Hasan Bashri mengirim surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz : Amma ba'du, bersama dunia kau seolah-olah tak ada dan bersama akhirat kau seolah-olah abadi. Pesan surat tersebut sangat " dalam maknanya " dan harus diaplikasikan bahwa, bekal kita saat hisab hanya bisa didapat di dunia bukan tempat lain. Maka berbuatlah di dunia dengan tujuan untuk akhirat.
Abu Ubaidah Sa'id bin Razim berkata, Aku mendengar Hasan Bashri menasihati murid-muridnya. Ia berkata, " Dunia merupakan negeri tempat bekerja. Barang siapa bersama dunia dengan kekurangan dan zuhud kepadanya maka ia bahagia karena dunia dan mendapat manfaat dari kebersamaannya. Dan barang siapa bersama dunia dengan senang dan cinta kepadanya ia sengsara karenanya dan tidak mendapat bagian dari Allah Swt."
Dunia berkaitan dengan kebutuhan manusia, karena penciptaannya sebagai penguasai bumi dan mempunyai suatu kebutuhan pada dunia. Dalam firman-Nya pada surah an-Nisa' ayat 28 berbunyi, " Manusia diciptakan ( bersifat ) lemah,"
Maksudnya adalah lemah untuk bersabar menahan kebutuhannya. Manusia adalah makhluk yang banyak kebutuhannya dibandingkan makhluk hidup lainnya. Seorang ahli hikmah berkata, " Ketidakbutuhanmu terhadap sesuatu itu lebih baik daripada kebutuhanmu terhadap sesuatu itu."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selalu ingatlah bahwa urusan dunia itu kecil, kesenangannya sedikit, sedang kehancurannya sudah pasti. Karena itu hati-hatilah, tiada daya kecuali karena Allah Swt. dan banyak-banyaklah kita mengingat tempat kembali ( akhirat ).
Tabiat manusia ketika "mampu" menjadi ada kecenderungan berbuat melampaui batas, seperti yang diperingatkan dalam firman-Nya surah al-Alaq ayat 6-7 yang berbunyi, " Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup."
Cukup atau mampu membuat seseorang berbuat cenderung melampaui batas. Allah Swt. juga menjadikan manusia sangat membutuhkan dan kelemahannya tampak. Maka Dia menjadikan sebab untuk mendapatkan kebutuhan dan upaya untuk menghilangkan kelemahannya. Simaklah surah al-A'la ayat 3 yang berbunyi," Dan Dia yang mengatur dan memberi petunjuk."
Sebenarnya kehidupan seseorang hamba di dunia sudah ditata, diatur dan diberi petunjuk oleh-Nya. Jadi janganlah menjadi sombong jika berhasil dalam kehidupan dunia, jadikan ukuran keberhasilan itu saat "pulang" dalam keadaan husnul khatimah. Jadi dunia itu mengandung pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Dalam kehidupan dunia hendaklah kita berjalan menuju akhirat, karena tidak ada sesuatupun dari dunia yang menjadi milik kita. Oleh karenanya keluarkan harta untuk amal dan inilah yang akan mengikuti sampai saatnya kita dihisab. Janganlah khawatir bahwa kesulitan dunia itu tidak akan membahayakan jika kebaikan akhirat telah selamat pada kita. Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang hidupnya bermegah-megahan. Simaklah firman-Nya pada surah at-Takatsur ayat 1-2 yang berbunyi," Bermegah-megahan telah melalaikan engkau, sampai engkau masuk kedalam kubur."
Inti dalam ayat ini adalah celaan terhadap orang yang hidupnya bermegah-megahan karena akan melupakan surga, doa dan kemurahan Allah Swt.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Anas ra Nabi bersabda, " Orang yang terbaik diantara kalian, bukan orang yang meninggalkan dunia untuk akhiratnya, dan bukan pula orang yang meninggalkan akhirat untuk dunianya. Tetapi orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mengambil bagian dari dunia dan akhirat." Tuntunan ini menjadikan tujuan hidup seorang muslim seimbang untuk dunia dan akhirat.
Dikisahkan ada seorang menghina dunia di hadapan Ali bin Abi Thalib, lalu Ali berkata, " Dunia adalah negeri kebenaran bagi orang yang memperlakukannya dengan benar, negeri kesuksesan bagi orang yang memahaminya, dan negeri kekayaan bagi orang yang berbekal darinya." Dari hadis Rasulullah Saw. dan perkataan Ali bin Abi Thalib makin jelas posisi dunia dalam kehidupan ini.
Membahas tentang dunia seakan tiada habisnya, untuk itu penulis akan akhirkan tulisan ini dengan perkataan ahli hikmah," Mencari pemasukan yang bisa menjaga kehormatan, bukan termasuk cinta dunia." Dan dilanjutkan dengan senandung dari Mahmud al Warraq :
Janganlah engkau mengikutkan celaan terhadap dunia dan hari-harinya.
Meskipun engkau tertimpa petaka.
Di antara kemuliaan dan keutamaan dunia, ia bisa digunakan untuk mendapatkan akhirat.
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya untuk menjalankan kehidupan dunia dengan benar sebagai bekal menuju akhirat.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Laki-laki yang Tidak Sholat Jumat, Bagaimana Hukumnya?