Kematian yang Baik Disebut Husnul Khatimah, Seperti Apa?

Kematian yang Baik Disebut Husnul Khatimah, Seperti Apa?

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Sabtu, 14 Sep 2024 09:03 WIB
Ilustrasi jenazah
Ilustrasi husnul khatimah. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Husnul khatimah adalah kesudahan yang baik, yakni kematian dalam keadaan iman kepada Allah SWT. Lawannya adalah su'ul khatimah.

M Quraish Shihab dalam buku Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil menyebut bahwa Imam Muslim melalui Abu Hurairah, meriwayatkan bahwa seseorang boleh jadi melakukan amal-amal penghuni surga dalam waktu yang lama tapi dia menutup amalnya dengan amalan penghuni neraka, demikian pula sebaliknya.

Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Innama al-a'malu bi al-khawatim (Seseorang dinilai sesuai akhir amalnya)." (HR Bukhari melalui Sahl bin Sa'id)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap manusia menginginkan meninggal dengan akhir yang baik. Melansir dalam buku Amalan Sunnah Pilihan Percepatan Rezeki tulisan Ahmad Zacky El-Syafa, setiap orang selalu meminta kepada Allah SWT agar akhir hayatnya meninggal dalam keadaan husnul khatimah seperti yang tersebut dalam doa, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akhir hidup yang baik."

ADVERTISEMENT

Rezeki Allah SWT yang bernama husnul khatimah adalah rezeki yang tak ternilai harganya, bahkan bila dibanding dengan dunia dan isinya.

Tanda-tanda Kematian yang Husnul Khatimah

Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari memaparkan beberapa tanda kematian yang husnul khatimah:

1. Mengucapkan Kalimat Thayyibah

Kematian yang husnul khatimah ialah ketika ucapan terakhirnya adalah kalimat thayyibah, yaitu kalimat tauhid "Laa ilaaha illallaah."

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ. (رواه أبو داود و الحاكم)

Artinya: "Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah 'laa ilaaha illallaah', maka ia akan masuk surga." (HR Abu Dawud dan Al-Hakim)

2. Meninggal pada Waktu yang Diberkahi

Meninggal pada waktu-waktu yang diberkahi, misalnya meninggal dunia pada malam Jumat atau siang hari Jumat. Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ. (رواه الترمذي)

Artinya: "Tiada seorang muslim pun yang meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan memeliharanya dari siksa kubur." (HR At-Tirmidzi)

3. Meminta Kesaksian pada Allah SWT

Meminta kesaksian kepada Allah SWT sebelum meninggal dunia, misalnya ia meminta kesaksian kepada Allah SWT bahwa dirinya telah melaksanakan semua yang telah diperintahkan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum wafat.

Diriwayatkan dalam hadits riwayat Sahl bin Hanif bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ مِنْ قَلْبِهِ بَلَغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ. (رواه مسلم)

Artinya: "Barangsiapa yang meminta kesaksian kepada Allah atas kebenaran yang ada dalam hatinya, maka Allah akan mengantarnya meraih kedudukan para syuhada." (HR Muslim)

4. Mengerjakan Amal Saleh

Mengerjakan kebaikan (amal saleh) di sisa hidupnya yang terakhir. Dalam hadits riwayat Abu Umamah Al-Bahili, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِ خَيْرًا طَهَّرَهُ اللهُ قَبْلَ مَوْتِهِ. قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا طَهُورُ الْعَبْدِ ؟ قَالَ: عَمَلٌ صَالِحٌ يُلْهِمُهُ إِيَّاهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ عَلَيْهِ. (رواه الطبراني)

Artinya: "Jika Allah menghendaki kebaikan atas seorang hamba, niscaya Allah akan mensucikannya sebelum kematiannya. Para sahabat pun bertanya, 'Apa itu kesucian seorang hamba, ya Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Yaitu amal saleh yang mengilhaminya untuk selalu melakukannya, sampai kemudian Allah mencabutnya ketika ia mengerjakan amal saleh'." (HR Ath-Thabrani)

Diriwayatkan pula dalam sebuah hadits yang bersumber dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, jika Allah SWT menghendaki kebaikan atas diri seorang hamba, niscaya Allah SWT akan mempekerjakannya.

Para sahabat pun bertanya, "Bagaimana Allah mempekerjakannya, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu dengan memberinya taufiq (pertolongan-Nya) untuk mengerjakan suatu perbuatan yang baik (amal saleh) sebelum meninggal dunia, yang kemudian Allah mencabut nyawanya saat ia mengerjakan perbuatan baik tersebut." (HR Ahmad)




(lus/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads