Thaharah Hissiyah: Pengertian dan Cara Pelaksanaan

Thaharah Hissiyah: Pengertian dan Cara Pelaksanaan

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Minggu, 12 Nov 2023 13:01 WIB
Wudhu Pakai Air Hujan
Ilustrasi thaharah hissiyah. Foto: Getty Images/iStockphoto/CoffeeAndMilk
Jakarta -

Thaharah hissiyah merupakan thaharah yang sangat penting sebab terkait dengan syarat mutlak sah atau tidaknya ibadah salat seorang muslim. Ada dua cara dalam pelaksanaannya.

Rasulullah SAW bersabda,

لَا يَقَؚْلُ اللَّهُ صَلاةً ؚِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Allah tidak menerima salat seseorang tanpa bersuci dan tidak akan menerima sedekah dari cara yang curang." (HR Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Menurut buku 125 Masalah Thaharah yang ditulis oleh Muhammad Anis Sumaji, secara bahasa thaharah berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata) sebagaimana najis, maupun yang bersifat maknawiyah sebagaimana aib dan perbuatan maksiat.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, secara syar'i, thaharah didefinisikan sebagai menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi kotoran berupa hadas atau najis dengan menggunakan air atau selainnya.

Pembagian thaharah dibedakan menjadi dua macam, yakni thaharah maknawiyah dan thaharah hissiyah. Thaharah maknawiyah meliputi penyucian hati atau rohani, sedangkan thaharah hissiyah berkaitan dengan penyucian badan atau jasmani.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Fiqih Ibadah karya Zaenal Abidin, thaharah maknawiyah menempati posisi yang sangat penting karena sebagai seorang muslim harus menyucikan diri dan jiwa dari perbuatan syirik dan munafik terlebih hadulu sebelum melakukan amal saleh.

Di sisi lain, thaharah hissiyah juga tidak kalah pentingnya dengan thaharah maknawiyah sebab menyangkut sah atau tidaknya salat seseorang.

Thaharah Hissiyah

Diambil dari sumber sebelumnya, thaharah hissiyah adalah proses menyucikan bagian tubuh dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil, najis, dan segala jenis kotoran.

Thaharah hissiyah atau membersihkan tubuh dari najis dan hadats bisa dilakukan dengan berwudhu, untuk menghilangkan hadats kecil, dan dengan mandi junub untuk menghilangkan hadats besar.

Apabila sedang dalam kondisi tidak ada air atau keadaan terdesak lainnya, seperti sedang melakukan perjalanan atau musafir, maka seorang muslim diperbolehkan untuk tayamum dengan tanah atau debu untuk mengganti wudhu dan mandinya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 222,

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۀءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَُؚوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحُِؚّ التَّوَّاؚِيْنَ وَيُحُِؚّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ٢٢٢

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, "Itu adalah suatu kotoran.") Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri."

Thaharah hissiyah sangat penting sebab hal ini merupakan syarat mutlak sah atau tidaknya salat seorang muslim. Apabila dirinya tidak memperhatikan dan tidak melakukan, maka tentu saja ibadahnya ditolak oleh Allah SWT.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

"Allah SWT tidak akan menerima salat yang tidak dengan bersuci." (HR Muslim)




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads