Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Bibi Rasulullah yang Ikut dalam Perang

Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Bibi Rasulullah yang Ikut dalam Perang

Devi Setya - detikHikmah
Selasa, 13 Feb 2024 09:30 WIB
Young arabian woman in hijab with sexy blue eyes. Yashmak.
Ilustrasi Foto: Getty Images/iStockphoto/IgorVoloshin
Jakarta -

Shafiyyah binti Abdul Muthalib menjadi salah satu perempuan yang ikut dalam peperangan dalam membela ajaran Islam. Ia adalah muslimah sekaligus bibi Rasulullah SAW yang keberaniannya dalam membela Islam, sama sekali tak terkalahkan.

Merangkum buku 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah oleh Teguh Pramono dijelaskan, Shafiyyah memiliki nama lengkap Shafiyyah binti Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab al-Qurasyiyah al-Hasyimiyah.

Ia adalah bibi Rasulullah SAW, saudara perempuan dari singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shafiyyah juga seorang ibu dari sahabat Rasulullah SAW, yaitu Zubair bin Awwam.

Shafiyyah lahir dan tumbuh di rumah Abdul Muthalib, pemuka Quraisy dan orang yang saat itu memiliki kedudukan tinggi, terpandang, serta mulia. Keluarga Abdul Muthalib adalah orang yang dipercaya untuk mengurus orang-orang yang hendak melakukan haji.

ADVERTISEMENT

Di masa mudanya, Shafiyyah dikenal sebagai seorang cendekiawan, ahli bahasa dan juga seorang muslimah pemberani yang ahli menunggangi kuda. Ia juga termasuk assabiqunal awwalun yakni orang-orang yang masuk Islam pertama.

Gambaran Muslimah Pemberani

Ketakwaannya kepada Allah SWT dan keberaniannya membuat ia tak gentar untuk turun langsung dalam berbagai pertempuran membela Islam.

Ketika Perang Uhud terjadi, Shafiyyah menjadi pelopor bagi para wanita yang ikut keluar membantu para mujahidin dan mengorbankan semangat mereka untuk bertempur. Selain ikut bertempur, ia juga bertugas mengobati mujahidin yang terluka.

Shafiyyah tetap berdiri dengan berani, di tangannya menggenggam tongkat yang ia pukulkan ke wajah orang-orang yang mundur dari peperangan seraya berkata, "Kalian hendak meninggalkan Rasulullah SAW?"

Kalimat ini dilontarkan saat pasukan pemanah menyalahi perintah Rasulullah SAW sebagai panglima, maka banyak pasukan yang berpencar.

Gambaran lain dari keberanian Shafiyyah yang luar biasa adalah saat terjadi Perang Khandaq. Pasukan Yahudi mencoba menyerang sebuah benteng di mana terdapat para wanita muslimah dan anak-anak di dalamnya. Di sana, ada juga Hassan bin Tsabit.

Tatkala ada orang Yahudi mengelilingi benteng, sedangkan kaum muslimin sedang menghadapi musuh, maka berdirilah Shafiyyah. Ia berkata kepada Hassan, "Sesungguhnya, laki-laki Yahudi ini menjadikan kita tidak aman. Karena mereka akan mengetahui kekurangan kita, maka berdirilah dan bunuhlah ia."

Kemudian, Hassan berkata,"Semoga Allah mengampuni kamu. Sungguh, kamu mengetahui bahwa seperti itu bukanlah keahlian saya."

Mendengar jawaban Hassan, Shafiyyah langsung bangkit dan dengan penuh semangat, ia mengambil tongkat kemudian turun dari benteng. Ia menunggu kesempatan lengahnya orang Yahudi tersebut, lalu dipukulnya tepat pada ubun-ubun secara bertubi-tubi hingga orang tersebut terbunuh.

Kemudian, ia berkata kepada Hassan, "Turunlah dan lucuti ia. Sebab, tiada yang menghalangi diriku untuk melucutinya melainkan karena ia seorang laki-laki."

Ia adalah perempuan pertama yang membunuh laki-laki. Kemudian, ia kembali ke benteng dan tersirat kegembiraan di kedua matanya, karena mampu menghabisi musuh Allah yang berarti pula menjaga rahasia persembunyian para wanita dan kaum muslimah dari mereka.

Shafiyyah juga ikut dalam Perang Khaibar. Ia keluar bersama kaum muslimah untuk memompa semangat pasukan kaum muslimin.

Mereka membuat perkemahan di medan jihad untuk mengobati pasukan yang terluka karena perang. Rasulullah SAW merasa senang dengan peran para mujahadah, sehingga mereka juga mendapatkan bagian dari rampasan perang.

Shafiyyah Sosok yang Penyabar

Shafiyyah mengetahui kesyahidan saudaranya, Hamzah bin Abdul Muthalib RA yang dibunuh dengan sadis, maka Shafiyyah memberikan teladan yang agung bagi kita dalam hal kesabaran, ketabahan, dan ketegaran.

Shafiyyah bercerita, pada hari terbunuhnya Hamzah, Zubair menemuiku dan berkata, 'Wahai Ibunda, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh agar Ibunda kembali. Aku menjawab, 'Mengapa? Sungguh telah sampai kepadaku tentang dicincangnya saudaraku, namun ia syahid karena Allah SWT. Aku sangat ridha dengan apa yang telah terjadi. Sungguh, aku akan bersabar dan tabah, insya Allah.'

"Setelah Zubair memberitahukan kepada Rasulullah SAW tentang komentarku, beliau bersabda, 'Berilah jalan baginya!' Maka, aku mendapatkan Hamzah. Tatkala aku melihat tubuhnya yang kaku, aku berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, kemudian memohonkan ampun baginya. Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menguburkannya."

Rasulullah SAW sangat mencintai, memuliakan bibinya, Shafiyyah. Tatkala turun ayat yang berarti "Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. as-Syuura: 214), beliau bersabda, "Hai Fatimah binti Muhammad, hai Shafiyyah binti Abdul Muthalib, wahai Bani Abdul Muthalib, aku tidak kuasa menolong kalian dari siksa Allah SWT. Mintalah kepadaku apa saja yang ada padaku."

Shafiyyah hidup sepeninggal Rasulullah SAW dengan penuh kewibawaan dan dimuliakan. Semua orang mengetahui keutamaan dan kedudukannya.

Shafiyyah wafat pada zaman Khalifah Umar bin Khattab dalam usia 70 tahun. Semoga Allah SWT merahmati Shafiyyah binti Abdul Muthalib.




(dvs/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads