The Year of Santri dan Santri of The Year 2025

The Year of Santri dan Santri of The Year 2025

Agus Maftuh Abegebriel - detikHikmah
Kamis, 13 Nov 2025 20:00 WIB
The Year of Santri dan Santri of The Year 2025, Agus Maftuh Abegebriel.
Agus Maftuh Abegebriel di bagian tengah dengan beberapa WNI yang tersangkut kasus hukum di Saudi. Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Ahad kemarin, 9 November 2025, di Gedung DPR MPR, saya menerima penganugerahan Santri of The Year 2025 dalam kategori Santri Diplomat Inspiratif.

Acara tersebut diselengarakan oleh INC (Islam Nusantara Center) bekerjasama dengan DPR RI dan MPR RI. Kali ini adalah tahun kedelapan dengan penambahan beberapa kategori termasuk santri diplomat.

Seminggu sebelumnya, ketika saya menerima pemberitahuan nominasi tersebut, saya balas WA ke salah satu panitia, Mbak Lala namanya. "Kemungkinan besar juri santri of the year ini salah orang, saya malu menerima penghargaan tersebut, banyak diplomat santri yang lebih hebat" pesan WA saya kirim ke Mbak Lala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika menerima penganugerahan tersebut pikiran saya berkecamuk dan gundah. Saya bukan diplomat yang berhasil karena ketika bertugas 6 tahun di Saudi, ada satu nyawa yang tidak bisa saya selamatkan. Namanya Zaini Misrin Arsyad asal Madura yang tersangkut hukum karena peristiwa pidana pada tahun 2004, 12 tahun sebelum saya bertugas.

Nama itu yang muncul di benak saya ketika saya menerima penganugerahan ini. Saya tidak bisa memakai logika matematika bahwa memang ada 13 nyawa vonis hukuman mati dan 12 bisa pulang ke Indonesia dengan nyawa utuh. Apapun alasannya Zaini dihukum mati di saat saya bertugas sebagai Dubes RI di Kerajaan Arab Saudi.

ADVERTISEMENT

Salah satunya Etty Tayib asal Majalengka yang bisa pulang setelah menebus diyat sebesar 15 Milyar. Dana tersebut berasal dari para anggota DPR RI PKB 80 persen (sekitar 12 Milyar lebih) dan 20 persen dari Kemenlu, BIN dan para dermawan.

Saya masih ingat ketika Ketua Umum PKB, Sahabat Muhaimin Iskandar memimpin rapat fraksi PKB ketika itu dengan menyampaikan sebuah hadis sahih:


فإنَّما تُرزقونَ و تُنصرونَ بضعفائِكُمْ

"Kalian akan mendapatkan rizki dan mendapatkan kemenangan dari Allah ketika kalian berpihak kepada orang-orang lemah, orang-orang tak berdaya dan menderita": Begitu briefing Ketum PKB ketika itu. Langsung ada yang sanggup 300 jt, 200 jt, 150, 500 dst sampai terkumpul 12,2 Milyar Rupiah.

The Year of Santri dan Santri of The Year 2025, Agus Maftuh Abegebriel.The Year of Santri dan Santri of The Year 2025, Agus Maftuh Abegebriel. Foto: Dok. Pribadi

𝗕𝗲𝗿𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵, 𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗸𝗺𝗮𝘁𝗶 𝗔𝗽𝗿𝗲𝘀𝗶𝗮𝘀𝗶

Ada pesan menarik ketika saya di pesantren dulu. "Yen awakmu dialem wong, awakmu cukup matur-nuwun karo wong iku, nanging ojo kok rasakke pengaleman iku. Yen awakmu menikmati, atimu mati". Terjemahnya: Jika ada orang mengapresiasi kamu, terimalah dan berterimakasih, tetapi jangan sekali-kali menikmati apresiasi itu. Jika kau menikmati apresiasi itu, maka hati kamu mati.

Seperti itu ilmu simpel yang diajarkan oleh Kyai-kyai pesantren saat saya talabul ilmi. Ilmu penjagaan hati biar hati ini selalu hidup.

Adab tertinggi seorang santri adalah tidak boleh menikmati apresiasi, kalau diplomasi 6 tahun di Arab Saudi dianggap keberhasilan, etika santri tidak boleh mengenang keberhasilan-keberhasilan tersebut tetapi yang harus diingat adalah kegagalan. Mengingat kebaikan adalah simbol ketidaktulusan.

Konsep dasar dalam kitab nasa'ih al-ibad, "nisyanul hasanat al-madliyah", melupakan keberhasilan yang sudah lewat, adalah suatu sikap yang harus dipegangi. Sikap tersebut juga harus dibarengi dengan "dzikru al-zillat al-madliyah" selalu mengenang kegagalan-kegagalan yang pernah dilakukan. Dua hal ini adalan instrument agar hati santri tidak mati.

Karena dalam akhlak santri, keberhasilan adalah milik Allah dan kegagalan milik diri. Jika kita menikmati keberhasilan: kita mencicipi kepemilikan, lalu rasa kehambaan kita akan berkurang. Jadi seorang santri akan berkata: "Aku akan ingat kegagalan biar aku tetap merasa kecil."

𝗝𝘂𝗮𝗿𝗮 𝗨𝗺𝘂𝗺 𝗦𝗮𝗻𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗳 𝘁𝗵𝗲 𝗬𝗲𝗮𝗿 𝟮𝟬𝟮𝟱

Ada 20 kategori dalam perhelatan Santri of the Year 2025 ini. Di antaranya ada penambahan Santri Inspiratif dari TNI, Polri, Penegak Hukum dan lain-lain.

Dari 20 kategori ini, 3 diantaranya santri-santri ndeso dari Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen. Prof Ishom (Rektor UIN Banten), Ning Jihan Nurlela Chalim (Wagub Lampung) dan saya sendiri adalah bocah-bocah ndeso yang diberi kesempatan nyantri di Futuhiyyah. Yang hebat bukan santrinya tetapi para Kyai Futuhiyyah yang membimbing santri-santrinya. Mulai Romo Kyai Muslih, Romo Kyai Ahmad Mutohar, Kyai Luthfil Hakim, Kyai Hanif, Kyai Ridwan Kholilurrahman, Kyai Abdurrahman Badawi, Kyai Mahdum zein, Kyai Mufid dll.

Terkait dengan Ning Jihan Nurlela, ada rajutan tali penghubung masalalu yang diukir oleh orang tua kami. Ning Jihan ini santri sekaligus memiliki "darah biru". Wagub Lampung ini binti KH. Abdul Halim bin KH. Maftuchin. Kyai Maftuchin ini suami dari Nyai Fatim binti KH. Ma'soem Lasem.

Emak, saya almarhumah Siti Hidayah adalah khadimah Mbah Ma'soem Lasem yang biasa masak di dapur ndalem Mbah Ma'soem Lasem bareng-bareng dengan sahabat karibnya bernama Masti'ah, yang kemudian menjadi istri Mbah Maemun Zubeir Sarang.

Jalur tersebut yang menghubungkan keluarga kami dengan Soditan Lasem. Usia 4 tahun saya pernah diajak emak saya ke Lasem dan berkesempatan musafahah dengan Mbah Ma'soem yang pada waktu, seingat saya, memakai serban dan sarung kotak-kotak. Orang-orang menyebutnya sarung palekat.

Dari sisi kampus, dari 20 kategori tersebut, 3 di antaranya dari kampus IAIN Sukijo (Sunan Kalijogo) Yogyakarta. Yaitu, Arifatul Choiri, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan, Prof Ishom dan saya sendiri. Dua di antaranya adalah Fakultas Syariah, Prof Ishom dan saya. Mbak Arifah dari Fakultas Dakwah.

Jadi juara umumnya adalah Pondok Pesantren Futuhiyah dan IAIN Sukijo. Kalau mau dipersempit lagi juaranya juara Futuhiyyah dan Fak Syariah.

Lho kok bukan UIN Sunan Kalijaga yang disebut? Sangat berbeda, saya jadi guru di Sunan Kalijaga ini hampir 40 tahun, dan masuk kategori guru tua. Experiences saya kenapa saya sebut IAIN dan bukan UIN karena ada tradisi keilmuan yang berbeda. Apa itu? Tradisi keilmuan IAIN itu bernuansa penguasaan "turas qadim" kitab-kitab kuning sedang UIN jauh dari tradisi itu.

Selamat menerima penganugerahan Santri of the Year 2025 dan jangan kita menikmati apresiasi, agar "amradhul qalbi" (penyakit-penyakit hati", istilah kitab Ihya) tidak menggerogoti kita.
Yogyakarta
13/11/25

Penulis: Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Perwakilan Tetap RI untuk OKI, 2016 - 2021

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads