Penghalang Sabar

Kolom Hikmah

Penghalang Sabar

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 23 Des 2022 08:02 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Bagi orang-orang beriman, bersikap sabar menjadi keniscayaan. Oleh sebab itu hendaknya menghindari sikap yang menjadi penghalang sabar seperti :

Pertama, putus asa. Sikap ini merupakan penghalang terbesar bagi kesabaran. Sebab orang yang berputus asa tidak memiliki kesabaran sama sekali. Jika kita analisa seorang petani yang menanam padi dengan tekun dan sabar memelihara sampai 105 hari dan memanen, ketekunan ini karena ada harapan bisa panen. Ketika rasa pesimis atau putus asa, maka proses tanam padi tersebut hanya sampai setengah jalan dan tidak diteruskan.

Dalam kitab suci Al-Qur'an selalu dituntun untuk menghalau sifat pesimis dari jiwa kaum mukmin dan menanamkan harapan serta optimisme. Allah Swt. berfirman dalam surah ali-Imran ayat 139-140, " Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu mendapati luka, maka sesungguhnya kaum ( kafir ) itu pun mendapat luka yang sama. Dan masa ( kejayaan dan kehancuran ) itu Kami pergilirkan di antara manusia."
Sifat pesimis apalagi putus asa harus jauh dari seorang mukmin, karena sudah jelas sifat tersebut tidak akan membuat seorang hamba mencapai tujuannya. Apalagi dalam kedua ayat di atas jelas sekali kalau tidak boleh lemah, bersedih hati agar seorang bisa bangkit dan berhasil. Ingatlah bahwa di ayat penghujung, bahwa kejayaan maupun kehancuran itu dipergilirkan. Apapun akan terjadi jika Allah Swt. berkehendak maka jadilah. Orang-orang yang terhimpit karena kezaliman maka pada saatnya akan terlapangkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, marah. Sifat pemarah ini sangat merugikan bagi orang yang menyandangnya. Jika hal itu dianggap menguntungkan dan merupakan ( brand image ), kerugian akan muncul cepat atau lambat. Kita sering dapatkan ( tontonan ) seorang berkedudukan yang marah-marah jika ada yang tidak sesuai kebijakannya, penyelesaian masalah akan elok jika ditangani dengan tanpa marah-marah.


Kita simak firman Allah Swt. dalam surah al-Qalam ayat 48-50, " Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah ( kepada kaumnya ). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang salih."

ADVERTISEMENT


Singkat cerita bahwa ayat-ayat tersebut menggambarkan seorang Nabi Yunus yang marah karena umatnya tidak memperhatikan dakwanya. Dia meninggalkan kaumnya dengan harapan akan berdakwah di lain tempat. Dalam perjalanannya Nabi Yunus akhirnya dimakan ikan yang besar selama beberapa hari. Dalam kesedihan, kesempitan dan kegelapan yang berlapis ( kegelapan lautan, kegelapan perut ikan dan kegelapan malam ), Nabi Yunus berdo'a pada Allah yang diabadikan dalam firman-Nya surah al-Anbiya ayat 87, " Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."

Mempertontonkan dan memperturutkan dorongan kemarahan akan mengalami cobaan yang berat seperti Nabi Yunus. Kemarahan akan mudah muncul bagi orang-orang yang berharta, berkedudukan, maka hendaklah dijaga hati ini agar tetap dingin.

Ketiga, ketergesa-gesaan. Jiwa seseorang cenderung ingin menyegerakan ( ketergesaan ), hal ini menjadi tabi'at manusia. Mari kita simak firman Allah Swt. tentang hal tersebut, dalam surah al-Anbiya' Ayat 37, " Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya."

Jika seseorang harus lama menanti apa yang diinginkannya ( ingin jadi Bupati/Gubernur atau Presiden ), maka hilanglah kesabarannya dan dadanya menjadi sempit. Ingin cepat pilkada, pilpres agar segera terpilih. Hal ini harus mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan penyelenggara ( KPU ). Hal yang sama seorang petani hortikultura menginginkan buah yang ditanam segera masak, padahal belum waktunya. Mereka lupa bahwa segala sesuatu itu mempunyai waktu yang telah ditetapkan, bahwa Allah Swt. tidak dapat dipengaruhi oleh ketergesaan seorang pun.
Ingatlah bahwa setiap buah memiliki batas waktu untuk matang ( masak ), ketergesaan seseorang tidak akan dapat mematangkannya sebelum batas waktunya. Sebab ia tunduk pada hukum Allah Swt. yang mengaturnya.

Sifat ketergesaan ini merupakan ciri kelemahan umat Islam. Ketergesa-gesaan ini merupakan akibat dari unggulnya perasaan dan emosi atas logika akal, ilmu pengetahuan dan perencanaan. Ketergesaan juga membuat sesuatu yang tidak mungkin, seperti menabur benih pada pagi hari dan ingin memetik hasilnya pada sore hari. Disini perencanaan menjadi tidak berguna karena selalu ingin hasilnya cepat. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai satu tujuan.

Keempat, sangat bersedih hati dan bersempit dada. Sesuatu yang paling berat dirasakan seorang guru, jika murid-muridnya tidak memperhatikan materi pengajarannya, dan berpaling darinya. Lapang dada akan membuat perasaan lebih bisa memahami keadaan. Sangat bersedih hati akan membuat seseorang sulit atau perlu waktu untuk bangkit kembali.

Maka untuk menjadi orang yang sabar, hindarilah empat penghalang tersebut di atas. Lawan sikap putus asa dengan sikap penuh harapan ( optimis ), sikap marah dengan sikap lebih tenang, sikap ketergesaan dengan sikap memahami proses dan mengimani ketetapan-Nya, sedih hati dan sempit dada dengan meyakini bahwa Allah akan mengganti yang hilang. Semoga kita semua bisa mengatasi penghalang tersebut dan juga para pemimpin negeri ini, sehingga termasuk golongan orang-orang yang sabar dan taqwa. Khusus bagi calon pemimpin yang akan berkontestasi pada tahun 2024, pilihlah mereka yang bisa mengatasi penghalang sabar.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads