Tiga Program yang Terbukti Efektif Redam Angka Bullying Menurut Pakar UB

ADVERTISEMENT

Tiga Program yang Terbukti Efektif Redam Angka Bullying Menurut Pakar UB

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 28 Nov 2025 09:00 WIB
Kasus Bullying Meningkat pada Anak
Ilustrasi bullying. Foto: Getty Images/iStockphoto/Tomwang112
Jakarta -

Perundungan atau bullying yang terjadi di sejumlah sekolah di berbagai daerah, menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat. Dosa dalam dunia pendidikan ini menunjukkan sekolah ataupun kampus belum bisa menjadi ruang aman untuk pelajar.

Psikolog Universitas Brawijaya (UB), Ulifa Rahma, SPsi, MPsi menyampaikan perilaku perundungan adalah gabungan dari faktor individu, keluarga, sekolah, layanan kesehatan mental, dan kebijakan publik. Apabila tidak ditangani dengan tepat, maka dapat berkembang menjadi trauma berat.

Mengapa Prundungan pada Remaja Berdampak Lebih Dalam?

Pada kasus ekstrem, bullying bisa memicu bunuh diri atau aksi balas dendam. Terlebih menurut Ulifa, masa remaja merupakan periode rentan karena terjadi fase pembentukan identitas, sangat sensitif terhadap tekanan sosial, serta belum ada regulasi emosi yang matang. Maka dari itulah perundungan dapat meninggalkan dampak lebih dalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut penanganan kasus bullying harus dilakukan pada dua level sekaligus. Pertama, melalui pendekatan trauma-informed dan Psychological First Aid (PFA). Kedua, melalui intervensi sistemik untuk mencegah kejadian berulang, termasuk kebijakan sekolah yang kuat, pendidikan karakter, juga penerapan program antibullying yang berbasis fakta.

"Penanganan bullying harus menyeluruh dan berbasis bukti. Korban perlu mendapatkan dukungan emosional, perlindungan, serta layanan psikologis untuk mencegah trauma berkepanjangan," kata Ulifa melalui keterangan, ditulis Kamis (27/11/2025).

ADVERTISEMENT

"Pelaku harus diberi konsekuensi yang jelas, namun juga pendampingan untuk membangun empati dan kemampuan mengelola emosi," imbuhnya.

Tiga Program Efektif Antibullying

Menurut Ulifa, sekolah juga perlu menerapkan kebijakan antibullying, pengawasan area rawan, melatih guru, menerapkan pendidikan empati, dan memberikan jalur pelaporan yang aman.

Ia menyebutkan tiga program yang terbukti efektif menurunkan angka bullying jika diaplikasikan secara konsisten. Ketiga program tersebut adalah:

  • Olweus Bullying Prevention Program (OBPP)
  • KiVa Anti-Bullying Program
  • Social Emotional Learning (SEL)

Ulifa mengatakan, di tingkat masyarakat juga penting untuk membangun budaya tanpa kekerasan dan meningkatkan literasi kesehatan mental. Dengan demikian, anak akan merasa aman untuk berbicara, melapor, dan meminta pertolongan saat mengalami perundungan.

"OBPP menekankan aturan sekolah yang tegas dan pengawasan lingkungan, KiVa fokus pada pendidikan empati serta sistem pelaporan yang aman, sementara SEL membantu anak mengenali emosi, mengelola konflik, dan membangun hubungan sosial yang sehat," terang Ulifa.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads