Angan-angan

Kolom Hikmah

Angan-angan

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 27 Jan 2023 07:58 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Angan-angan dalam kehidupan seorang hamba selalu memberikan warnanya, membayangkan sesuatu yang belum terjadi ( menjadi harapannya ). Marilah kita simak bagaimana ajaran Islam memandang hal tersebut. Dalam firman Allah Swt. surah al-Hadid ayat 16 yang berbunyi,

"Janganlah kalian seperti orang-orang yang telah diberikan kitab ( Ahlul Kitab) sebelumnya, panjang angan-angan mereka sehingga rusak hati mereka. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

Panjang angan, disebut juga thulul amal, adalah banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia. Disebutkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda, " Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan." (HR. Bukhari).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Panjang angan-angan ini betul-betul berdampak buruk karena akan merusak hati, dan Sang Baginda Muhammad Saw. mengingatkan bahwa hati orang yang sudah tua akan seperti anak saat cinta dunia dan panjang angan-angan. Betapa beratnya ujian bagi orang yang sudah tua, semestinya mengumpulkan bekal perjalanan kekalnya masih bersikap ( hatinya ) seperti anak muda karena cintanya pada dunia.

Pada akhir Dzulqa'dah 545 H, Syekh Abdul Qadir al-Jailani berceramah di pondoknya sebagai berikut :
Ada yang bertanya, " Bagaimana cara mengeluarkan cinta dunia dari hatiku?. Maka aku menjawab, " Lihatlah bagaimana dunia memperlakukan para pemilik dan pencintanya. Tengoklah bagaimana dunia memperdaya, mempermainkan, dan membiarkan mereka mengejarnya. Dunia menaikkan derajat mereka sedikit demi sedikit hingga posisi mereka lebih tinggi dari orang lain dan dikagumi.

ADVERTISEMENT

Dunia menampakkan khazanah dan keajaibannya di hadapan mereka. Ketika mereka berada di puncak kebahagiaan karena kedudukan tinggi, kehidupan yang baik dan kemuliaan dunia, tiba-tiba dunia merenggut diri mereka. Menjerat, menipu, dan melemparkan mereka dari ketinggian dengan kepala di bawah sehingga badan mereka terpotong-potong, hancur dan binasa. Dalam kondisi demikian, dunia berdiri mentertawakan mereka dan iblis yang ada di sampingnya pun ikut mentertawakan mereka."

Jika kita melihat cacat-cacat dunia dengan mata hati, niscaya kita akan mampu membersihkan dunia dari hati. Namun jika kita memandang dengan mata kepala, tentu kita akan tergoda dengan keindahan, kelezatan dan gemerlapnya dunia, daripada mempertimbangkan aibnya. Dengan demikian, kita tak akan sanggup mengeluarkan dunia dari dalam hati.

Ali ibn Abi Thalib berkata, " Perkara yang paling aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, ia akan memalingkan dari kebenaran. Adapun panjang angan-angan, ia akan membuat lupa akan akhirat" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim ). Bagaimana seharusnya sikap yang benar? Adalah sedikitkan angan-angan dalam urusan dunia, lebih banyak fokus dan perhatian pada urusan akhirat. Ibarat orang yang hendak mampir untuk singgah, maka sedikit sekali urusannya dengan tempat singgahnya. Akhirat laksana tujuan dan dunia seperti halte, sehingga dalam berhenti di halte tentu cukup sebentar dan tujuan akhir merupakan " tempat " berhenti selamanya ( kekal ).

Diriwayatkan dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, ia adalah orang yang terhormat di kalangan penduduk Hams, ia berkata: "Tidakkah anda merasa malu membangun sesuatu yang tidak anda tempati, melamunkan sesuatu yang tidak akan dapat anda gapai, dan mengumpulkan sesuatu yang tidak anda makan. Sesungguhnya orang-orang sebelum anda membangun bangunan yang kokoh, mengumpulkan (harta dunia) yang banyak dan berangan-angan begitu jauh. Tetapi yang menjadi tempat mereka adalah kuburan, angan-angan mereka adalah tipuan belaka, dan apa yang mereka kumpulkan itu hanyalah sebuah kehancuran."

Berangan-angan di waktu senggang menjadi kenikmatan bagi yang lalai, karena hal itu sama dengan membuang waktu dengan percuma. Seseorang berangan-angan menjadi pemimpin suatu negeri, ia sudah merencanakan segala sesuatunya jika nanti menang kontestasi. Perencanaan tidak dilarang dalam Islam justru agar dibuat dengan sebaik-baiknya ( istilah sekarang renstra, rencana strategis ). Namun semua keputusan akhir ada pada-Nya, sehingga jika sudah membuat rencana dan menjalankannya maka bertawakallah dan serahkan hasil kepada Allah Swt. Masih banyak calon pemimpin yang berserah diri pada selain-Nya seperti pada dukun ( orang pintar ), pada benda-benda yang dianggap keramat dan lain-lain. Inilah ujian keimanan seorang calon pemimpin. Kekuasaan jika tidak dilandasi keimanan akan muncul sifat serakah ( ini terjadi karena nafsu telah mendominasi ), karena seperti ungkapan bahwa kekuasaan itu cenderung berlaku korup. Sifat seperti ini selalu diikuti dengan sifat cinta dunia.

Semoga kita termasuk golongan yang bukan senang berpanjang angan-angan dan cinta dunia. " Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan dan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." ( QS. al-Baqarah ayat 201 ).

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads