Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid? Ini Sosok dan Kiprahnya

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Senin, 22 Mei 2023 08:01 WIB
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Foto: Wikimedia Commons
Jakarta -

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid mungkin masih memunculkan pertanyaan bagi sebagian orang. Sejumlah sumber menyebut, ia banyak mengeluarkan sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan Islam pada masanya.

Khalifah Harun Ar-Rasyid dikenal pada masa Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini merupakan kekhalifan kedua setelah Khulafaur Rasyidin.

Harun Ar-Rasyid Adalah Khalifah Ke-5 Dinasti Abbasiyah

Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyah yang menjadikan ilmu pengetahuan di Kota Baghdad berkembang pesat. Harun Ar-Rasyid diangkat secara resmi sebagai khalifah saat saudaranya, Al-Hadi wafat pada 14 Rabiul Awwal 170 H, sebagaimana dikatakan Syaikh Muhammad Al-Khudhari dalam buku Ad-Daulah Al-Abbasiyah.

Ia adalah putra dari pasangan Muhammad Al-Mahdi dan al-Khayzuran binti Atta, yang artinya adalah ia merupakan putra dari khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah.

Merangkum detikHikmah, Harun Ar-Rasyid lahir di Ray, daerah di negeri Iran pada 766 M. Ia lahir dengan nama lengkap Abu Ja'far bin Al-Mahdi bin Al-Manshur Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas.

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, Harun Ar-Rasyid dan saudara-saudaranya dididik dengan ilmu Al-Qur'an, puisi, musik, sejarah Islam, dan praktik hukum saat ini. Harun Ar-Rasyid memiliki guru bernama Yahya bin Khalid Al-Barmaki.

Pada tahun 780-782 M, diketahui bahwa Harun menjadi pemimpin dalam ekspedisi melawan Kekaisaran Bizantium. Pada ekspedisi 782 M ia mencapai Bosporus, di seberang Konstantinopel, dan mencapai perdamaian dengan syarat yang menguntungkan kaum muslim. Atas keberhasilan ini, ia menerima gelar kehormatan Ar-Rasyid yang artinya 'petunjuk ke jalan yang benar'.

Kiprah Khalifah Harun Ar-Rasyid dalam sejarah perkembangan Islam khususnya era Abbasiyah terlihat dari sejumlah bidang. Salah satu yang paling dikenal adalah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, penerjemahan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani ke bahasa Arab banyak digencarkan. Yuhana Ibn Masawaih, seorang dokter istana, mendapat tugas dari khalifah untuk menerjemahkan buku-buku kuno terkait kedokteran.

Tak hanya kedokteran, penerjemahan juga dilakukan di bidang astronomi. Pada pertengahan abad ke-10, lahir dua penerjemah yang sangat penting dan produktif. Mereka adalah Yahya Ibn Adi dan Abu Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera.

Khalifah Harun Ar-Rasyid juga memberikan penghargaan kepada para penerjemah kala itu berupa emas seberat buku yang berhasil diterjemahkan.

Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid pula, empat mazhab tumbuh dan sejumlah ilmu agama mengalami perkembangan.

Kisah Khalifah Harun Ar-Rasyid Bermimpi Aneh

Dengan latar belakang dan pencapaiannya yang luar biasa, terdapat kisah "unik" dari Khalifah Harun Ar-Rasyid yang menyangkut kematiannya. Kisah ini dikutip dari Buku Hak dan Batil Dalam Pertentangan karya Ibrahim Abu Abbah yang mengutip dari riwayat Ibnu Katsir.

Dikisahkan saat itu ketika berada di Kufah, Harun Ar-Rasyid bermimpi buruk hingga membuatnya gundah dan sedih. Melihat perubahan yang terjadi pada diri khalifah, Jibril bin Bukhtaisyu yang berposisi pengawal pribadinya, datang menghadap dan bertanya,

"Apakah sebenarnya yang telah terjadi pada diri Amirul Mukminin?"

Dengan nada yang begitu berat Harun Ar-Rasyid berkata,

"Aku telah bermimpi melihat sebuah telapak tangan yang meng- genggam tanah merah dari bawah tempat tidurku ini. Lalu ada suara yang berkata, 'Inilah tanahmu Harun.'"

Setelah mendengarkan cerita itu, Jibril menghiburnya dan memintanya agar tidak terus bersedih dengan berkata, "Paduka, mimpi itu hanyalah bunga tidur saja. Maka hendaknya Anda jangan terlalu memikirkan dan lupakanlah hal itu, wahai Amirul Mukminin."

Waktu kemudian berlalu, ketika pergi ke daerah Khurasan melewati kota Thus, Ar-Rasyid terserang penyakit yang cukup parah. Lalu ia teringat lagi akan mimpinya itu. Segeralah ia memanggil Jibril dan berkata,

"Celakalah kau Jibril! Tidakkah kau masih ingat akan mimpi yang aku ceritakan padamu itu?"

"Ya, masih ingat Paduka," jawab Jibril.

Seketika saat itu Khalifah Harun Ar-Rasyid memanggil Masrur, pembantu setianya.

"Masrur, segera ambilkan segenggam tanah di daerah ini." perintahnya. Tak berapa lama Masrur datang dengan tanah merah di tangannya. Tiba-tiba Harun tersentak kaget dan berkata,

"Sungguh telapak tangan inilah yang kulihat dalam mimpi dan begitu pula dengan tanah yang ada di telapak tangannya."

Jibril kemudian berkata, "Demi Allah, setelah tiga hari dari peristiwa itu, Ar-Rasyid meninggal dunia. Dan sebelum meninggal, ia memerintahkan para pengawalnya untuk menggali kuburan di rumah tempat ia wafat, yaitu rumah Hamid bin Abi Ghanim ath-Thai. Setelah penggalian kuburan selesai, sejenak ia memperhatikan liang lahatnya lalu bergumam, 'Wahai anak Adam, kalian semua akan kembali ke tempat seperti ini.""

Setelah itu, ia memerintahkan para pembantunya agar membacakan Al-Qur'an di sekitar kuburannya. Mereka membaca Al-Qur'an hingga khatam, sedangkan ia saat itu berbaring di tepi liang kubur. Saat bersiap untuk menghadapi kematiannya, sambil menyelimutkan kain ke atas sekujur tubuhnya sembari duduk.



Simak Video "Video: Bahlil Lahadalia Salat Id di Masjid Ainul Hikmah Golkar"

(kri/kri)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork