Dalam masyarakat terkadang muncul pertanyaan, "Kenapa orang-orang non muslim itu kehidupannya makmur? Jawaban pertanyaan tersebut sebagaimana dalam firman-Nya surah Hud ayat 15 yang terjemahannya, "Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."
Makna ayat ini adalah : Barang siapa yang menginginkan kesenangan hidup di dunia seperti makanan, minuman, perhiasan, pakaian, perabot rumah tangga, binatang ternak, dan anak-anak tanpa mengadakan persiapan untuk kehidupan di akhirat, seperti beramal kebajikan, membersihkan diri dari berbagai sifat yang tercela, maka Allah SWT. akan memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan sesuai dengan sunnatullah atau ketentuan-Nya.
Allah SWT. tidak akan mengurangi sedikit pun dari hasil usaha mereka itu, karena untuk memperoleh rezeki tersebut terkait dengan usaha seseorang. Hasil usaha mereka di dunia itu tergantung kepada usaha mereka dan sunnatullah dalam kehidupan, sedang amal-amal keakhiratan, balasannya ditentukan oleh Allah SWT. sendiri tanpa perantara seorang pun. Jadi seseorang yang berusaha dengan sungguh-sungguh akan berbeda hasilnya dengan seseorang yang berusaha sekedarnya. Inilah bentuk keadilan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang berikhtiar dan berbuat baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini diperkuat dengan firman-Nya surah at-Taubah ayat 120 yang terjemahannya, "Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
Jadi siapapun yang beriman kepada-Nya akan diberikan dua balasan, satu di dunia dan satu di akhirat. Dan siapa yang kafir akan dibalas di dunia atas kebaikannya dan di akhirat atas kekafirannya.
Adapun landasan bahwa Allah SWT. akan memuliakan pelaku kebaikan di dunia meskipun mereka kafir. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah Hud ayat 117 yang terjemahannya, "Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat kebaikan."
Adapun makna ayat di atas adalah : Dan sekali-kali Tuhanmu yang membimbing dan memberi petunjuk kepada hamba-Nya tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, yakni membinasakan secara total dan menyeluruh, selama penduduknya negeri itu adalah orang-orang yang selalu berbuat kebaikan, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan."
Oleh sebab itu, Allah SWT. telah memberikan tuntunannya agar umat muslim yang beriman dan beramal saleh akan memperoleh balasan di dunia dan di akhirat. Jadi, yakinlah bahwa keimanan dan kebaikan umat muslim akan memperoleh balasan seperti ditegaskan dalam surah ali-Imran ayat 145 yang terjemahannya, "Siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Maknanya adalah : Ini berarti setiap orang Islam harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan. Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat dunia saja. Dan barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka Allah SWT. akan membalasnya dengan pahala akhirat. Allah SWT. akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya dan selalu mendampingi Nabi-Nya.
Oleh sebab itu, bagi orang-orang yang beriman hendaknya berbuat baik ( untuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat ). Sesungguhnya jika seseorang memperoleh amanah sebagai pemimpin ( daerah maupun negeri ) adalah berpeluang besar memperoleh bekal akhirat. Telah dicontohkan oleh para pemimpin terdahulu seperti Khulafa' Ar-Rasyidiin. Hal yang tidak mudah menjadi pemimpin pada zaman ini, dimana lingkungan sekitar mendorong untuk bermegah-megahan dan bila perlu saling memamerkan kekayaan dan kedudukan. Banyak pemimpin yang tergelincir karena tiada kemampuan mencegah nafsu mengeksekusi bisikan setan.
Ingatlah bahwa manusia itu selalu dalam keadaan merugi sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Asr 1-3 yang terjemahannya, "Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran."
Makna dari surah ini adalah : Demi masa, waktu sore, atau shalat Asar Allah bersumpah dengan masa agar manusia memperhatikan masa dan memanfaatkannya dengan baik; bersumpah dengan waktu sore, sebagaimana dengan waktu duha, sebagai salah satu bukti kuasa Allah; dan bersumpah dengan shalat Asar karena keutamaannya atas shalat-shalat yang lain. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, baik di dunia maupun akhirat, akibat hawa nafsu yang menyelubungi dirinya. Hanya manusia beriman dengan sejati dan mengerjakan kebajikan sesuai ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam melaksanakan kewajiban agama, menjauhi larangan, menghadapi musibah, dan menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, wahai umat Islam yang berprofesi apa pun berlakulah yang baik dan jangan sampai tergolong pada golongan orang-orang yang merugi. Semoga Allah SWT. selalu memberi cahaya-Nya agar kita semua berlaku baik dan dapat mengendalikan nafsu.
Aunur Rofiq
Penulis adalah Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026