Palestina dan Rahasia Sumud yang Tak Terkalahkan

Kolom Hikmah

Palestina dan Rahasia Sumud yang Tak Terkalahkan

Penulis Kolom, Fahmi Salim - detikHikmah
Sabtu, 06 Sep 2025 21:43 WIB
Direktur Baitul Maqdis Institute Fahmi Salim (kiri), tokoh nasional Palestina, Dr. Mustafa Bargouti (tengah), dan para aktivis dalam kunjungan ke Indonesia pada 30 Agustus-6 September 2025.
Direktur Baitul Maqdis Institute Fahmi Salim (kiri) dan tokoh nasional Palestina, Dr. Mustafa Bargouti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/9/2025). Foto: Dok Fahmi Salim
Jakarta -

Beberapa hari terakhir saya membersamai tokoh nasional Palestina, Dr. Mustafa Bargouti yang berkunjung ke Indonesia pada 30 Agustus-6 September 2025. Ia melakukan jadwal kunjungan yang padat bertemu dengan aktivis kemanusiaan Palestina, pejabat tinggi negara eksekutif dan legislatif, para pemimpin ormas Islam dan ketua partai politik di Indonesia. Gongnya adalah konferensi pers yang digelar di hotel Sofyan Menteng. Ia membawa 1 pesan utama: "Wahai pemimpin dan rakyat Indonesia bantu sumud kami rakyat Palestina di negeri kami, kami tak sudi keluar dari negeri kami dengan dalih apa pun!"

Ketika Gaza luluh lantak oleh 145.000 ton bom setara 8 kali bom atom Nagasaki-Hiroshima, ketika Tepi Barat dicekik oleh tembok pemisah dan pemukiman ilegal Yahudi, dan ketika Yerusalem dikepung oleh penggusuran dan yahudisasi, dunia sering bertanya-tanya: "Mengapa rakyat Palestina tidak pergi saja? Mengapa mereka tetap tinggal di tanah yang setiap hari dilanda maut?"

Jawaban mereka sederhana namun mengguncang hati: sumud. Sebuah kata yang berarti keteguhan dan ketabahan, yang telah menjelma menjadi falsafah hidup, strategi perlawanan, sekaligus rahasia mengapa Palestina tidak pernah padam dari peta sejarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Secret of Sumud: Mengapa Palestina Tidak Pernah Menyerah

Ketika Gaza dibombardir, ketika Tepi Barat dikepung, ketika rumah-rumah dihancurkan, dunia sering bertanya: "Mengapa rakyat Palestina tidak pergi saja? Mengapa mereka tetap bertahan di tanah yang setiap hari dilanda maut?"

Jawabannya ada pada satu kata yang lahir dari jiwa mereka: sumud. Dalam bahasa Arab, sumud berarti keteguhan, ketabahan, dan ketegaran. Namun, bagi Palestina, sumud bukan sekadar sikap mental, melainkan falsafah hidup dan strategi perlawanan. Ia adalah rahasia eksistensi mereka.

ADVERTISEMENT

Bertahan Bukan Pilihan, Melainkan Amanah

Bagi rakyat Palestina, tanah yang mereka pijak bukan sekadar tanah air, tetapi tanah suci. Di sanalah berdiri Masjid al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam. Mereka percaya firman Allah:

"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya." (QS. Al-Isra': 1)

Karena itu, bertahan di Gaza, Nablus, Hebron, atau Yerusalem bukan sekadar urusan nasionalisme. Ia adalah ibadah. Menjaga tanah berarti menjaga amanah Al-Qur'an.

Martabat Lebih Tinggi dari Kenyamanan

Sejak tragedi Nakbah 1948, bangsa Palestina belajar bahwa siapa pun yang terusir akan menjadi pengungsi abadi. Sebaliknya, siapa yang bertahan, meski di bawah puing, tetap memiliki hak atas tanahnya.

Inilah sebabnya banyak keluarga lebih memilih hidup di reruntuhan rumah ketimbang pindah ke pengungsian. Seorang ibu di Gaza pernah berkata, "Kami bisa hidup tanpa listrik, tanpa makanan, bahkan tanpa rumah. Tapi kami tidak bisa hidup tanpa tanah kami."

Pernyataan itu menggambarkan inti dari sumud: martabat lebih tinggi daripada kenyamanan.

Budaya yang Menjadi Senjata

Sumud juga telah menjadi budaya kolektif. Lagu-lagu perjuangan, puisi Mahmoud Darwish, mural di tembok Gaza, hingga aroma roti za'atar-semuanya adalah perlawanan sunyi. Anak-anak Palestina tumbuh dengan pesan: "Jangan tinggalkan tanah ini, walau sejengkal."

Dengan cara itu, sumud bukan hanya milik generasi tua, tetapi diwariskan sebagai identitas nasional dan spiritual.

Harapan Kemenangan

Bangsa Palestina yakin bahwa penjajahan tidak abadi. Inggris pernah pergi dari India, Perancis hengkang dari Aljazair, Belanda keluar dari Indonesia. Israel pun suatu hari akan pergi.

Keyakinan ini diteguhkan oleh sabda Nabi ο·Ί:

"Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menegakkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menentang mereka, hingga datang keputusan Allah." (HR Muslim)

Harapan inilah yang membuat mereka bertahan. Mereka tahu, penderitaan hari ini adalah investasi untuk kemerdekaan anak cucu.

Direktur Baitul Maqdis Institute Fahmi Salim, tokoh Palestina, dan para aktivis dalam kunjungan ke Indonesia pada 30 Agustus-6 September 2025.Direktur Baitul Maqdis Institute Fahmi Salim, tokoh Palestina, dan para aktivis dalam kunjungan ke Indonesia pada 30 Agustus-6 September 2025. Foto: Dok Fahmi Salim

The Secret of Sumud adalah rahasia mengapa Palestina tidak pernah padam. Mereka bisa kehilangan rumah, tetapi tidak kehilangan tanah. Mereka bisa kehilangan anggota keluarga, tetapi tidak kehilangan harapan.

Dunia boleh terus bertanya, "Mengapa mereka tidak menyerah?"

Jawaban rakyat Palestina sederhana: "Karena inilah tanah kami. Karena di sini ada Al-Aqsa. Karena di sini Allah menguji cinta kami pada-Nya."

Dan dengan sumud itulah, mereka mengajarkan kepada dunia bahwa ada hal-hal yang lebih berharga daripada hidup nyaman-yaitu iman, martabat, dan tanah air.

Terimakasih Dr. Bargouti, anda telah datang mengunjungi negeri kami di tengah situasi chaos Jakarta, membawa dan menyebarkan spirit sumud kepada bangsa Indonesia.


Fahmi Salim

Direktur Baitul Maqdis Institute

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads