Saktah tergolong ke dalam bacaan gharib dalam Al-Qur'an. Secara bahasa, saktah artinya diam tidak bersuara atau tidak berbicara.
Gharib adalah salah satu hukum dalam membaca Al-Qur'an. Bacaan gharib telah dimulai sejak turunnya Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW pertama kali bersamaan dengan pembacaan sempurna dari Malaikat Jibril.
Dijelaskan pada buku Dasar-dasar Ilmu Tajwid yang disusun oleh Dr Marzuki M Ag dan Sun Choirul Ummah S Ag M S I, bacaan-ayat-ayat Al-Qur'an yang dipanjatkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad terdapat bacaan gharib. Hingga kini, bacaan gharib terus terpelihara dalam pembacaan Al-Qur'an dan diajari oleh para guru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saktah menjadi salah satu bacaan gharib. Dalam kitab at-Tahdzib dikatakan bahwa saktah termasuk dasar bunyi yang mirip dengan bernapas di antara dua irama bunyi tanpa napas.
Pengertian Saktah
Dr Muhammad Isham Muflih al-Qudhat melalui bukunya yang bertajuk Panduan Lengkap Ilmu Tajwid untuk Segala Tingkatan menjelaskan definisi saktah menurut para ulama ilmu tajwid yaitu memutus bunyi dalam waktu yang durasinya di bawah waktu waqaf menurut kebiasaan tanpa diiringi bernapas.
Secara singkat, saktah artinya menahan suara pada suatu kalimat tanpa bernapas dengan niat akan melanjutkan kembali bacaan Al-Qur'an. Pada buku Tuntunan Tahsin Al-Qur'an karya Suwarno, saktah berarti berhenti sejenak tanpa bernafas dengan tujuan meluruskan arti ayat. Saktah ditandai dengan huruf sin kecil pada ayat yang mengandung bacaan tersebut.
Cara Membaca Saktah
Setidaknya, ada 4 hal yang berkaitan dengan cara membaca saktah. Berikut bahasannya sebagaimana dinukil dari buku 5 Langkah Lancar Membaca Al-Qur'an karya H Amirulloh Syarbini M Ag dan Ustaz Abu Mufidah Al-Kautsar.
- Berhenti atau diam sejenak sambil menahan suara
- Durasi lama saktah sebanyak 2 harakat
- Dilakukan tanpa bernapas yang artinya napasnya tidak berhenti ketika membaca
- Diniatkan untuk melanjutkan kembali bacaan
Contoh Bacaan Saktah dalam Ayat Al-Qur'an
Menurut Imam Hafs, bacaan saktah hanya terdapat pada 4 ayat Al-Qur'an. Apa saja? Berikut rinciannya seperti dinukil dari sumber yang sama.
1. Surat Al Kahfi Ayat 1-2
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا ۜ (١) قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (٢)
Arab latin: al-ḥamdu lillāhillażī anzala 'alā 'abdihil-kitāba wa lam yaj'al lahụ 'iwajā;. qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya'malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā
Artinya: "(1) Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya. (2) Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (2),"
Adanya saktah pada akhir ayat 1 surat Al Kahfi agar tidak ada pembiasan makna karena khawatir kata (قَيِّمًا) dianggap sebagai shifat atau naat untuk kata (عِوَجًا). Kata (قَيِّمًا) artinya lurus, sedangkan (عِوَجًا) artinya kebengkokan.
2. Surat Yasin Ayat 52
قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ
Arab latin: Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn
Artinya: Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya),"
Saktah pada surat Yasin ayat 52 bertujuan untuk menjelaskan perkataan orang-orang kafir yang berhenti di kata (مَرْقَدِنَا) dan dilanjutkan dengan perkataan malaikat yang dimulai dari kata (هَذَا). Dengan demikian, kata (هَذَا) bukan sifat dari kata (مَرْقَدِنَا), melainkan jadi mubtada'.
3. Surat Al Qiyamah Ayat 27
وَقِيلَ مَنْ ۜ رَاقٍ
Arab latin: Wa qīla man rāq
Artinya: Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?"
Penerapan saktah pada ayat tersebut dimaksudkan menjaga izhhar-nya nun mati. Jika nun mati diidghomkan ke huruf ro', khawatir akan dianggap menjadi kata (مَرَّاق) yang sesuai dengan wazan (فَعَّالٌ).
4. Surat Al Muthaffifin Ayat 14
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Arab latin: Kallā bal rāna 'alā qulụbihim mā kānụ yaksibụn
Artinya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
Pada ayat ini, saktah tersebut bertujuan agar makna dari bacaan tidak menjadi salah arti. Apabila tidak ada saktah, maka lam di-idghamkan ke ro' karena termasuk idghom mutaqoribain. Orang yang tidak tahu tulisannya akan mengira (بَلْ) dan (رَانَ) adalah satu kata menjadi (بَرَّانَ).
Demikian pembahasan mengenai saktah dan informasi terkaitnya. Semoga bermanfaat.
(aeb/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi