Hijrah ke Yasrib, Madinah adalah fase baru bagi umat Islam di masa Rasulullah SAW. Di masa penuh kesulitan itu, para sahabat dan Nabi Muhammad harus menjalankan perintah Allah SWT untuk hijrah meski meninggalkan harta dan sanak keluarga.
Lalu bagaimana tanggapan kafir Quraisy atas hijrah Rasulullah SAW? Simak kisah hijrah Rasul ke Madinah dan alasan kafir Quraisy menentangnya.
Tanggapan Kafir Quraisy Atas Hijrah Rasul
Tanggapan kafir Quraisy atas hijrah Rasul ke Madinah adalah merasa takut dan kalut. Dikutip dari buku Hijrah ke Madinah Menuju Tatanan Masyarakat yang Beradab di laman Kemenag, kafir Quraisy takut dan kalut karena mengetahui Islam kemungkinan akan berkembang pesat di Madinah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari NU Online, perkembangan Islam sangat ditakutkan kaum kafir karena tidak hanya berpengaruh pada ideologi, tetapi juga ekonomi. Letak Madinah sangat strategis karena menjadi tempat lalu lalang pedagang dari Yaman ke Syam.
Dalam laman an-nur.ac.id, dijelaskan bahwa kafir Quraisy menyiapkan tiga pilihan untuk menindak Rasulullah yang masih berada di Makkah. Pertama, yaitu membiarkan Rasul hijrah ke Madinah dengan sendirinya. Kedua, yaitu memenjarakannya. Ketiga, yaitu membunuhnya.
Awalnya kaum kafir membiarkan Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, tetapi dikhawatirkan umat Islam semakin kuat dan kembali untuk memerangi mereka. Jika memenjarakan Rasulullah, umat Islam diyakini akan menyerang mereka untuk membebaskan Rasulullah. Maka mereka memutuskan membunuh Nabi Muhammad.
Namun rencana itu gagal karena Ali bin Abi Thalib menggantikan posisi Rasulullah di tempat tidurnya. Sementara Rasulullah, tanpa disadari kaum kafir, telah pergi dari rumah dan menemui Abu Bakar As-Siddiq. Saat kaum kafir hendak membunuh orang di dalam selimut di tempat tidur Rasulullah, ternyata orang itu adalah Ali.
Rentetan Peristiwa Rasulullah Hijrah ke Madinah
Ada rentetan peristiwa penting sebelum para sahabat dan Rasulullah hijrah ke Madinah.
Dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Ridwan Abdullah Sani, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad pada 3 tahun awal masa kenabian hanya berdakwah dengan sembunyi-sembunyi, baru kemudian diizinkan Allah untuk berdakwah secara terang-terangan.
Di saat itulah umat Islam semakin bertambah banyak hingga menimbulkan amarah kaum kafir. Siksaan demi siksaan kejam diterima Nabi Muhammad dan pengikutnya. Bahkan umat Islam diboikot dalam perdagangan hingga mengalami kesulitan ekonomi.
Pada tahun 620 M, saat Nabi pernah bertemu dengan enam orang dari Kabilah Khazraj, Yasrib yang berziarah di Mekkah. Mereka menyambut baik ajakan Nabi Muhammad
dan bersedia masuk Islam. Bahkan mereka memberitahukan hal tersebut kepada masyarakat Yasrib lainnya.
Pada 621 M, enam orang utusan Yasrib beserta rombongan menemui Nabi Muhammad dan masuk Islam. Pertemuan ini menghasilkan Perjanjian 'Aqabah I yang berisi kesakian bahwa "kami tidak akan menyekutukan Allah, mencuri, berzina, membunuh anak, saling memfitnah, dan mendurhakai Nabi Muhammad Saw".
Berlanjut pada tahun 622 M, terjadi Perjanjian 'Aqabah II yang diikuti oleh 75 orang Yasrib. Isi perjanjiannya juga sama dengan Perjanjian Aqabah I. Nabi Muhammad didampingi pamannya, Hamzah bin Abdul-Muthalib juga diundang untuk hijrah ke Madinah.
Melihat potensi ini, dan atas perintah Allah SWT, Nabi Muhammad menyuruh para sahabat untuk hijrah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad, Abu Bakar As-Siddiq, dan Ali bin Abi Thalib adalah orang terakhir yang bertahan di Mekkah.
Penyebab Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah
Selain penyebab yang sudah dipaparkan di atas, beberapa sebab lain Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah sebagai berikut:
- Yasrib adalah tempat yang paling dekat dari Mekkah.
- Nabi memiliki hubungan baik dengan penduduk Yasrib sejak sebelum diangkat menjadi nabi, karena Abdul Muthalib memiliki istri orang Yasrib. Ayahnya, Abdullah juga dimakamkan di sana.
- Nabi telah mengenal kelembutan budi pekerti penduduk Yasrib.
- Hijrah adalah keharusan karena perintah dari Allah SWT.
Demikian tadi telah kita ketahui bahwa tanggapan kafir Quraisy atas hijrah Rasul ke Madinah adalah merasa takut dan kalut. Mereka mengetahui Islam akan berkembang pesat di Madinah sehingga mengancam keberadaan mereka.
(bai/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Gaza Zona Tempur Bahaya, 76 Warga Palestina Tewas Dibom Israel