Utamanya, menurut Muhammad Syafi`i Hadzami dalam Taudihul Adillah 4, ibadah yang banyak dilakukan Rasulullah SAW sebelum perintah salat lima waktu turun adalah aktivitas ber-khalwat di Gua Hira dengan ber-tafakkur tentang segala makhluk Allah SWT. Sementara itu, salat yang difardhukan padanya baru ada salat dua rakaat untuk masing-masing pagi dan sore hari.
Namun, pengamalannya berbeda dengan salat yang dikenal muslim. Saat itu, tata caranya dilakukan tanpa rukuk lantaran salat Zuhur yang dilakukan Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril usai Isra Mi'raj masih tanpa disertai rukuk. Artinya, salat pertama yang dilakukan Rasulullah SAW dengan rukuk adalah salat Ashar.
Keterangan tersebut didasarkan dari hadits yang termaktub dalam Kitab Hasyiatu al Barmawi. Hadits tersebut berbunyi,
"Karena bahwasanya umat-umat terdahulu, salat mereka itu tidak melakukan rukuk. Dan diriwayatkan dari Ali, ia berkata, 'Salat yang kami lakukan dengan rukuk adalah salat Ashar,' maka aku pun berkata, 'Ya Rasulullah, apa ini?' maka beliau bersabda, 'Dengan beginilah aku diperintah.'" (HR Al Bazzar dan At Thabarani)
Syaikh Sulaiman al Bujairimi dalam Kitab Tuhfati al Habib Ala Syarhi al Khatib juga pernah menjelaskan berkenaan dengan hal ini. Ia mengutip sabda dari gurunya yang mengatakan bahwa sebelum Isra Mi'raj pun, Rasulullah SAW tidak pernah beribadah dengan syariat dari nabi-nabi sebelumnya.
Bahkan, sebelum Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul, beliau menghabiskan waktu selama satu bulan dalam satu tahun di Gua Hira. Barulah, ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi rasul, beliau mengamalkan salat yang difardhukan untuknya yakni dua rakaat pagi dan petang.
"Dan kedua rakaat salat yang dilakukan beliau bersama-sama nabi-nabi di Baitul Maqdis yaitu dua rakaat yang diwajibkan itu. Dan tidak ada riwayat tentang apa yang dibacanya," demikian penjelasan dari Syaikh Sulaiman al Bujairim.
Adapun turunnya perintah salat lima waktu diabadikan dengan kejadian Isra Mi'raj yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini terbukti dari hadits yang diambil dari Kitab Fadhail ash-Shahabah.
هِيَ خَمْسٌ، وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ". قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ. فَقُلْتُ: اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي
Artinya: "Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusan-Ku." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku kembali bertemu dengan Musa. Ia menyarankan, 'Kembalilah menemui Rabbmu'. Kujawab, 'Aku malu pada Rabbku'." (HR Bukhari)
Simak Video "Jual Parsel Buah-buahan, Pedagang Lumajang Raih Untung 10 Kali Lipat"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/lus)
Komentar Terbanyak
Satu Malam di Bulan Ramadan yang Lebih Mulia dari 1000 Bulan
Cara Membalas Ucapan Salam kepada Muslim dan Non Muslim, Jangan Keliru Ya!
Ciri-ciri Orang Munafik, Dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits