Kepala BSKAP Kemdikbud: Yang Orientasinya Bukan Hafalan, Lebih Mungkin Lolos PTN

ADVERTISEMENT

Kepala BSKAP Kemdikbud: Yang Orientasinya Bukan Hafalan, Lebih Mungkin Lolos PTN

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 14 Jun 2024 10:30 WIB
Dirjen Pendidikan Vokasi, Dr. Ir. Kiki Yuliati, M.Sc berbicara dalam Konferensi Pers Hasil SNBT 2024
Konferensi pers Pengumuman SNBT 2024. Foto: (Dok Kemendikbud)
Jakarta -

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo mengatakan, memang membutuhkan waktu untuk menyelaraskan antara kurikulum pembelajaran jenjang dasar dan terutama menengah dengan pendidikan tinggi.

"Pasti perlu waktu untuk mengubah mindset, cara berpikir, maupun praktik pembelajaran yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Dan salah satu instrumen paling kuat, instrumen paling berdampak untuk membantu mengubah itu adalah seleksi masuk perguruan tingginya," jelas sosok dengan sapaan Nino itu dalam konferensi pers Pengumuman SNBT 2024 pada Kamis (13/6/2024).

Oleh sebab itu, menurut Nino selama dua tahun ini dilakukan segala perubahan cukup mendasar dalam UTBK. Dia menyebut lambat laun para guru dan murid di SMA akan melihat bahwa yang orientasi belajarnya bukan menghafal, akan lebih berkemungkinan untuk masuk PTN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya rasa lambat laun setelah setahun, dua tahun, tiga tahun, bapak ibu guru, dan murid di SMA melihat hasilnya bahwa yang belajar yang orientasinya bukan hafalan, tetapi untuk mengasah daya nalar; literasi; numerasi, itu juga yang mendapatkan insentif, yang mendapatkan kesempatan belajar lebih tinggi probabilitasnya untuk masuk ke PTN," ungkap Nino.

"Saya rasa itu akan powerful sekali untuk mulai mendorong pembelajaran yang lebih berorientasi pada nalar di tingkat SMA-nya," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Seleksi Mandiri Diorientasikan Tes Nalar

Nino sepakat orientasi pada nalar perlu diterapkan juga di jalur Mandiri. Maka dari itu, Nino menyebut, pihaknya terus berkoordinasi dengan Dirjen Diktiristek dan Dirjen Vokasi untuk berkoordinasi dengan para pimpinan perguruan tinggi negeri akademik maupun vokasi, sehingga jalur Mandiri setiap perguruan tinggi bisa disesuaikan.

"Ada cukup banyak yang sudah menggunakan hasil UTBK saja misalnya, jadi tidak melakukan tes sendiri. Ada juga yang melakukan tesnya menjadi tes seperti UTBK, jadi yang diukur adalah daya nalar; literasi; numerasi; dan potensi akademik," kata Nino.

Nino menerangkan, apabila masih ada perguruan tinggi yang merasa masih perlu menguji kemampuan akademik di mata pelajaran tertentu sesuai prodi, maka tes dilakukan setelah mendaftar di prodi tersebut.

"Jadi tidak menjadi penghambat bagi lulusan Kurikulum Merdeka," ujarnya.

Nino menyampaikan pihaknya sudah mengoordinasikan agar lulusan Kurikulum Merdeka tidak dikelompokkan dalam saintek, soshum, dan sebagainya dalam jalur Mandiri. Sehingga, ada kategori sendiri untuk lulusan Kurikulum Merdeka.

Namun, jika ada tes mata pelajaran pada jalur Mandiri, maka hal itu menurut Nino memang tes mata pelajaran yang relevan untuk prodi-prodi tertentu.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads