Banyak bentuk ibadah yang dapat mendekatkan umat Islam kepada Allah SWT. Salah satunya tawasul yang merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT melalui wasilah dalam melaksanakan ibadah.
Namun, bagi yang belum memahami prinsip tawasul, banyak sekali orang yang justru terjerumus dalam kemusyrikan. Umat Islam yang menafsirkan dalil mengenai tawasul hanya berdasarkan hawa nafsunya belaka.
Dari sana, akhirnya banyak tawasul yang bermunculan tidak sesuai dengan syariat Islam. Dalam artikel di bawah ini akan dijelaskan mengenai definisi tawasul berikut rambu-rambunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Definisi Tawasul
Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) mengartikan tawasul adalah mengerjakan suatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Memohon dan berdoa kepada Allah SWT dengan perantara nama seseorang yang dianggap suci oleh Allah SWT.
Menukil buku Aktivitas Shalawat oleh Ustadz Rusdianto, secara bahasa tawwasul berarti mendekat. Sedangkan secara istilah, tawasul berarti menjadikan sesuatu sebagai perantara/wasilah dalam usaha memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 35:
ΩΩΨ§ Ψ£ΩΩΩΩΩΩΨ§ Ψ§ΩΩΩΨ°ΩΩΩΩ Ψ’Ω ΩΩΩΩΨ§Ω Ψ§ΨͺΩΩΩΩΩΨ§Ω Ψ§ΩΩΩΩΩ ΩΩΨ§Ψ¨ΩΨͺΩΨΊΩΩΨ§Ω Ψ₯ΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΨ³ΩΩΩΩΨ©Ω ΩΩΨ¬ΩΨ§ΩΩΨ―ΩΩΨ§Ω ΩΩΩ Ψ³ΩΨ¨ΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨΉΩΩΩΩΩΩΩ Ω ΨͺΩΩΩΩΩΨΩΩΩΩ
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalanNya agar kamu beruntung."
Berkaitan dengan ayat di atas, Ibnu Abbas RA mengatakan maksud wasilah di dalam ayat tersebut adalah al-qubrah. Yaitu peribadatan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rambu-Rambu Tawasul
Setelah memahami definisi tawasul, pasti kita bertanya-tanya siapakah yang pantas dijadikan wasilah? Seseorang yang bertawasul berarti ia mengakui dirinya penuh kesalahan. Oleh karena itu, ia menjadikan sesuatu atau seseorang yang dicintai dan diridhoi Allah SWT sebagai perantaranya.
Muhammad al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya Mafim Yajib an Tushah-hah menjelaskan tentang rambu-rambu tawasul. Berikut penjabarannya:
- Tawasul merupakan cara berdoa dan pintu masuk menghadap Allah SWT. Jadi, yang menjadi sasaran atau tujuan utama adalah Allah SWT. Sedangkan orang atau sesuatu yang menjadi objek tawasul hanya sekedar sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Sesungguhnya orang yang bertawasul hanya menggunakan perantara yang dicintainya, seraya berkeyakinan bahwa Allah pun mencintai perantara tersebut. Jika tidak demikian maka ia manusia yang paling jauh dari perantara tersebut.
- Jika orang yang bertawasul berkeyakinan bahwa kedudukan perantara dalam tawasul sama dengan Allah SWT, yaitu dapat memberikan manfaat atau mudharat dengan kekuasaannya sendiri, maka ia telah menyekutukan Allah SWT.
Dengan memahami dan menanamkan rambu-rambu yang telah dijelaskan di atas dalam hati seseorang akan menjadikan tawasul sebagai media di dalam doanya. Dan dengan memahami beberapa rambu-rambu tersebut, kita akan terhindar dari kemusyrikan yang biasanya dituduhkan kepada pengguna tawasul.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
Rekening Isi Uang Yayasan Diblokir PPATK, Ketua MUI: Kebijakan yang Tak Bijak
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan