Mengapa Nabi Muhammad SAW Melakukan Uzlah di Gua Hira?

Mengapa Nabi Muhammad SAW Melakukan Uzlah di Gua Hira?

Kristina - detikHikmah
Jumat, 04 Nov 2022 13:45 WIB
Gua Hira menjadi salah satu lokasi penting dalam sejarah lahir dan berkembangnya Islam. Pasalnya di tempat itu Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama.
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah di Gua Hira. Foto: Antara Foto/Aji Styawan
Jakarta -

Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah di Gua Hira pada usia 40 tahun. Uzlah adalah kegiatan menyendiri atau mengasingkan diri.

Menurut Muzdalifah Muhammad dalam buku Turunnya Wahyu Kenabian Muhammad SAW, usia 40 tahun ketika Rasulullah SAW melakukan uzlah adalah usia kematangan seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT,

"...Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, "Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai," (QS Al Ahqaf: 15)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muzdalifah menjelaskan lebih lanjut, uzlah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW bukan bermaksud meninggalkan secara total keramaian manusia. Namun, beliau hanya menjauh sejenak untuk kemudian berbaur kembali dalam rangka memperbaiki kerusakan masyarakat sekelilingnya.

Sementara itu, menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, alasan mengapa Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah adalah memfokuskan pikirannya untuk merenungkan alam semesta, memperhatikan fenomena-fenomena keindahan, dan ruhnya bertasbih bersama ruh alam wujud, berpelukan dengan keindahan dan kesempurnaan, bergaul dengan hakikat yang agung, dan latihan bergaul dengannya dengan penuh pengertian dan pemahaman.

ADVERTISEMENT

Sayyid Qutb menafsirkan, pilihan Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah atau menyendiri rupanya sudah menjadi skenario Allah SWT untuk mempersiapkan beliau menantikan urusan yang agung.

Ketika beruzlah itulah beliau SAW menyendiri, bersunyi-sunyi seorang diri, dan membebaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan serta segala kesibukannya tidak penting.

"Demikianlah Allah memprogram Nabi Muhammad SAW yang dipersiapkan untuk mengemban amanat teragung, mengubah wajah dunia, dan meluruskan garis sejarah. Allah memprogramkan uzlah ini untuknya sebelum ditugasi mengemban risalah tiga tahun kemudian," jelas Sayyid Qutb.

Menurut Sayyid Qutb, Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah selama sebulan (dalam setahun). Nabi kemudian didatangi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT. Menurut sejumlah pendapat, peristiwa turunnya wahyu pertama ini terjadi pada 17 Ramadan.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Nabi Muhammad Saw menerima wahyu dalam dua keadaan. Pertama, terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat bagi rasulullah.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Muzammil ayat 5,

Ψ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ§ Ψ³ΩŽΩ†ΩΩ„Ω’Ω‚ΩΩ‰ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’ΩƒΩŽ Ω‚ΩŽΩˆΩ’Ω„Ω‹Ψ§ Ψ«ΩŽΩ‚ΩΩŠΩ„Ω‹Ψ§

Artinya:" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

Keadaan kedua, dikatakan bahwa malaikat Jibril datang kepada nabi Muhammad dalam keadaan seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki. Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam. (QS Al Alaq: 1-5)

Menurut buku Ringkasan Khusus Pendidikan Agama Islam karya A. Miftahul Basar, wahyu itulah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad SAW dipilh dan diangkat Allah SWT untuk menjadi Rasul-Nya.




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads