Penguasa dan Ulama

Kolom Hikmah

Penguasa dan Ulama

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 15 Des 2023 08:01 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Pemimpin suatu negeri hendaknya senang bergaul dengan para ulama dan bersedia menerima nasihatnya. Sejatinya tidak cukup dengan bergaul saja, namun mau menerima nasihat serta menjalankannya jika itu menjadikan lebih baik dalam kepemimpinannya. Tapi waspadalah akan ulama al-su' ( ulama culas/buruk ), yang hanya menginginkan kekayaan duniawi. Mereka berkelakuan membujuk dan merayu dan sengaja membuat pemimpin itu senang ( ABS ), karena mengharapkan kekayaannya.

Dikisahkan, Syaqiq al-Balkhi datang menemui Harun Al-Rasyid dan berkata, "Anda syaikh Al-Zahid?"
"Aku Harun tapi bukan Zahid," jawabnya. Harun lalu meminta nasihat.


Syaqiq berkata, "Allah SWT. telah memberikan Anda kedudukan seperti Abu Bakar As-Shiddiq. Maka Allah SWT. meminta Anda jujur seperti Abu Bakar. Dia telah memberi Anda seperti Umar bin Khattab Al-Faruq. Dia pun meminta Anda bersikap tegas memisah yang hak dan batil seperti ditunjukkan Umar. Dia pun memberi kedudukan Anda seperti Utsman bin Affan Dzu Al-Nurain. Allah SWT. akan meminta Anda menjadi pemalu dan santun seperti Utsman. Allah SWT. telah memberi Anda bersikap adil seperti Ali bin Abi Thalib. Dia akan meminta Anda bersikap adil seperti yang Allah SWT. minta dari Ali."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lanjutkan nasihatmu," kata Harun Al-Rasyid.


"Anda tahu, Allah SWT. memiliki jahanam, yang Anda adalah pintunya. Tapi Dia memberi Anda bayt al-mal ( kas negara ), cemeti dan pedang. Dengan itu, Anda bisa mencegah manusia masuk neraka. Orang mendatangi Anda karena suatu kebutuhan, maka janganlah Anda menolaknya memberi uang yang diambil dari kas negara. Terhadap orang yang menentang perintah Tuhannya, siksalah ia dengan cemeti ini. Orang yang membunuh orang lain tanpa hak, bunuhlah ia dengan pedangmu, dengan izin keluarga pihak yang terbunuh. Jika Anda tidak melakukan semua itu, maka Anda akan menjadi pemuka penghuni neraka dan merupakan orang pertama ( perintis ) yang akan memasuki rumah kehancuran itu."

ADVERTISEMENT

Harun Al-Rasyid berkata, "Teruskan nasihatmu."


"Perumpamaan Anda seperti sumber air, sedang perumpamaan para ulama di dunia ibarat sungai-sungai kecil. Jika sumber airnya bersih, keruhnya air sungai tidak berbahaya kepadanya. Akan tetapi jika mata airnya keruh, maka tiada guna sungainya bersih."

Inilah pelajaran yang sangat berharga bagi seorang calon pemimpin maupun yang saat ini lagi memimpin. Jika kita simak nasihat diatas ada hal-hal penting untuk diterapkan seperti :

1. Bersikap jujur. Kejujuran adalah sikap utama yang selalu dipegang Rasulullah SAW. dalam memimpin, beliau dikenal sebagai sosok yang sangat jujur dan jauh dari dusta. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW. Bersabda, "Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi-Nya sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi-Nya sebagai pendusta."

2. Bersikap tegas. Sikap sangatlah diperlukan dalam kepemimpinan, tegas memisahkan bagi yang hak dan yang batil. Pemimpin yang mengaduk keduanya pastilah ia akan mendapat murka-Nya dan pemerintahannya dijamin akan kacau. Sikap ini adalah berani menyampaikan kebenaran dan berani mengungkap kebatilan. Kepemimpinan Umar bin Khattab ditopang oleh sikap transparansi, keterbukaan, dan selalu menyuarakan kebenaran apa pun risikonya. Sehingga beliau bersikap terang-terangan dalam menyampaikan kebenaran, dan mengundang kemarahan para pemuka kaum kafir.

3. Bersikap pemalu dan santun. Sikap Ini merupakan cerminan kepemimpinan Utsman bin Affan. Adapun tiga ciri utama kepemimpinannya adalah, dermawan. Dia seringkali menyumbangkan hartanya untuk kepentingan kemajuan Islam. Keberaniannya tidak diragukan, dia menyelesaikan beberapa pemberontakan dan ikut terjun berperang melawan pasukan Romawi di Afrika Utara. Kesederhanaan Utsman adalah seorang saudagar yang kaya raya, tetapi terbilang sangat sederhana. Bahkan diceritakan oleh suatu kisah bahwa di rumahnya, Utsman biasa memakan roti dengan cuka atau dengan minyak meski sebenarnya ia bisa menyantap makanan mewah. Sifat inilah yang banyak diteladani oleh masyarakat muslim pada saat itu.

4. Bersikap adil. Sikap terakhir ini merupakan landasan utama dalam memimpin suatu negeri. Kemakmuran menjadi dambaan setiap orang, hal ini akan tercapai saat pemimpin bersikap adil. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surah al-Maidah ayat 8, " Berlaku adillah, karena adil itu dekat kepada takwa." Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa daripada kamu meninggalkannya.Berlaku adil tidak boleh membedakan termasuk orang yang pernah menyakitimu. Benci bukanlah penghalang untuk berlaku adil.

Saat-saat ini masa kampanye para calon pemimpin negeri, cermati para kontestan saat berikan visi, misi dan program prioritas. Seperti nasihat ulama di atas kepada Harun Al-Rasyid, paling tidak ada empat sikap seperti : jujur, tegas, santun dan adil. Carilah dari ketiganya yang paling mendekati nasihat ulama itu. Semoga Allah SWT. memberikan perlindungan agar pesta demokrasi berlangsung dengan jujur dan adil.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads