5 Fakta Kapal Nabi Nuh, Dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits

5 Fakta Kapal Nabi Nuh, Dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits

Farah Ramadanti - detikHikmah
Kamis, 16 Mar 2023 09:00 WIB
Kisah Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang mengajarkan banyak pesan moral
Ilustrasi kapal Nabi Nuh yang tercatat dalam Al-Quran dan hadits Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30
Jakarta -

Ada banyak dalil yang menceritakan tentang kapal Nabi Nuh. Kisah kapal berukuran besar yang mengangkut Nabi Nuh dan kaumnya ini juga diabadikan dalam beberapa ayat Al-Qur'an.

Dalam agama Islam, Nabi Nuh merupakan salah satu dari lima nabi Ulul Azmi. Ia diperintah untuk mengingatkan kaumnya yang saat itu menganut paganisme dengan menyembah berhala-berhala Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nashr agar menyembah Allah.

Dakwah Nabi Nuh ditujukan pada Bani Rasib untuk menyampaikan ajaran tauhid. Selama masa kenabiannya, Nabi Nuh hanya memperoleh kurang lebih 70 orang pengikut beserta delapan anggota keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bani Rasib memperlakukan Nabi Nuh dengan kasar dan menyekutukan Allah, maka Allah pun memberikan mereka azab berupa banjir bandang. Namun, Nabi Nuh dan pengikutnya selamat karena menuruti perintah Allah untuk membuat dan menaiki kapal.

Fakta Kapal Nabi Nuh

Berikut adalah rangkuman 5 fakta tentang kapal Nabi Nuh yang tercatat dalam Al-Qur'an dan Hadits.

ADVERTISEMENT

1. Dibuat atas perintah Allah

Di dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 36-39, disebutkan bahwa Allah menghibur Nabi Nuh yang telah mengalami makian, cibiran, dan perlakuan kasar dari Bani Rasib dengan menurunkan perintah agar ia dan kaumnya dapat selamat atas izin Allah.

وَاُوْحِيَ اِلٰى نُوْحٍ اَنَّهٗ لَنْ يُّؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ اِلَّا مَنْ قَدْ اٰمَنَ فَلَا تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَۖ ٣٦ وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ ٣٧ وَيَصْنَعُ الْفُلْكَۗ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَاٌ مِّنْ قَوْمِهٖ سَخِرُوْا مِنْهُ ۗقَالَ اِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَاِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَۗ ٣٨ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ يَّأْتِيْهِ عَذَابٌ يُّخْزِيْهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُّقِيْمٌ ٣٩

Artinya: Diwahyukan (oleh Allah) kepada Nuh, "(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat. Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."

Mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, "Jika kamu mengejek kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka, kelak kamu mengetahui siapa (di antara kita) yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa pula) yang akan ditimpa azab yang kekal."

2. Terbuat dari papan dan pasak

Bahtera penyelamat Nabi Nuh tidak memiliki nama khusus, tetapi disebut sebagai safina, kata yang lazim untuk perahu. Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Qamar ayat 13,

وَحَمَلْنٰهُ عَلٰى ذَاتِ اَلْوَاحٍ وَّدُسُرٍۙ . تَجْرِيْ بِاَعْيُنِنَاۚ جَزَاۤءً لِّمَنْ كَانَ كُفِرَ

Artinya: Kami mengangkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak yang berlayar dengan pengawasan Kami sebagai balasan (kebaikan) bagi orang yang telah diingkari (kaumnya).

Tidak ada penjelasan lain dalam Al-Qur'an terhadap rincian pembuatan bahtera tersebut dan bagaimana rupanya. Meskipun Abdullah bin Abbas, salah seorang sahabat Nabi Muhammad, menulis bahwa tatkala Nabi Nuh merasa ragu-ragu pada bentuk bahtera yang akan dibuatnya, Allah mewahyukan kepadanya bahwa perahu tersebut akan berbentuk seperti perut burung dan terbuat dari kayu jati.

3. Memuat binatang dan orang-orang yang beriman

Allah telah memberikan jaminan kepada Nabi Nuh dan umatnya keselamatan dari siksaan dan azab yang diperuntukkan pada orang-orang zalim.

Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Mu'minun ayat 27,

فَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ اَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ فَاسْلُكْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْۚ وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۚ اِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ

Artinya: Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah kapal dengan pengawasan dan petunjuk Kami. Apabila perintah Kami telah datang dan tungku (dapur) telah memancarkan air, masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis (binatang), juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka. Janganlah engkau bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.

Dalam buku Bahtera Sebelum Nabi Nuh Kisah Menakjubkan tentang Misteri Bencana Banjir di Zaman Kuno yang disusun oleh Dr. Irving Finkel, disebutkan bahwa perahu itu mempunyai 3 lantai, lantai dasar untuk binatang buas dan merayap, lantai kedua untuk manusia, dan lantai ketiga untuk unggas dan burung-burung.

Bahtera itu mempunyai pintu yang terletak di tengah dan mempunyai daun pintu yang mengunci rapat dari atas. Di setiap ruas kayu, baik dari dalam maupun luar, dilumuri dengan tir yang berfungsi menahan air agar tidak bisa masuk.

4. Berlabuh di Gunung Judiy

Akmal Rizki Gunawan Hasibuan dalam bukunya Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Quran menyebutkan bahwa menurut sejumlah penelitian, kapal Nabi Nuh diperkirakan dibuat sekitar tahun 3465 SM. Beberapa ahli lain berpendapat perahu Nabi Nuh dibangun di sebuah tempat bernama Shuruppak, yakni sebuah kawasan yang terletak di selatan Irak.

Adapun dalam Al-Qur'an, tidak disebutkan persisnya di mana kapal Nabi Nuh berlabuh selain di atas Gunung Judiy, hal ini tercantum pada surat Hud ayat 44,

وَقِيْلَ يٰٓاَرْضُ ابْلَعِيْ مَاۤءَكِ وَيٰسَمَاۤءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَاۤءُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: Difirmankan (oleh Allah), "Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah (mencurahkan hujan)." Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas Gunung Judiy) dan dikatakan, "Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim."

Secara geografis, Gunung Judiy terletak di Armenia sebelah selatan dan berbatasan dengan Mesopotamia, Bukit ini berada di dekat kota Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai Tigris di provinsi Mosul, Irak, yang sekarang menjadi perbatasan Suria (Syria)-Turki. Bukit Judiy ini terlihat jelas dari daerah Ainu Diwar, Syria.

5. Menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang beriman

Semua yang tersisa di bumi yaitu yang tidak naik kapal Nabi Nuh tenggelam. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Asy-Syuara ayat 119-120.

فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ * ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ

Artinya: "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa." (Asy-Syuara 119-120).

Adapun terkait manusia-manusia yang hidup yakni keturunan dari Nabi Nuh dan umatnya tercantum dalam hadits berikut.

Al-Hamawi menjelaskan,

كان أول من نزله نوح عليه السلام لما خرج من السفينة ومعه ثمانون إنسانا فبنوا لهم مساكن بهذا الموضع وأقاموا به فسمي الموضع بهم ثم أصابهم وباء فمات الثمانون غير نوح عليه السلام وولده فهو أبو البشر كلهم

"Orang pertama yang turun kapal adalah Nuh AS, ketika beliau keluar dari kapal, beliau bersama 80 manusia. Mereka membangun tempat tinggal di tempat itu dan menetap di sana. Kemudian mereka tertimpa wabah penyakit, sehingga 80 orang tersebut meninggal kecuali Nuh AS dan anaknya. Maka beliau adalah Abul Basyar (bapak seluruh manusia)" [Mu'jam al-Buldan, 2/84, Darul Fikr, Beirut, Syamilah].

Itulah deretan fakta tentang kapal Nabi Nuh AS yang tercantum dalam Al-Qur'an dan hadits. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan juga manfaat bagi kita semua.




(dvs/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads