Lagu baru grup Korea yang salah satu anggotanya berasal dari Indonesia VVUP Kim berjudul 'House Party', masuk dalam daftar lagu terlarang CAST. Apa itu?
CSAT atau College Scholastic Ability Test 2025 adalah ujian masuk perguruan tinggi di Korea Selatan yang akan berlangsung pada 14 November mendatang.
Bidang tes CSAT 2025 meliputi bahasa Korea, matematika, bahasa Inggris, sejarah Korea, inkuiri (sosial, sains, pekerjaan), dan bahasa asing kedua/bahasa Mandarin. Ujian ini terkenal dengan "pertanyaan mematikan" atau pertanyaan dengan kesulitan yang super tinggi.
Lalu mengapa lagu House Party dari VVUP dilarang didengarkan oleh peserta CSAT? Dirangkum detikEdu, begini penjelasannya.
Fenomena 'Earworm'
Mengutip The Chosun Daily, House Party dirilis pada 22 Oktober 2025 dengan mengusung genre elektronik. Lagu ini memunculkan kata "party" berulang yang membuat ingin mendengarnya berkali-kali.
Video musik lagu ini, memperlihatkan budaya tradisional Korea. Lagu dan video musik yang menarik ini, membuat karya VVUP ini langsung mendapat perhatian pasar global termasuk di Indonesia
Meski dibilang sukses, perilisan lagu ini disayangkan oleh calon mahasiswa di Korea Selatan. Dikutip dari The Chosun Daily, ada yang menyebut, perilisan lagu sebelum CSAT sangatlah kejam.
Mendengarkan lagu VVUP dinilai dapat mengganggu konsentrasi mereka selama ujian. Untuk itu, para pelajar di Korea Selatan memasukkan lagu VVUP ini ke daftar terlarang didengarkan setidaknya hingga CSAT selesai.
Bukan baru, fenomena melarang lagu untuk didengarkan menjelang CSAT ternyata sudah berlangsung lama. Lagu terlarang CSAT merupakan lagu-lagu menarik yang dinilai dapat mengganggu konsentrasi peserta selama ujian.
Lantaran takut terganggu, para siswa memilih untuk menghapus aplikasi musik, memblokir segala akun yang mengunggah hal tersebut, dan berencana tidak mendengarkan lagu-lagu sampai ujian CSAT selesai.
Profesor Im Myung-ho dari Departemen Psikologi Universitas Dankook menjelaskan pengalaman berbagai siswa ini dikenal sebagai fenomena earworm. Para siswa di Korea Selatan merasa mengalami gangguan dan menimbulkan kecemasan yang signifikan.
"Pikiran kita lebih rapuh daripada yang kita kira dan lagu-lagu yang sederhana namun berulang dapat dengan mudah menciptakan bias emosional," ujarnya dilansir The Korea Bizwire.
Im Myung-ho menyebutkan remaja sangat rentan terhadap fenomena earworm. The Harvard Gazette menjelaskan beberapa survei menemukan bila 90 persen orang mengalami fenomena ini.
Earworm berasal dari bahasa Jerman yakni Ohrwurm yang ditemukan pada 1979 oleh psikiater Cornelius Eckert. Pada dasarnya earworm dijelaskan sebagai keadaan di mana musim yang berulang secara otomatis masuk ke alam bawah sadar kita dan terus terpikirkan.
Ada ciri-ciri tertentu yang membuat lagu menjadi earworm, seperti lagu memiliki kata yang berulang, durasi nada terlalu panjang, dan interval antara nada lebih sedikit. Dengan pengulangan kata 'party', lagu House Party VVUP masuk dalam kategori ini.
Selain itu, lagu-lagu yang dapat memicu emosional seseorang, terkait dengan memori tertentu, dan mudah melekat di kepala juga masuk dalam kategori earworm.
Otak Bereaksi dengan Musik
Untuk mengetahui respons musik kepada otak terkait fenomena ini, studi menggunakan metode pencitraan resonansi magnetik fungsional. Metode ini mengamati struktur otak.
Hasilnya ditemukan adanya keterlibatan korteks pendengaran di lobus temporal otak yang mendukung persepsi musik. Selain itu, ditemukan koneksi antara korteks tersebut dengan area lobus temporal yang dalam.
Area lobus temporal yang dimaksud seperti hipokampus atau girus parahipokampus. Kedua area ini diketahui penting dalam proses pengodean dan pengambilan memori.
Selain itu, ada berbagai elemen lain yang terlibat, seperti lingkaran fonologis, berbagai jaringan di otak yang berkaitan dengan memori, amigdala (struktur otak yang berikatan dengan emosi negatif) hingga nukleus akumbens (struktur otak yang berkaitan dengan emosi positif dan penghargaan).
Semua elemen yang saling terjalin di otak hingga fenomena earworm terjadi. Saat earworm terjadi, ada koneksi di otak kita yang melibatkan area-area ini "macet", sehingga ingatan musik yang berulang otomatis terputar.
Beberapa penelitian menunjukkan orang-orang yang mengalami earworm kesulitan untuk mengingat. Hal inilah yang kemudian jadi perhatian para pelajar di Korea Selatan.
Cara Menghindari Earworm
Im Myung Ho menyarankan untuk tetap mendengarkan musik tetapi yang berjenis klasik menenangkan. Para pelajar juga bisa berlatih meditasi, ringan, latihan pernapasan, dan peregangan untuk mengelola kecemasan.
"Mengembangkan rutinitas pribadi selama ujian latihan juga bisa bermanfaat," jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan The Harvard Gazette. Mereka menganjurkan untuk memutar musik sungguhan ketika belajar. Musik yang didengarkan secara langsung dapat mengganti apa yang tengah terngiang di kepala dengan hal lain.
Simak Video "Video: Xi Jinping Beri Lampu Hijau Konser K-Pop di China"
(det/pal)