Rasisme dan Diskriminasi terhadap Muslim di Eropa Naik Tajam

Rasisme dan Diskriminasi terhadap Muslim di Eropa Naik Tajam

Kristina - detikHikmah
Jumat, 25 Okt 2024 15:30 WIB
Kerumunan multi-etnis berpartisipasi dalam protes anti-rasisme
Kerumunan multi-etnis berpartisipasi dalam protes anti-rasisme. Foto: Getty Images/VLIET
Jakarta -

Kasus rasisme dan diskriminasi terhadap muslim di Eropa melonjak tajam. Laporan Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa (FRA) menunjukkan satu dari dua muslim di Uni Eropa menghadapi rasisme dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (24/10/2024) itu, FRA menyebut wanita, pria, dan anak-anak muslim menjadi sasaran bukan hanya karena agamanya, tapi juga karena warna kulit dan etnis atau latar belakang imigran.

Survei yang melibatkan 9.604 responden muslim di 13 negara Uni Eropa, di antara imigran dan anak-anak, yang dilakukan FRA pada 2022 ini menunjukkan lonjakan tajam rasisme anti-muslim sejak survei terakhir pada 2016. Ini terjadi terutama di sektor pekerjaan dan perumahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FRA menemukan diskriminasi rasial mencapai 47 persen, angka ini naik dibandingkan survei pada 2016 sebesar 39 persen. Kasus tertinggi terjadi di Austria (71 persen), diikuti Jerman (68 persen) dan Finlandia (63 persen).

Dalam sektor pekerjaan, FRA melaporkan umat Islam paling sering menghadapi diskriminasi saat mencari pekerjaan (39 persen) atau di tempat kerja (35 persen), angka ini naik dari 31 persen dan 23 persen pada 2016.

ADVERTISEMENT

Survei FRA juga mencatat, sepertiga responden (35 persen) tidak dapat membeli atau menyewa rumah karena diskriminasi, naik dari 22 persen pada 2016.

Temuan lain yang dilaporkan FRA mengungkap wanita yang mengenakan pakaian keagamaan menghadapi diskriminasi rasial yang lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memakainya. Hal ini terutama saat mencari pekerjaan. Angkanya meningkat hingga 58 persen untuk wanita muda (usia 16-24 tahun).

Meski survei dilakukan pada Oktober 2021 hingga Oktober 2022 atau sebelum serangan Hamas ke Israel dan terjadinya serangan balasan di Gaza, kasus rasisme dan diskriminasi disebut ada kaitannya dengan konflik di Timur Tengah.

Direktur FRA Sirpa Rautio mengatakan lonjakan rasisme dan diskriminasi terhadap muslim di Eropa dipicu oleh konflik di Timur Tengah dan diperparah narasi anti-Muslim.

"Kita menyaksikan lonjakan rasisme dan diskriminasi yang mengkhawatirkan terhadap muslim di Eropa. Hal ini dipicu oleh konflik di Timur Tengah dan diperburuk oleh retorika anti-Muslim yang tidak manusiawi yang kita lihat di seluruh benua," kata Rautio seperti dikutip dari siaran pers FRA, Jumat (25/10/2024).

"Alih-alih menebar perpecahan di masyarakat kita, kita perlu memastikan bahwa setiap orang di UE merasa aman, diterima, dan dihormati, terlepas dari warna kulit, latar belakang, atau agama mereka," sambungnya.

Data FRA dari Survei Uni Eropa terhadap Imigran dan Keturunan Imigran pada 2022 mengungkap situasi suram bagi populasi muslim di Uni Eropa selama 15 tahun lebih.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads