Gerakan ayah mengambil rapor trending di mesin pencarian Google jelang pengujung semester ganjil 2025/2026. Apa itu dan bagaimana cara mengikutinya?
Gerakan ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga/Kepala BKKBN) No 14 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan SE tertanggal 1 Desember 2025 tersebut, Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah merupakan gerakan yang mengimbau seluruh ayah dengan anak usia sekolah untuk mengambil rapor anak ke sekolah pada waktu penerimaan rapor di akhir semester. Anak usia sekolah dalam hal ini termasuk anak pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, maupun pendidikan menengah.
Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah dimulai pada Desember 2025. Tiap ayah dapat melakukannya sesuai jadwal pengambilan rapor di masing-masing sekolah anak.
Ada Dispensasi Terlambat ke Kantor
Dalam SE Mendukbangga/Kepala BKKBN No 14 Tahun 2025 tersebut tercantum ketuan, ayah yang mengikuti Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah diberikan dispensasi keterlambatan. Dispensasi ini diatur lebih lanjut melalui ketentuan masing-masing instansi atau kantornya.
Kenapa Ada Gerakan Ayah Ambil Rapor?
Mendukbangga/Kepala BKKBN mengatakan, Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah merespons isu fatherless di Indonesia yang butuh perhatian dan penanganan lintas sektor. Wihaji menjelaskan, fenomena fatherless tidak hanya berupa ayah yang tidak ada secara fisik, tetapi juga meliputi sosok ayah yang tidak terlibat secara emosional bagi anaknya meskipun masih tinggal bersama.
Berdasarkan data hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK) tahun 2025, satu dari empat keluarga (25,8%) memiliki anak dengan kondisi fatherless. Faktor terbesar isu fatherless yaitu faktor ekonomi seperti ayah yang tidak bekerja dan disfungsi relasi keluarga seperti perceraian.
Akibat fatherless meliputi masalah akademik, perilaku agresif anak, dan keterlibatan anak dalam perilaku berisiko. Untuk itu, gerakan mengambil rapor yang dilakukan ayah di sekolah dapat menjadi bentuk menunjukkan kehadiran dan dukungan ayah dalam tumbuh-kembang anaknya.
Wihaji menambahkan keterlibatan ayah di ranah pendidikan bisa memperkuat komunikasi orang tua dengan sekolah untuk memantau proses belajar anak.
"Ayah yang terlibat dalam pendidikan belajar anak dan remaja membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar," terangnya.
(twu/pal)











































