Benci

Kolom Hikmah

Benci

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 03 Mar 2023 08:01 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Di dalam diri manusia normal terdapat perasaan cinta kasih dan benci. Makna cinta adalah kecenderungan kepada sesuatu karena dianggap menyenangkan dan sebaliknya benci adalah sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan. Sikap benci ini merupakan bibit terjadinya permusuhan antar manusia yang tidak berkesudahan, kejahatan di luar batas norma dan nilai-nilai kemanusiaan. Adapun perasaan benci dan dendam sering pula menjadi alat bagi mereka yang hendak mencari pengaruh dan kekuasaan.

Perasaan dendam dan benci secara paripurna dipergunakan untuk kemenangan oleh R. Wijaya. Kisahnya adalah Kerajaan Singosari telah diserang oleh Jayakatwang, menyebabkan pelarian R. Wijaya bersama istri-istrinya ( anak dari Raja Singosari yaitu Kertanegara ). Saat utusan Kubilai Khan datang yang kedua beserta pasukan yang bermaksud menyerang Singosari karena utusan pertama telah dihinakan. Oleh R. Wijaya dimanfaatkan untuk mengusir Jayakatwang yang menduduki Singosari, maka didatangilah pasukan Mongol dan bekerjasama untuk mengusir Jayakatwang dari Singosari. Selanjutnya dengan taktik jitu, pasukan Mongol dihabisi oleh R. Wijaya dan mendirikan Kerajaan baru yang bernama Majapahit di Trowulan Mojokerto.

Sering kita saksikan dalam politik bernegara bahwa, meng-create musuh ( menciptakan kebencian ) agar timbul musuh bersama dengan tujuan bersatunya kelompok-kelompok yang diharapkan. Namun, sesungguhnya Islam mengajarkan kalau musuh bersama umat manusia itu adalah setan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah Fatir ayat 6 yang berbunyi, "Sesungguhnya setan itu musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh ( kalian ), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Islam telah membagi manusia menjadi dua golongan :
1. Golongan Kekasih Allah Swt.
2. Golongan Kekasih Setan.
Golongan pertama adalah orang-orang beriman dan selalu mendapatkan lindungan-Nya, sedangkan golongan kedua adalah mereka orang-orang yang berbuat berdasarkan bisikan setan dan menjadi sahabat bersama setan di neraka. Perjuangan dan peperangan hanya ditujukan untuk menentang penyebar kebatilan dan kekasih setan, dimanapun, kapanpun dan siapapun. Ingatlah firman-Nya pada surah an-Nisa ayat 76 yang berbunyi, "Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Sebab itu pergilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah."

Firman Allah Swt. surah al-Humaza ayat 1 berbunyi, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela".
"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah (mengadu domba)" (QS. Al- Qalam : 10-11).
Berdasarkan ayat Al-Qur'an di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ujaran kebencian adalah suatu perkataan atau ucapan buruk yang di dalamnya terdapat unsur menyakiti orang lain seperti menghina, mengolok-olok, menggunjing, mencari kesalahan orang lain, prasangka, namimah (adu domba), menghasut, mengumpat, mencela, menyebarkan berita bohong, dan memfitnah.

ADVERTISEMENT

Kebencian yang menyebabkan permusuhan berkelanjutan merupakan usaha setan yang diikuti oleh manusia. Keimanan merupakan jalan tepat untuk mempersempit wilayah kebencian dan memberikan arah cinta kasih pada hati orang-orang mukmin. Oleh karena dalam waktu-waktu mendatang negeri ini mengadakan pemilihan pemimpin, hindarilah bisikan setan yang membuahkan sikap benci diantara anak negeri. Bagi yang ikut kontestasi dan yang mendapat amanah, maka rangkullah pihak yang kalah dan ayomi semuanya. Dengan demikian harapan kita semua tidak terjadinya polarisasi berkelanjutan.

Semoga Allah Swt. memberikan hidayah dan menjaga untuk saling membantu, menghargai dan menghormati bagi warga negeri. Penulis tutup dengan sabda Rasulullah Saw, "Barang siapa yang menaruh rasa cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sesungguhnya dia telah mencukupkan imannya."

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads