Saat ini berbagai wilayah di Indonesia tengah memasuki musim penilaian akhir semester (PAS) atau ujian akhir semester (UAS). Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan fleksibilitas UAS di wilayah terdampak bencana yakni Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
Kemendikdasmen menyebut pelaksanaan UAS di wilayah-wilayah darurat tersebut diserahkan kewenangannya ke daerah.
"Tidak ada arahan penundaan yang seragam. Dinas pendidikan provinsi maupun kabupaten/kota memiliki kewenangan penuh karena mereka paling memahami kesiapan sekolah dan kondisi warga belajar," jelas Mendidkasmen Abdul Mu'ti melalui keterangannya, ditulis Minggu (7/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode Kombinasi Belajar Bisa Diterapkan
Mu'ti menekankan keselamatan dan keberlanjutan belajar tetap jadi prioritas. Berdasarkan kunjungannya ke sekolah-sekolah terdampak, Mendikdasmen menyebut kondisi setiap wilayah berbeda-beda. Oleh sebab itulah pembelajaran darurat sepenuhnya diserahkan ke pemerintah daerah.
"Kami memahami bahwa situasi ini tidak diinginkan. Karena setiap daerah memiliki kondisi unik, pelaksanaan pembelajaran dan ujian akhir semester kami serahkan kepada dinas pendidikan provinsi maupun kabupaten/kota yang lebih memahami situasi lapangan," ucapnya.
Kemendikdasmen juga menyampaikan, untuk melaksanakan pembelajaran darurat bisa dilakukan kombinasi metode belajar secara dalam jaringan (daring/online), luar jaringan (luring/offline), serta tenda sekolah juga dapat diterapkan. Kementerian telah memberikan penyesuaian kegiatan belajar dan mengajar serta penyediaan tenda kelas.
Pada sejumlah sekolah seperti SMAN 1 Batang, dari 21 ruang kelas ada 15 yang masih dapat digunakan. Maka dalam kondisi semacam ini, sekolah diarahkan mengatur jam belajar secara bergiliran antara pagi dan siang.
Sedangkan sekolah yang mengalami kerusakan berat, Kemendikdasmen menyiapkan 25 tenda darurat yang akan didistribuskan ke wilayah terdampak. Sebagian sekolah juga terpaksa libur demi keselamatan.
Santunan untuk Murid dan Guru yang Meninggal
Pada bantuan tahap awal, Kemendikdasmen menyiapkan Rp 10-25 juta rupiah per sekolah, disesuaikan tingkat kerusakan. Data mendetail terkait kerusakan tengah dihimpun bersama dinas pendidikan dan UPT Kemendikdasmen di daerah. Data tersebut akan menjadi dasar prioritas rehabilitasi untuk tahun anggaran 2026.
Kemendikdasmen memberikan bantuan operasional tanggap darurat senilai Rp 6,4 miliar. Kemudian bagi murid dan guru yang meninggal atau dirawat, diberi santunan senilai Rp 293 juta.
Bagi wilayah-wilayah terdampak bencana ini, ada 10.000 paket perlengkapan sekolah dan 74 tenda sekolah darurat per 4 Desember 2025. Namun, bantuan akan bertambah seiring penyaluran berikutnya.
Kemendikdasmen menyebut hak anak atas pendidikan akan tetap terpenuhi.
(nah/nwk)











































