan berbagai masalah. Namun, dari sekian banyak peran beliau, peran yang paling utama adalah peran sebagai seorang guru atau pendidik.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads