Tepat hari ini 112 tahun lalu, organisasi dakwah Muhammadiyah lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta. Sejarah berdirinya Muhammadiyah tak lepas dari sosok KH Ahmad Dahlan.
KH Ahmad Dahlan adalah pendiri persyarikatan Muhammadiyah. Disebutkan dalam buku K.H. Ahmad Dahlan si Penyantun karya Imron Mustofa, Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta dengan nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah putra Abu Bakar bin Sulaiman dan Siti Aminah.
Abu Bakar bin Sulaiman adalah khatib besar Masjid Kesultanan Yogyakarta, sementara Siti Aminah adalah putri Haji Ibrahim bin Hasan, penghulu yang mengabdi di Keraton Yogyakarta. Menurut sejumlah penelusuran, Ahmad Dahlan masih keturunan wali songo dari Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kiai Dahlan kecil pertama kali mendapatkan pendidikan agama Islam dari ayahnya langsung. Sembari belajar kepada ayahnya, ia juga menjalani pendidikan pesantren.
Tekadnya mendalami ilmu agama makin kuat. Hal itu membawanya ke Tanah Suci. Dalam buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia susunan J. Suyuthi Pulungan, keberangkatan Kiai Dahlan kala itu dibiayai kakak iparnya yang bernama KH Soleh, kiai sekaligus saudagar kaya.
Kiai Dahlan pun memperdalam Islam di Mekkah. Saat berusia sekitar 34 tahun, tepatnya pada 1903, ia juga kembali ke Makkah dan bermukim 2 tahun untuk meningkatkan kefaqihan agamanya dan memantapkan keteguhan hatinya untuk konsisten menegakkan agama dan memperbaiki umat Islam di Tanah Air.
Menurut buku KH Ahmad Dahlan (1868-1923) susunan Abdul Mu'thi dkk, Kiai Dahlan dikenal sebagai sosok aktivis. Ia mengikuti banyak organisasi pergerakan pada masa itu, seperti Budi Oetomo, Jami'at Chair, dan Sarikat Islam. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya mendirikan Muhammadiyah.
Mendirikan Muhammadiyah bukanlah hal yang mudah. Kiai Dahlan mendapat banyak pertentangan dari berbagai pihak, termasuk dari keluarganya dan masyarakat sekitar.
Junus Salam dalam Riwayat Hidup K.H.A Dahlan: Amal dan Perdjoangannja menyebut, tak sedikit fitnah dan tuduhan dilontarkan kepada Kiai Dahlan. Ia sempat dituduh akan mendirikan agama baru yang menyalahi Islam.
Diketahui, masyarakat Islam pada masa kehidupan Kiai Dahlan sedang ditimpa berbagai krisis. Umat Islam telah lupa pada tuntunan agama yang berdasar pada Al-Qur'an dan hadits.
"Mereka telah berbuat bid'ah, churafat, dan sjirik. Hal inilah jang menjebabkan mereka djauh dari tuntunan agama jang sebenarnja," tulis Junus Salam dengan ejaan lama.
Hal lain yang memperkuat pendirian Muhammadiyah adalah kondisi umat Islam yang kala itu dihinggapi konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
"Ummat Islam kebanjakan hidup dalam alam fanatisme jang sempit, bertaqlid buta serta berfikir setjara dogmatis. Kehidupan ummat Islam boleh dikatakan masih dihinggapi conservatisme, formalisme, dan tradisionalisme," tulis Junus Salam saat menjelaskan sebab-sebab Muhammadiyah berdiri.
Kini, Muhammadiyah genap berusia 112 tahun. Organisasi ini mengembangkan sayap dakwahnya lewat Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), terutama di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
(kri/inf)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi