Judul ini menunjukkan suatu kekuatan, apapun bentuk yang disusun. Ada pepatah yang mengatakan, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Sering kita dengar namun kadang kita belum meresapi maknanya.
Dikisahkan seorang cucu Jengis Khan yang bernama Hulagu telah merebut kota Bagdad dan meluluhlantakan. Jumlah korban jiwa begitu besar ada yang perkirakan 200 ribu orang dan ada juga yang perkirakan 400 ribu orang. Masjid dan perpustakaan yang berdiri berabad-abad telah dimusnakan. Penguasa telah mendirikan markas besarnya di luar kota. Dia memberikan pengumuman ingin bertemu dengan ulama yang paling berilmu. Tentu saja tidak ada ulama yang berani mendatanginya karena dia bengis dan kejam.
Kemudian muncullah seseorang yang belum berjenggot dan usia muda. Dia adalah Kadihan, seorang guru madrasah yang bersedia mendatangi undangan Hulagu. Kadihan membawa seekor unta, kambing dan ayam jantan. Sesampai di markas besarnya, Hulagu memandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kemudian Hulagu berkata, " Mereka hanya menemukan orang sepertimu untuk bertemu denganku?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan tenang Kadihan menjawab, " Jika anda ingin bertemu yang lebih besar, diluar ada seekor unta. Jika ingin bertemu yang berjenggot, di luar ada seekor kambing. Jika ingin bertemu yang bersuara nyaring, di luar ada seekor ayam jantan." Kemudian lanjutnya," Anda dapat bertemu apapun yang anda inginkan."
Hulagu membatin kalau pemuda ini bukan orang sembarangan, lalu Hulagu memberikan pertanyaan," Katakan padaku apa yang telah membawaku sampai ke sini?.
Kadihan menjawab," Perbuatan kami sendirilah yang membawamu ke sini, kami tidak pernah lagi mensyukuri nikmat pemberian-Nya. Kami telah tenggelam dalam kesenangan dunia dengan berfoya-foya, kami hanya sibuk mengejar pangkat, jabatan dan kekayaan. Allah Swt. yang menggerakkanmu untuk menaruh kembali semua kenikmatan itu."
Hulagu memberikan pertanyaan lagi, " Lalu apa yang dapat mengusirku dari sini?. Kadihan jawab, " Jika kami kembali menyadari diri mau kembali mensyukuri nikmat yang telah Allah Swt. berikan, dan kami berhenti bertikai satu sama lain, maka anda tidak akan pernah bisa bertahan di sini."
Dari kisah ini intinya adalah, keruntuhan akan terjadi jika umat Islam sudah tidak bersyukur atas nikmat-Nya, lebih mencintai dunia dan bertikai satu sama lain. Kepuasan terhadap harta kekayaan tentu tidak berbatas karena nafsu yang mendorongnya. Maka ingatlah nasihat Syekh Hasan Basri, " Jika engkau tidak merasa puas dengan apa yang mencukupimu, tak akan ada sesuatu pun yang membuatmu cukup. Jika engkau merasa puas dengan apa yang cukup buatmu, sedikit dari dunia sudah cukup bagimu." Oleh karena itu tingkat kepuasan itu terjadi setiap manusia akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh rasa syukur seseorang. Jika seseorang merasa selalu syukur atas nikmat pemberian-Nya, maka ia merasa tenang dan puas atas sesuatu.
Saat mampu mencapai tingkatan syukur terhadap anugerah duniawi, maka seseorang akan mampu merasakan nikmatnya anugerah Islam, iman dan makrifat pada Allah Swt. Kemudian juga bisa menikmati anugerah ukhrawi, dengan menyakini bahwa kenikmatan itu dari Allah Swt.
Selalu mengingat-ingat kenikmatan dari-Nya, berarti sama dengan mensyukuri nikmat tersebut dan sesuai dengan janji-Nya maka nikmat tersebut akan bertambah.
Inti kejatuhan Bagdad adalah orang-orang Islam sudah menjauhi ajaran-Nya, maka berimanlah agar Allah Swt. akan melindungi dan melimpahkan rahmat. Dalam firman-Nya pada surah al-Hujurat ayat 15 yang berbunyi," Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah Swt, mereka itulah orang-orang yang benar."
Dalam ayat di atas jelas bahwa orang-orang beriman akan berjuang di jalan-Nya dengan harta dan jiwa. Pada titik inilah umat Islam akan mencapai " Maqam " untuk tidak dijajah. Ini merupakan jawaban yang disampaikan Kadihan pada pertanyaan kedua Hulagu. Disamping itu perlunya kekuatan dengan bersatu.
Dalam kehidupan bernegara di negeri ini, suara yang diperoleh partai politik yang berlandaskan dan berbasis Islam di negeri ini secara keseluruhan bisa mencapai kisaran 26-32%. Maka satu-satunya jalan adalah bersatu dalam satu tujuan meskipun berada pada wadah partai masing-masing. Setelah bersatu, jadilah penyelenggara negara yang seperti dicontohkan Rasulullah Saw. Semoga Allah Swt memberikan hidayah kepada para elite partai tersebut di atas untuk menyatukan dengan tujuan yang satu.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Cara Praktis Buka 8 Pintu Rezeki Sesuai Ajaran Al-Qur'an