Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengumumkan bahwa jalur seleksi nasional berdasarkan tes atau SBMPTN akan diubah materi tesnya.
Dalam acara peluncuran Merdeka Belajar (MB) episode ke-22, ia mengatakan seleksi SBMPTN nantinya akan berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Hal ini tentu berbeda dengan materi tes SBMPTN sebelumnya, di mana ujian dilakukan dengan menggunakan banyak materi dari banyak mata pelajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kali ini berbeda. Dalam seleksi ini, tidak ada lagi tes mata pelajaran. Kami harap ini akan jadi kabar sangat gembira bagi para calon-calon pengambil SBMPTN di mana tidak ada tes di setiap mata pelajaran," terang Nadiem.
Perubahan Materi Ujian dalam SBMPTN
Pada SBMPTN 2022 materi UTBK yang diujikan terdiri dari Tes Potensi Skolastik (TPA), Tes Kemampuan Bahasa Inggris, dan Tes Kemampuan Akademik (TKA).
TKA diujikan guna mengukur pengetahuan dan pemahaman keilmuan yang diajarkan di sekolah dan diperlukan untuk seseorang dapat berhasil dalam menempuh pendidikan tinggi. Penekanan tes adalah pada Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Pada aturan terbaru berdasarkan Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022 Pasal 6 (yang disahkan per 5 September 2022), materi tes UTBK SBMPTN berfokus pada tes skolastik guna mengukur beberapa hal, yakni:
- Potensi kognitif
- Penalaran matematika
- Literasi dalam bahasa Indonesia dan
- Literasi dalam bahasa Inggris
Kemudian SBMPTN dapat diselenggarakan beberapa kali dalam setahun berjalan dan setiap calon mahasiswa dapat menempuh paling banyak 2 (dua) kali seleksi nasional berdasarkan tes (SBMPTN).
Aturan SBMPTN Terbaru Meringankan Siswa dan Orang Tua Siswa
Mendikbudristek juga menuturkan bahwa dengan perubahan ini, skema SBMPTN menjadi lebih adil dan memberi kesempatan sukses kepada semua yang mengambil jalur ini.
Menurutnya, perubahan ini membuat peserta didik tidak lagi tergantung pada lembaga bimbel-bimbel untuk persiapan SBMPTN.
"Karena banyak sekali termotivasi ambisi tapi keluarga kurang mampu untuk bimbel. Dan ini akan menjadi kabar gembira," terang Nadiem.
Selain itu, peserta didikan juga tidak perlu khawatir untuk menghafalkan banyak konten.
Senada dengan Mendikbudristek, orang tua dari siswa SMA 1 Yogyakarta, Astuti Andriyani menyambut positif perubahan materi di SBMPTN Ini.
"Kebijakan ini mengurangi beban belajar anak kami yang harus menyelesaikan 15 mata pelajaran di sekolah, lalu mempersiapkan Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK) yang fokus kepada rumus, hafalan, serta harus mempelajari tips jitu mengenali karakteristik soal," ungkapnya dalam kesempatan di acara peluncuran Merdeka Belajar (MB) episode ke-22.
Menurut Astuti, dengan penyederhanaan soal UTBK ke model soal penalaran, anak tidak perlu menyediakan waktu maupun materi khusus karena materinya sudah menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran sehari-hari di kelas.
"Saya setuju dengan pengutamaan soal-soal penalaran ini karena sangat bermanfaat untuk mempersiapkan kompetensi anak-anak dalam mengasah pola pikir yang kritis dan logis sesuai dengan kondisi di dunia kerja nanti," tuturnya.
(faz/nwy)