Penyediaan layanan katering untuk jemaah haji Indonesia sudah berjalan tujuh kali. Dimulai sejak 2015 hanya absen dua kali karena pandemi COVID-19 yakni pada tahun 2020 dan 2021.
Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid mengatakan kebijakan penyediaan layanan katering dimulai pada 2015. Hal ini menyusul adanya kebijakan dari pemerintahan Arab Saudi yang memasukkan layanan katering menjadi salah satu syarat pelaksanaan elektronik haji (e-hajj), selain akomodasi dan transportasi.
Di tahun 2015 saat pertama kali layanan katering diterapkan, jemaah haji Indonesia di Makkah mendapatkan makan siang sebanyak 15 kali. Makan siang diberikan sejak kedatangan pertama jemaah haji Indonesia di Makkah. Namun enam hari sebelum puncak haji, layanan katering di Makkah dihentikan sementara dan baru dibuka setelah puncak haji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, bagi jemaah yang datang ke Makkah menjelang puncak haji, layanan katering diberikan pada fase sebelum dan sesudah Armina," kata Subhan di Makkah, Minggu 18 Juni 2023.
Baca juga: Doa Memasuki Masjidil Haram |
Selanjutnya pada 2016, jemaah haji Indonesia mendapatkan 24 kali layanan konsumsi terdiri dari makan siang dan santap malam. Tahun berikutnya layanan konsumsi jemaah di Makkah bertambah menjadi 25 kali. Selain makan siang dan malam, ada penambahan satu kali pemberian snack berat untuk bekal sarapan jemaah.
Pada 2018 dan 2019, jemaah haji Indonesia mendapatkan layanan katering sebanyak 40 kali, dalam bentuk makan siang dan malam. Sementara di tahun 2020 dan 2021, Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemi Covid-19.
Menurut Subhan sejak 2015 sampai 2019 setiap menjelang dan sesudah puncak haji, layanan katering selalu berhenti sementara. Hanya durasi waktu penghentiannya yang berbeda-beda. Misalnya pada 2015 layanan katering berhenti sementara sejak 6 hari sebelum puncak ibadah haji.
Di tahun 2016 sampai 2019, penghentian sementara layanan katering dilakukan sejak tiga hari jelang puncak haji. Layanan katering kembali diberikan tiga hari setelah puncak haji atau pada 16 Dzulhijah tahun itu.
Ada dua alasan layanan katering dihentikan sementara menjelang dan setelah puncak ibadah haji. Pertama menjelang wukuf, seluruh jamaah haji dunia sudah terkonsentrasi di Makkah. Hal ini menyebabkan jalanan di Makkah mulai padat dan akses menuju dan dari pemondokan jemaah juga sering ditutup saat menjelang sholat.
Kepadatan lalu lintas akibat konsentrasi jemaah ini menyebabkan distribusi makanan untuk jemaah sulit dilakukan. "Kita sih maunya memberikan layanan makanan terus menjelang hari H-nya. Tapi kondisi di Makkah memang berbeda karena kepadatan lalu lintas. Seluruh bus transportasi juga dihentikan dua hari menjelang Arafah karena seluruhnya dikonsentrasikan untuk Armina," kata Subhan.
Penyebab kedua layanan katering berhenti sementara adalah jelang puncak haji tenaga kerja penyedia layanan katering, seperti juru masak juga ikut dikonsentrasikan ke dapur-dapur di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Sebab puncak haji di Armina layanan produksi katering dimasak di dapur-dapur yang disiapkan di tenda jemaah haji Indonesia baik di Arafah maupun Mina.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!