"EO-EO" Pemburu Pahala

Kolom Hikmah

"EO-EO" Pemburu Pahala

Ishaq Zubaedi Raqib - detikHikmah
Selasa, 29 Nov 2022 11:17 WIB
Ishaq Zubaedi Raqib adalah Jurnalis senior, partisipan R20 Pertama, Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU
Foto: Dokumen Pribadi Ishaq Zubaedi Raqib
Jakarta -

Senin (28/11/2022) siang, panitia penyelenggara Forum R20--Religion Twenty, secara formal dibubarkan. Dr Ahmad Suedy mengenang suka duka saat diminta Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menjadi "person in charge" acara itu. Aktivis senior di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) ini, sudah biasa ambil bagian dalam forum-forum bertaraf nasional. Tapi, menggerakkan mesin sebesar R20, sungguh jauh di luar bayangannya.

"Saya shocked. Ini kelas dunia." Itulah kata yang spontan muncul, begitu Gus Yahya memberinya "akses". Dia mesti menghubungi tokoh-tokoh kunci. Dia berusaha meyakinkan para "ulama" itu agar mau mendengar lalu bersiap ambil bagian. Tidak kurang dari 500 tokoh agama-agama besar dunia seperti Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Yahudi, Budha, aliran dan cabangnya datang ke Nusa Dua, Bali. R20 jadi salah satu menu favorit pembuka G20.

Saat ini, persis seperti diakui Gus Yahya, obrolan mengenai R20, secara mengejutkan telah menjelma wacana paling up date dari perbincangan para pemimpin dunia. Kesadaran akan perlunya pulang ke agama, perlahan menempati ruang batin mereka. "Usai digelarnya forum R20, saya diundang ke Inggris, berbicara di The Union--The Oxford Union Society," ujar Gus Yahya saat bercerita seputar "magis" R20 kepada para eksponen panitia dan EO.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari 13 menjadi 20

Dalam acara yang dipandu anggota Badan Hubungan Internasional PBNU, Ubaidillah, sejumlah "sosok penting" di balik kisah sukses R20 hadir. Salah satunya perutusan dari "On Us", Event Organizer--EO. Saat menyampaikan kesan-kesannya, ia berujar ; banyak hal didapat dari kerjasama mereka dengan PBNU. "Kami tambah sigap. Mesti standby setiap saat. Kami kerap bangun dini hari untuk memastikan progres lewat pesan-pesan di grup wa," kenangnya.

Untuk pertama kali dalam perjalanan ke-EO-an, On Us mesti mengerjakan hal-hal ekstra. Seperti, adanya tiga belas (13) program yang disepakati, tapi perjalanan mengalami kejutan-kejutan luar biasa, mengembang menjadi 20 jenis. "Ya itulah NU," timpal Ketua PBNU, H Amin Said Husni yang hadir mendampingi Gus Yahya. Dan itu pula yang dibisikkan Gus Yahya, saat Maret 2022 lalu diterima Presiden Joko Widodo. Ia cuma bilang, NU mau menggelar R20.

ADVERTISEMENT

"Dan saya sampaikan. Pak Presiden, NU mau R20 "nebeng" ke G20. Dan, Presiden mengiyakan," ungkap Gus Yahya. Meski belum membayangkan bagaimana bentuk R20 yang diangankan, tapi dia yakin "anak-anak" NU nantinya akan bisa meng-creat wujud dari forum yang akhirnya mendapat puja-puji dari banyak kalangan itu. Bahkan, sejumlah kolega Gus Yahya di luar negeri, tak sempat memberi tanggapan serius karena masih terkesima dengan ide "gila" ini.

"Hanya orang-orang gila yang berani ambil risiko. Termasuk ketika kita menggelar R20," sebut Gus Yahya. Ia lalu berkisah saat didaulat menjadi EO. Dia diperintah "mengorganizing" event muktamar luar biasa (MLB) Partai Kebangkitan Bangsa. MLB yang digelar Januari 2003 di Krapyak itu, akhirnya jadi penanda lahirnya PKB kubu Matori Abdul Djalil. 200 ribuan warga PKB hadir dan 4 ribuan peserta aktif, tersebar di 14 hotel Jogjakarta.

"Bayangkan ! Dua ratus ribu lebih warga PKB dan empat ribu lebih pengurus dan peserta aktif. Mereka datang dari daerah-daerah di seluruh Indonesia," kenang Gus Yahya. "Panitianya adalah anak-anak muda NU dan para simpatisan. Yang menggerakkan anak-anak itu bukan uang. Bukan materi. Mereka ini adalah para pemburu pahala. Persis yang diajarkan para kiai di pondok pesantren. Menjadi EO sudah panggilan hati," seru Gus Yahya tergelak.

Wacana arah R20 ke depan

Muhsin Syihab, Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Menlu RI, menyatakan tidak kaget jika banyak tokoh dunia memuji penyelenggaraan R20. Ia juga sangat yakin, forum ini akan menjadi salah satu pintu diplomasi bagi usaha-usaha mencari jalan keluar dari sejumlah kemelut dan konflik di sejumlah negara. Forum ini akan jauh semakin berpengaruh, jika statusnya menjadi bagian integral dari kerja-kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). "Saya sangat optimis," katanya.

Seperti perutusan ON Us, Muhsin juga mengaku geleng-geleng kepala. Ada banyak hal tak terduga dari tahapan hingga hari "H" R20. Tapi ia sudah menduga itu akan terjadi. Ia hadir di sejumlah momentum hingga usainya R20. Diplomat senior ini hadir sebagai pihak yang ditugaskan Menlu RI untuk mensupervisi urusan terkait hubungan antarnegara. Ada juga eks Dubes RI di Aljazair, Safira Machrusah, sebagai bagian penting PIC R20.

Berkembang wacana bagaimana arah R20 ke depan. Serupa perlu dipikirkan membentuk sejumlah taskforce. Dengan itu, akan terbuka peluang bagi R20 untuk melakukan "courtesy call" dengan tujuan kunjungan kehormatan atau panggilan resmi ke badan-badan dan organ-organ di bawah PBB. Soal ini pasti sudah dipikirkan Gus Yahya. Akan ada upaya focussing kerja R20 ke dalam aksi nyata sehingga tidak hanya berupa rekomendasi kebijakan.

Lebih dari capaian saat ini dalam bentuk "policy oriented discourses", tapi bisa berkembang menjadi "action oriented recomendation". Persis visi misi Gus Yahya, ke mana dia akan membawa NU memasuki Abad Kedua pada awal tahun 2023 nanti. Visi itu sudah sering ia paparkan dalam banyak kesempatan kepada banyak pihak. Yaitu visi "merawat jagat, membangun peradaban" yang lebih setara dan bermartabat bagi semua umat manusia.

Taskeforce itu bisa berupa "taskforce on human rights and humanitarian issues". Ini berguna untuk dapat mengidentifikasi berbagai tokoh agama yang memiliki ketertarikan akan kerja-kerja kemanusiaan. Dari sini, diharapkan lahir rekomendasi berbasis nilai-nilai keagamaan yang mengadaptasi konteks yang dihadapi. Taskforce ini bisa bekerja sama dengan DUHAM PBB dan utusan khusus PBB di bidang "humanitarian issues".

Atau bisa juga muncul inisiatif dari Sekretariat R20 untuk membentuk "taskforce on culture of peace and conflict resolustion". Lewat medium ini, para tokoh agama dapat duduk bersama untuk mengidentifikasi sumber konflik yang secara laten meletup di berbagai belahan dunia. R20 akan memberi dorongan moral dan rekomendasi konkret serta, jika dianggap perlu, dapat menawarkan "good offices" dalam pelaksanaannya.

Jika dianggap kredibel dan "workable", terbuka peluang bagi rekomendasi taskforce ini untuk dibawa dan dipresentasikan ke Sekjen PBB. Ada pula "taskforce on environment and development issues". Coveragenya akan sangat luas. Ada topik-topik pilihan bersifat urgen dan segera, seperti isu perubahan iklim dan lingkungan. Rekomendasinya dapat disampaikan kepada Executive Secretary UNFCCC dan Presiden COP UNFCCC di tahun berikutnya.

Akhirulkalam

Semua wacana terkait arah R20 ke depan, sifatnya sangat cair dan preliminary. Seperti DNA-nya, akan terus muncul kejutan-kejutan khas NU. Kejutan seperti saat KH Wahab Chasbullah menarik NU keluar dari Masyumi. Atau saat Rais Aam KH Ahmad Siddiq menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Atau kejutan dari Gus Yahya yang membawa NU ke kancah dunia. Mengajak para tokoh agama duduk bersama, melakukan pengakuan dan pertobatan.

Semua ini terjadi begitu saja. Terjadi seakan sudah digariskan takdir NU dalam ikhtiar raksasa, seperti semangat kelahirannya ; menjaga agar Cahaya Tuhan--Nurullah tetap menyala. Menyala dan menerangi kehidupan semesta. Menjadi rahmat yang meliputi semua unsur kehidupan, dunia hingga ke akhirat kelak. Bukan kah ada adagium NU mengurus orang sejak mulai belajar hidup hingga ia pindah ke alam kubur ? Untuk itulah R20 ini dibuat. Wallaahi A'lam. (*)

Ishaq Zubaedi Raqib

Penulis adalah Jurnalis senior, partisipan R20 dan Ketua LTN--Lembaga Infokom dan Publikasi PBNU

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Hide Ads