Shalawat, Syafaat atau Cinta Nabiy

Kolom Hikmah

Shalawat, Syafaat atau Cinta Nabiy

Abdurachman - detikHikmah
Kamis, 06 Jun 2024 04:47 WIB
Abdurachman  Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Foto: Dokumentasi pribadi Abdurachman
Jakarta -

Shalawat. Sangat populer perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Al Quran kepada orang-orang beriman. Perintah ini menjadi sangat spesial karena menurut sekian banyak muballigh, shalawat tidak hanya diperintahkan kepada orang-orang beriman. Tetapi khusus perintah ini, Allah Subhanahu wa ta'ala sendiri beserta para malaikatNya bershalawat kepada Nabiy.

Firman-Nya yang sangat terkenal, hampir selalu dibaca setiap khatib di mimbar khutbah Jumat, "Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna 'alan nabiy yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu 'alayhi wa sallimuu tasliimaa", (alAhzab 33:36). Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabiy, hai orang-orang beriman bershalawatlah kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Perintah ini super istimewa karena sebelum Allah memerintahkan orang-orang beriman, Dia mengawali perintah itu dengan menginformasikan bahwa Dia sendiri bersama para malaikatNya selalu bershalawat kepada Nabiy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara etimologi "hubungan" yang terkandung dalam kata shalat terambil dari kata shilat atau shilah yang memiliki akar kata yang sama dengan shalat, yaitu shad-lam-waw. "Shilat" berarti sambungan atau menyambung atau menjalin atau menghubungkan.

Shalawat adalah jamak dari kata shalat. Dari sini ketika seseorang senantiasa bershalawat kepada Nabiy, sebagian maknanya adalah ia selalu "berhubungan" atau konek, nyambung dengan Nabiy. Kalau makna konek ini disandingkan dengan kehidupan keseharian saat ini, yang hampir setiap orang menggunakan gadget, maka selalu konek ini bermakna selalu online.

ADVERTISEMENT

Di dalam bahasa fisika, koneksi antara gadget satu dengan yang lain akan terjadi jika dan hanya jika memiliki kesamaan frekuensi. Ada koneksi yang sangat bersih, jelas, clear. Ada koneksi yang sering terputus, kualitas suara yang sering kurang jelas terdengar, bahkan bisa menimbulkan salah dengar dan salah persepsi. Intinya, kualitas koneksi ini memiliki gradasi yang berbeda. Ada yang super jelas, ada yang hampir tak terdengar.

Frekuensi di dalam kehidupan kita sehari-hari bermakna akhlak. Ketika seseorang memiliki koneksi yang jelas, clear kepada Nabiy maka sesungguhnya ia memiliki akhlak yang lebih dekat kepada Nabiy daripada orang yang koneksinya kurang akurat.

Shabat Abubakar ra. adalah seorang yang memiliki koneksi sangat clear kepada Nabiy. Itu berarti bahwa akhlak beliau ini sangat mendekati akhlak Nabiy dibandingkan beliau yang lain.

Koneksi kuat kepada Nabiy bisa berbukti dari banyak dan kualitas shalawat lisan, shalawat pikiran dan bahkan shalawat qalbu. Shalawat qalbu mengantar Abubakar ra., selalu ingat kepada beliau kapan pun dan di mana pun. Shalawat qalbu, menimbulkan shalawat seluruh jiwa dan raga seseorang, karena intisari seseorang ialah qalbu-nya. Alaa fil jasadi al mudghah, faidzaa sholuhal sholuhal jasadu kulluh, wa idzaa fasadal fasadal jasadu kulluh, alaa wahiyal qalb. Maka jika qalbu seseorang itu selalu bershalawat, seluruh jiwa dan raga orang tersebut bershalawat.

Misalnya Abubakar ra. pada waktu Nabiy dikeroyok orang-orang kafir Qurays, Abubakar ra. langsung menghalangi para pengeroyok itu. Ketika itulah orang-orang kafir Qurays malah mengeroyoknya sampai Abu bakar tidak sadarkan diri. Para kerabat beliau memanggul Abubakar ra. ke rumahnya. Sementara ibunda beliau berada di sampingnya, pada saat beliau baru sadar. Tahukah apa yang disampaikan beliau sebagai kalimat pertama saat sadarnya itu?

"Apa yang terjadi pada Rasulullah?" teriak beliau.

Shalawat qalbu, melahirkan refleks shalawat, bahkan ketika seseorang tiba-tiba baru saja sadar.

Syafaat

Secara etimologi syafaat berasal dari kata sya-fa-'a yang berarti genap. Syafaat adalah pertolongan yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan untuk menggenapi kekurangannya sehingga yang membutuhkan mampu menggapai kemenangan, atau melepaskan diri dari bahaya.

Sesuai dengan makna itu, sebagian golongan memaknai syafaat Nabiy sebagai bentuk 'kesanggupan' beliau dalam mengantar ummatnya ke dalam surga Allah. Mengeluarkan mereka dari api neraka atau menghindarkan dari siksa. Secara sepintas pendapat ini tidak salah, hanya belum sempurna benar. Mengapa?

Sesuai dengan asal kata syafaat yang makna sederhananya melengkapi, maka pastilah ada modal yang harus dilengkapi. Ialah modal kesesuaian frekuensi dalam bahasa gadget. Supaya yang akan diberi syafaat konek dulu dengan yang memberi syafaat. Konek ini sesuai dengan paparan di atas adalah kesesuaian akhlaq dengan yang memberikan syafaat. Kesesuaian dengan akhlak Nabiy.

Dari sini muncul pemahaman bahwa, orang yang paling mudah memperoleh syafaat adalah orang yang paling sesuai frekuensinya dengan frekuensi beliau. Selanjutnya, hadir pemahaman lain bahwa jika frekuensi, atau akhlak yang membutuhkan syafaat terlalu jauh dengan akhlaq Nabiy, bisa dibayangkan bahwa syafaat yang diharapkan sulit tergapai.

Kedekatan frekuensi dalam fisika biasa ditandai dengan kedekatan gelombang, kedekatan getaran, kedekatan suara jika getaran yang dimaksud adalah gelombang suara. Maka, getaran pita suara orang yang banyak bershalawat kepada Nabiy merupakan sebagian bukti dari dekatnya kesesuaian dengan akhlak Nabiy.
Dari sini terpaham bahwa, orang yang paling mungkin mendapat syafaat Nabiy adalah Abubakar ra. dan siapa pun yang memiliki kesesuaian dengan akhlak Nabiy. Dengan begitu, mudah dimengerti bahwa siapa pun yang mengharap syafaat Nabiy mudah baginya untuk itu. Ialah dengan terus berupaya mendekati Nabiy melalui upaya kesungguhan meneladani akhlak beliau.

Salah satu cara tercepat dari upaya mendekati akhlak Nabiy ialah melalui memperbanyak shalawat kepada beliau. Sudah jamak diketahui orang bahwa, pengulangan kata akan membentuk pola pikir. Pengulangan pola pikir ini akan menjadi pola aktifitas fisik. Pola aktifitas fisik yang berulang membenam menjadi karakter. Karakter inilah yang merupakan hakikat qalbu seorang hamba.

Orang yang qalbunya berkarakter shalawat Nabiy, sesungguhnya ia telah mendekat kepada Nabiy sedekat-dekatnya. Inilah orang yang paling mudah memperoleh syafaat Nabiy.

Sementara itu, jika menggunakan pengertian di atas maka keliru jika syafaat Nabiy hanya diharapkan di akhirat, ketika seseorang ingin masuk surga atau ketika ingin keluar dari neraka.

Bukankah akhirat itu merupakan hakikat dari amal-amal dunia? Dari sini wajar jika syafaat Nabiy seharusnya diminati mulai saat ini. Ialah dengan terus berusaha optimal agar setiap amal yang dilakukan sedekat mungkin dengan amal-amal yang dikerjakan Nabiy. Sehingga berkah syafaat Nabiy di dunia bisa berbukti nyata. Bukti itu antara lain berupa, mudahnya seseorang yang memperoleh syafaat Nabiy menggapai kehidupan mulia, dan mudahnya orang itu terhindar dari nestapa.

Cinta

Secara umum juga kita pahami bahwa di mana pun di dunia ini, orang-orang akan senang berkumpul dengan sesama. Berkumpul dengan mereka yang memiliki karakter serupa. Sampai-sampai dikatakan bahwa, "kenalilah orang itu dari siapa teman-temannya". Semakin serupa karakter mereka semakin dekat hubungan mereka itu. Kedekatan hubungan yang bukan lagi sebatas teman, bukan sekedar sahabat, tetapi hubungan yang mencapai tingkatan tertinggi, ialah cinta.

Orang-orang yang memiliki karakter paling sesuai dengan Nabiy, ialah orang-orang yang paling berhak memperoleh syafaat beliau, dialah orang-orang yang paling mencintai beliau.

Di tingkatan cinta, orang tidak lagi menghitung untung rugi. Yang ada hanyalah bagaimana diri mampu membahagiakan yang dicinta.
Tanda cinta yang utama adalah selalu mengingat yang dicinta. Ingat Nabiy berarti banyak bershalawat kepada beliau.

Semoga itu adalah kita!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.




(erd/erd)

Hide Ads