Secara singkat, tawasul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan wasilah atau perantara. Namun ada perbedaan pandangan mengenai tawasul, apakah hal ini diperbolehkan, ataukah suatu bid'ah yang dilarang.
Dalam mendefinisikan tawasul, sejumlah ulama juga berbeda pendapat, termasuk dalam membagi macam-macam tawasul. Simak artikel ini untuk mengetahui penjelasan lengkapnya.
Pengertian Tawasul
Dilansir dari penelitian Ahmad Faiz Ajyaad dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau, tawasul secara etimologi berawal dari fi'il madhiwassala, yang berarti al-qurbah atau al-taqarrub, yaitu mendekatkan diri dengan suatu perantara (wasilah).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil yang sering digunakan dalam tawasul adalah Al-Maidah ayat 35 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada-Nya".
Namun dalam mengartikan wasilah ini, ulama berbeda pendapat. Ada yang menyebut wasilah ini adalah upaya yang keras dari diri sendiri untuk bisa dekat dengan Allah SWT.
Ada juga yang mengartikan perantara tersebut adalah orang lain yang dekat dengan Allah, seperti Nabi dan orang-orang sholeh.
Misalnya Al-Fairuzabadi mengartikan kata tawasul sebagai sebuah bentuk amalan yang diamalkan. Amalan tersebut menjadi perantara seseorang agar bisa dekat dengan Allah SWT.
Pendapat lain menilai bahwa wasilah bisa berwujud orang-orang sholeh atau yang dekat dengan Allah. Hal ini sesuai dengan kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ya'qub dalam surat Yusuf ayat 97-98, yang artinya:
"Mereka berkata: 'Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)'. Ya'qub berkata: 'Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Allah lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'."
Macam-macam Tawasul
Berikut ini beberapa macam tasawuf yang dirangkum dari beragam sumber.
1. Tawasul dengan Nama Allah
Dikutip dari buku Jika Engkau Meminta, Allah Pasti Memberi oleh Ibnu Mas'ud Masjhur, tawasul ini juga disebut dengan tawasul bi asmaillah. Tawasul ini adalah yang paling tinggi.
Caranya dengan langsung menyebut nama Allah yang memiliki 99 nama. Melantunkan nama-nama Allah dengan hitungan puluhan, ratusan, bahkan ribuan adalah salah satu cara bertawasul.
2. Tawasul dengan Amalan yang Baik
Tawasul dengan amalan yang baik juga disebut dengan tawasul bi a'mal shalihat, yaitu bertawasul dengan menyebutkan amalan-amalan terbaik yang pernah kita lakukan. Ini seperti yang dikisahkan dalam kitab Riyadhus Shalihin mengenai tiga orang sahabat yang terjebak dalam gua.
Dikisahkan bahwa tiga orang sahabat berteduh di dalam gua karena hujan, namun gua kemudian tertutup batu besar, hingga tak ada yang bisa membantu mereka. Mereka pun mengingat-ingat amalan terbaik mereka, kemudian bertawasul dengan menyebutkan amalan tersebut.
3. Tawasul dengan Orang-orang Sholeh
Tawasul dengan orang-orang saleh juga disebut tawasul bis shalihin, misalnya meminta Nabi atau wali agar mendoakan dirinya. Atau bisa juga berdoa sendiri dengan menyebut nama Nabi.
Dalam sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa ada salah satu sahabat buta yang ingin bisa melihat.
Ia kemudian bertawasul yang artinya: "Ya Allah saya meminta dan menghadapmu dengan wasilah kepada Nabi dalam memenuhi kebutuhan saya ini." Kemudian sahabat tersebut bisa melihat.
Kisah lainnya, Imam Syafi'i pernah berkata, "Saya punya masalah berat, saya tawasul dan ambil berkah kepada guru saya, yaitu Abu Hanifah. Saya datang ke makam beliau setiap malam sepanjang masalah berat masih menimpa saya, dan sebelum datang ke makam, saya sholat dulu sebanyak dua rakaat."
Dari kisah tersebut, Imam Syafi'i bertawasul dengan orang yang sholeh, yaitu gurunya, meski sudah meninggal. Namun perlu dipahami, meminta pertolongan yang diperbolehkan hanya kepada Allah. Orang sholeh hanyalah perantara.
4. Tawasul dengan Zat
Dikutip dari NU Online, tawasul ini juga disebut tawasul bi dzat, misalnya tawasul bi jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan kemurahan). Contohnya dengan bershalawat Nariyah.
Ulama berselisih pendapat dengan tawasul jenis ini. Misalnya Ibn Taimiyah yang bisa menerima tiga jenis tawasul di atas, kecuali tawassul bi dzat.
5. Tawasul Bid'ah
Dalam buku Kumpulan Kultum Setahun (Jilid: I) (2019) oleh Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, dijelaskan yang termasuk tawasul bid'ah yang dilarang adalah memohon kepada Allah dengan kemuliaan para nabi atau wali di antara para wali.
Contohnya dengan berdoa: "Ya Allah. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan Nabi-Mu atau dengan kemuliaan Al-Husain."
Atau seseorang berdoa kepada Allah dengan bersumpah kepada wali-Nya, Nabi-Nya, hak Nabi-Nya, atau wali-Nya. Misalnya dengan berdoa: "Ya Allah, aku memohon kepada Engkau sesuatu dengan wali-Mu Fulan" atau "dengan hak Nabi-Mu Fulan."
Demikian tadi penjelasan mengenai tawasul, mulai dari pengertian dan macam-macamnya dalam pandangan sejumlah ulama. Wallahu a'lam.
(bai/inf)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi