Cerita Relawan Kenang Momen Pengepungan RS Indonesia di Gaza oleh Tentara Israel

Cerita Relawan Kenang Momen Pengepungan RS Indonesia di Gaza oleh Tentara Israel

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 27 Nov 2023 17:45 WIB
Fikri Rofiul Haq [kiri], Reza Aldilla Kurniawan and Farid Zazabil Al Ayubi
Fikri Rofiul Haq [kiri], Reza Aldilla Kurniawan and Farid Zazabil Al Ayubi (Foto: Dok. MER-C)
Jakarta -

Fikri Rofiul Haq namanya, relawan asal Indonesia yang bekerja sebagai pekerja medis itu jadi saksi tank dan pasukan Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara pada pekan lalu. Dirinya dihadapkan pada dua pilihan; mengungsi ke tempat yang aman atau tinggal bersama para pasien di sana.

Tak sendirian, pria yang akrab disapa Haq itu bersama dua rekannya yang bernama Reza Aldilla Kurniawan dan Farid Zalzabil Al Ayubi merupakan relawan dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang berbasis di Jakarta. Ketiganya memutuskan untuk tetap tinggal sampai militer Israel memaksa mereka untuk pergi.

"Kami dievakuasi melalui jalur yang digunakan Palang Merah Internasional dengan izin tentara Israel. Ada tiga kali evakuasi pada hari Senin, Selasa dan Rabu, dan kami dievakuasi terakhir karena kami memprioritaskan korban luka yang berada di RS Indonesia," kata Haq dikutip dari Al Jazeera pada Senin, (27/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut Haq menuturkan bahwa pasukan Israel sengaja menghancurkan satu-satunya generator yang masih berfungsi di rumah sakit yang didanai Indonesia. Mereka membakar generator tersebut dan menewaskan 12 orang dengan menembaknya secara asal di lantai pertama, kedua, dan ketiga.

Bahkan, sebelum proses evakuasi, lanjut Haq, serangan yang digencarkan oleh Israel semakin parah dari jam ke jam. Dirinya bahkan sempat tidak bisa berkomunikasi selama beberapa minggu hingga dievakuasi ke Khan Younis.

ADVERTISEMENT

Menurut penuturan Haq, setidaknya ada tiga tank besar yang berada sekitar 50 meter dari gedung Rumah Sakit Indonesia. Tank tersebut menembaki RS secara berkala hingga menimbulkan kerusakan yang parah dan berujung pengambilalihan bangunan oleh tentara Israel.

Awalnya pasukan Israel memberi waktu beberapa jam agar para staf medis dan pasien meninggalkan rumah sakit. Mereka menghancurkan salah satu fasilitas medis terbesar di Gaza pada hari-hari menjelang gencatan senjata empat hari bersama Hamas yang dimulai sejak Jumat.

Kementerian Kesehatan di Gaza menuturkan pada hari Jumat bahwa tembakan israel di jam-jam terakhir sebelum jeda menewaskan seorang wanita dan melukai tiga orang lainnya. Osama bin Javaid dari Al Jazeera yang mendapat akses ke fasilitas tersebut melaporkan ada bau-bau tidak sedap dari luar rumah sakit, menurutnya ini berasal dari mayat-mayat yang hangus dan membusuk, termasuk mayat anak-anak yang menumpuk di sudut-sudut.

Kepala MER-C di Jakarta, Sarbini Abdul Murad mengatakan serangan terhadap rumah sakit itu termasuk ke dalam pelanggaran hukum internasional dan Indonesia harus meminta pertanggungjawaban Israel. Sebab, Rumah Sakit Indonesia yang dibangun di Palestina didanai dari sumbangan warga negara Indonesia dan organisasi kemanusiaan.

Meski demikian, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Terlebih, rumah sakit tersebut bukan milik Indonesia atau orang Indonesia sejak disumbangkan kepada masyarakat Gaza pada 2016 silam oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla.

"Rumah sakit Indonesia dibangun atas sumbangan warga negara Indonesia dan mengibarkan bendera Indonesia sebagai simbol persahabatan kita," ungkap Sarbini.

Lebih lanjut ia mengatakan, apa yang dilakukan oleh MER-C mewakili rakyat Indonesia dan senantiasa terus mendorong pemerintah Indonesia serta Kementerian Luar Negeri untuk membawa kasus Palestina-Israel ke Pengadilan Kriminal Internasional atau International Criminal Court (ICC).

"Setiap orang perlu melobi ICC, khususnya lima besar [lima member permanen UN Security Council: China, Prancis, Rusia, UK dan US], dan menyerukan gencatan senjata permanen," tambahnya.

MER-C sendiri belum berencana mengevakuasi ketiga relawan Indonesia secara permanen dari Gaza, sebab masih ada pekerjaan penting yang dilakukan untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada para korban yang terluka dan pengungsi lainnya di Khan Younis.

Hingga kini, Haq beserta rekan-rekannya tengah mempertimbangkan situasi sambil mencari cara terbaik membantu masyarakat di Gaza. Dia menyebut mendapat bantuan makanan yang cukup setelah sebelumnya bertahan berhari-hari di Rumah Sakit Indonesia yang terkepung.

"Alhamdulilah, kami punya cukup makanan di sini sekarang dan ada orang yang menjual perbekalan di sekitar Rumah Sakit Eropa di Khan Younis," jelas Haq.

Adapun, makanan yang mereka konsumsi ialah kentang goreng, terong goreng dan paprika goreng. Terkadang mereka juga mendapat sedikit nasi dengan daging dan makanan lokal seperti roti serta hummus.




(aeb/lus)

Hide Ads