Gerhana merupakan fenomena alami yang menjadi salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Semasa hidup, Rasulullah SAW juga pernah mengalami gerhana dan beliau menganjurkan untuk mengerjakan beberapa amalan.
Sesuai informasi yang dibagikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diprediksi pada Senin, 25 Maret 2024 akan terjadi fenomena Gerhana Bulan Penumbra. Fenomena ini dapat disaksikan secara langsung oleh masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia.
Gerhana Bulan Penumbra dapat diamati dari Indonesia pada 25 Maret 2024. Dikutip dari laman resmi BMKG, proses terjadinya terdiri dari P1 (waktu dimulainya gerhana), puncak (puncak terjadinya gerhana), dan P4 (berakhirnya gerhana). Berikut waktu setiap terjadinya fase tersebut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. P1 (gerhana mulai): 11.50 WIB/ 12.50 WITA/ 13.50 WIT
2. Puncak (puncak gerhana): 14.12 WIB/ 15.12 WITA/ 16.12 WIT
3. P4 (gerhana berakhir): 16.34 WIB/ 17.34 WITA/ 18.34 WIT
Durasi terjadinya fase gerhana ini dimulai dari P1 hingga P4 adalah 4 jam 43 menit 39 detik.
Fenomena ini bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk lebih meningkatkan keimanan sekaligus semakin meyakini bahwa ciptaan Allah SWT tidaklah terbatas. Sebagai seorang mukmin beriman, ada beberapa amalan yang bisa dikerjakan saat gerhana berlangsung.
Merangkum buku Kumpulan Tanya Jawab Islam: Hasil Bahtsul Masail dan Tanya Jawab Agama Islam yang disusun oleh PISS-KTB dijelaskan gerhana bulan (Khusuf Qomar) adalah fenomena alam yang disebabkan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam waktu satu tahun.
Dari 'Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Artinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah." (HR. Bukhari)
Amalan saat Gerhana Bulan Penumbra
Imam Syafi'i dalam Al-Umm: Kitab Induk Fiqih Islam menjelaskan adanya amalan yang dapat dikerjakan ketika gerhana terjadi. Amalan ini tidak berbeda antara gerhana bulan dan gerhana matahari.
1. Berdoa
Berdoa menjadi amalan yang juga dapat dikerjakan saat gerhana bulan. Meskipun sebenarnya, doa bisa dipanjatkan kapanpun meskipun tidak terjadi gerhana.
Berdoa saat gerhana menjadi tanda seorang muslim beriman. Semakin khusyuk ia berdoa maka semakin tinggi keimanannya atas kuasa Allah SWT.
Sebuah hadits dari Ahmad yang diceritakan dari Abu Musa,
"Pernah terjadi gerhana matahari dan bulan, maka bangkitlah Nabi SAW sholat, dan bersabda: Apabila kamu saksikan hal yang serupa itu, maka segeralah kamu kerjakan sholat dan panjatkan doa dan mohon pengampunan-Nya." (HR Bukhari dan Muslim).
2. Mengingat Allah SWT
Dalam kitabnya yang berjudul Majmu'ah Rasail al-Imam, Imam al-Ghazali menyebutkan beberapa adab yang dianjurkan ketika terjadi gerhana. Termasuk bertaubat dan mengingat kebesaran Allah SWT.
"Senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa haru, segera bertobat, tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan sholat, berlama-lama dalam sholatnya dan merasakan adanya peringatan," tulis Imam al-Ghazali.
3. Memperbanyak Zikir
Zikir adalah amalan untuk mengingat Allah SWT. Zikir bisa dikerjakan kapanpun, termasuk saat menyaksikan gerhana bulan.
Zikir merupakan amalan yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 152,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
4. Bersedekah
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari 'Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Artinya: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah sholat, dan bersedekahlah." (HR Bukhari).
Tata Cara Salat Gerhana
Imam Syafi'i dalam Al-Umm menjelaskan, "Apabila matahari muncul dalam cuaca buruk, kabut, dan awan pekat, lalu orang-orang menyangka bahwa matahari mengalami gerhana, maka mereka tidak perlu melaksanakan Salat Gerhana sampai mereka meyakini bahwa matahari memang benar-benar mengalami gerhana."
Lebih lanjut Imam Syafi'i berkata, "Apabila Imam berangkat untuk melaksanakan salat gerhana, dan dia belum bertakbir sampai matahari muncul, maka dia tidak perlu melaksanakan Salat Gerhana. Namun apabila imam sudah bertakbir lalu setelah itu matahari muncul, maka hendaklah dia menuntaskan salat gerhana itu sampai selesai."
Salat gerhana bulan sama persis dengan salat gerhana matahari tanpa ada sedikit pun perbedaan pada keduanya. Perbedaannya yakni saat salat gerhana bulan, imam menantangkan bacaannya.
Rasulullah SAW tidak melantangkan bacaan beliau dalam pelaksanaan salat gerhana matahari seperti beliau melantangkan bacaan dalam Salat Hari-hari Raya. Salat gerhana matahari termasuk salat siang hari.
Sementara saat salat gerhana bulan, imam harus melantangkan bacaannya karena ini termasuk salat malam hari.
Melansir situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) online, saat terjadi Gerhana Bulan Penumbra tidak disunahkan mengerjakan salat sunah khusuf. Namun sebagai muslim, tak ada salahnya jika mengetahui tata cara sholat khusuf.
Tata Cara Shalat Gerhana Bulan Berjemaah
1. Berniat di dalam hati. Ushallî sunnatal khusûf rak'ataini imâman/makmûman lillâhi ta'âlâ (Saya berniat shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT).
2. Takbiratul ihram
3. Membaca doa iftitah dan bertaawudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dilantangkan suaranya.
4. Ruku'
5. Bangkit dari ruku' (i'tidal) sambil mengucapkan "Sami'allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamdu"
6. Setelah i'tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat Al-Qur'an.
7. Ruku' kembali (ruku' kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku' sebelumnya
8. Kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal)
9. Kemudian sujud, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali
10. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka'at kedua sebagaimana raka'at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya
11. Salam.
Setelah itu imam/Khotib menyampaikan khutbah sebanyak 2 khutbah (seperti khutbanhya salat Idul Fitri atau Idul Adha) kepada para jemaah yang berisi anjuran untuk berzikir, berdoa, beristighfar serta disunahkan untuk bersedekah.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal